ANAKKU KORBAN OBSESI PELAKOR

Sathya terbahak melihat tante dan omnya berlarian berkejaran.

“Oke kita jadwalkan 3 bulan lagi ya,  jangan tiap bulan. Kadang kalau tiap bulan nanti kita susah atur waktu. Juga bisa bosan dan jenuh, nggak perlulah tiap waktu. Yang penting 3 bulan sekali saja kita bikin acara seperti ini. Bukan liburan di hotel mewah tapi kita back to nature.”

“Oke, aku setuju,” jawab Sena, dia akan memberitahu orang tuanya tentang rujuknya dia kembali dengan Ebbry juga tentang rencana liburan berkala 3 bulanan, yang bukan liburan mewah menginap di hotel mewah atau tempat wisata lainnya melainkan back to nature. Tentu kedua orang tuanya akan senang.

Untuk 3 bulan kedepan mereka menjadwalkan akan camping di perkebunan apel di daerah Malang atau Batu. Entah yang mana yang akan dicari dan setiap 3 bulan penanggung jawab lokasi juga digilir. 3 bulan ke depan yang bertanggung jawab adalah Dewa.

Mereka juga mengharuskan semua peserta masak sendiri. Bukan beli kecuali beli bahan baku seperti tadi mereka sudah membeli ikan untuk tambahan ikan yang dipancing. Boleh seperti itu. Yang penting semua harus terlibat dalam aktivitas masak dan bergabung di lingkungan camping. Kalau memang terpaksa bisa juga menyewa villa tapi tetap ada sarana tenda.

Untuk yang tua mungkin tak bisa di tidur di tenda. Mereka bisa di kamar villanya. Tapi yang lainnya diharap tidur di arena tenda sekalian bebakaran atau api unggun. Pokoknya selalu seperti itu. Meminimalisir kehidupan mewah yang biasa mereka jalani dalam keseharian hidup mereka. Dalam rutinitas harian mereka.

Dewa setuju dengan lokasi yang diminta oleh mayoritas, dia akan mencari lokasi refreshing keluarga berikutnya di daerah Batu atau Malang. Dia akan mencari villa dengan halaman super luas yang bisa menampun beberapa tenda juga lokasi itu dekat dengan wisata kebun apple dan biasanya di Malang atau Batu juga dekat dengan wisata aneka kebun bunga.

Sehabis makan Sathya diminta untuk istirahat. Tentu saja tidak dipaksa untuk tidur siang. Dia boleh bermain bersama Sashi dan Dewa atau Sena. Biasanya dia akan bermain dengan Sena segala macam permainan, lalu sampai tertidur.

Sore rencananya mereka akan jalan-jalan sepanjang lingkungan penginapan yang di sewa oleh Arra. Mereka akan hunting pepohonan atau buah atau lalapan atau sayuran atau apa pun untuk dibawa pulang.

Sebelumnya Arra sudah menekankan semua tidak boleh membawa uang besar, takutnya penduduk sekitar tidak punya kembalian. Tidak enak merepotkan mereka.

Kalau kita selalu memberi lebih dari harga seharusnya, nanti penduduk berharap semua pelancong akan seperti itu. Penduduk asli akan kecewa bila ada pelancong yang membayar pas-pasan.

Arra menekankan, mereka boleh memberi tips lebih, tapi jangan terlalu banyak. Misalnya harga 20 ribu ya kasih 25 ribu tak apa-apa. Tapi kalau harga 20 ribu dikasih 100 ribu itu merusak harga pasar. Kasihan pelancong selanjutnya. Itu yang Arra tekankan sejak tadi.

Karena hal demikian itu akhirnya Dewa dan Sena berinisiatif belanja di banyak tukang dengan uang rp50.000. Belanja sedikit untuk dapat kembalian. Begitu berulang-ulang. Kalau mereka langsung menukar tentu tidak enak.

Tadi Sena juga sudah banyak menukar uang pada tukang parkir. Untungnya tukang parkir memberi. Karena tukang parkir juga tidak enak kalau terlalu banyak uang receh.

≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈

“Ayo kita jalan ajak Arra,” pada Sathya. Dia menggandeng jemari Sathya. Tentu saja Sathya senang karena Uncle Arra itu jarang bisa ditemui. Kalau sudah bertemu itu suatu hal yang sangat istimewa.

Serasa mendapat anugerah besar rasanya. Arra super sibuk. Tapi begitu dia bertemu dengan Sathya dia akan full perhatian pada keponakannya. Itu membuat Sathya dekat dengannya. Walau jarang bertemu mereka sering video call bila Arra ada di mana pun. Hampir setiap minggu dia pasti akan menghubungi sang keponakan menanyakan perkembangan sekolah juga kesehatan lelaki kecil itu.

Sashi dan Ebbry sangat senang mendapat banyak uang receh dari Dewa dan Sena. Pecahan itu beragam, dari lembaran 1000-an, 2000-an, rp5.000-an, rp10.000-an sampai 20.000-an. Semua lengkap. Itu membuat mereka senang.

Sashi lebih suka memohon pada para penduduk sekitar yang ia lihat punya pohon bunga yang dia minati. Banyak penduduk yang tidak menjual tanamannya, tapi Sashi tentu tak mau gratis. Dia berikan sekadar uang pengganti perawatan tanaman.

Tanamannya dia ambil tidak menggunakan potnya karena tidak mau berat. Dia hanya meminta untuk dibungkuskan medianya dengan koran dan lalu dilapis dengan tas plastik.

Sedang Ebbry beda lagi. Dia sekarang tinggal di apartemen, tak bisa menanam seperti di rumahnya yang dulu. Mereka berdua memang suka tanaman seperti papi mereka. Sekarang Ebbry hanya memburu isi kulkas. Dia banyak membeli sayuran dari petani sekitar lokasi tempat mereka menginap.

Tentu Ebbry tidak hanya beli untuk dirinya sendiri, tapi untuk mami dan mama mertuanya. Nanti akan dia kirim dengan ojek online.

≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈

“Kamu nggak mau beli sayuran?” tanya Sashi pada Dewa. Dia terinspirasi dari Ebbry yang akan memberi oleh-oleh sayuran bagi mami dan mama mertuanya.

“Buat apa?” jawab Dewa. Dia memang masak sendiri, namun cukup beli sedikit sayuran di supermarket dalam jumlah sedikit, tak perlu belanja di petani seperti sekarang.

“Aku belikan ya, bilang buat bunda dari aku,” balas Sashi.

“Ya beli saja kalau kamu mau belikan. Kalau aku sih nggak. Bunda tahu kok aku kemana pun jarang beli oleh-oleh. Bahkan aku ke luar negeri kalau Bunda butuh dia akan bilang : titip parfum ini atau titip tas ini dan segala macamnya tapi tak pernah meminta oleh-oleh, karena bunda tahu aku memang nggak biasa belikan Bunda. Aku bingung saja mau bawakan apa.”

“Tapi aku sekarang senang kamu pasti akan perhatikan bunda untuk hal-hal seperti itu. Nanti kamu juga harus berikan rincian apa yang ingin aku bawakan untukmu sebab aku terlalu bodoh dalam hal apa yang duskai wanita.”

“Kamu memang enggak romantis. Mulai sekarang ya kamu perhatikan saja apa kesukaanku, aoa yang biasa aku pakaui dan sebagainya, sebab aku juga tak akan emmintamu membawakan oleh-oleh.”

“Ka;ai aku butuh, aku juga memilih sperti bunda. Titi[ minta dicarikan dan aku ganti uang pembeliaanya sebab aku titip,” jawab Sashi. Dia lalu membeli beberapa sayuran juga untuk calon ibu mertuanya. Tentu saja Dewa senang dengan perhatian Sashi seperti itu. Dan dia berjanji akan lebih memperhatikan detail semua prodict yang digunakan kekasihnya itu.

≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈

Di sekitaran villa ada penyewaan kuda. Sathya senang naik kuda. Dia naik sendiri tanpa pendamping atau pawang di belakangnya atau memegang kendali sambil menuntun kuda di sisinya. Sena dan Arra juga naik kuda sendiri-sendiri. Mereka bertiga mengelilingi desa.

≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈