🚧CERITA INI HANYA KHALAYAN OTHOR SEMATA, JANGAN MASUKKAN KE DALAM HATI. MASUKKAN SAJA KE DALAM ❤(+) FAVORIT🚧
Dipertemukan dengan CEO galak beserta dengan putrinya yang selalu mengganggu membuat hidupku jungkir balik.
Suatu hari bocah itu memanggilku dengan sebutan 'mommy'.
Apa yang harus kulakukan? Bagaimana caraku menghadapi CEO dingin dengan mata setajam pedang itu?
Klik 'Mulai Baca' untuk mengetahui kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kacan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SELEPAS MALAM PANJANG
Seorang wanita yang berada di bawah selimut menggeliatkan tubuhnya yang terasa remuk, tiba-tiba suara ringisan meluncur dari mulut wanita itu, siapa lagi jika bukan Fara.
Mata yang awalnya terpejam menjadi terbuka, wajahnya mengernyit saat ada rasa yang mengganjal di bawah pusarnya.
“Astaga! A-aku … aku tidak pakai apa pun?” pekik Fara kaget.
Suara pekikkan Fara mengganggu tidur seorang pria di sebelahnya, Devan terbangun dan langsung memasang wajah kaget saat melihat ada Fara di sampingnya dengan berada di bawah selimut yang sama yang menutupi tubuh keduanya.
Spontan Devan terduduk, pergerakkan Devan yang tiba-tiba membuat Fara menjerit karena selimutnya tertarik oleh pergerakkan grasak-grusuk pria itu yang menyebabkan bulatan padat miliknya menjadi terpampang.
Grep!
Fara menarik selimut untuk menutupi tubuh polosnya. Namun, karena terlalu kencang menariknya, selimut itu malah membuat sesuatu di pangkal paha Devan jadi terlihat.
“Sial!!!” umpat Devan, ia menarik balik selimut itu untuk menutupi aset berharganya.
Fara yang tidak mau kalah kembali menarik selimut itu hingga terjadilah aksi Tarik menarik, tenaga Fara yang tidak sebanding dengan Devan membuatnya kalah dan tidak memiliki apa pun untuk menutupi tubuhnya.
“Pak!” protes Fara.
“Diam!” seru pria itu dengan tegas.
Fara terdiam dan tidak berani berkutik, ia menutupi asetnya dengan menyilangkan tangan ke atas dan ke bawah.
Akhirnya Devan membagi selimut untuk menutupi tubuh Fara dan dirinya. Pria itu menyugar rambutnya ke belakang dengan kasar.
Pria itu menyesali apa yang terjadi tadi malam. Sungguh, h4sratnya malam itu tidak dapat dibendung sehingga saat Fara datang sesuatu dalam dirinya semakin memberontak.
Devan dan Fara terdiam, keduanya duduk dengan tatapan ke depan. Devan dengan penyesalannya dan Fara yang bingung dengan nasibnya di masa yang akan datang.
“Pak, nasib saya bagaimana ya?” tanya Fara, ia menolehkan kepalanya ke samping.
“Maksud mu?” Devan balik bertanya.
Fara mendengus kesal, mantan bosnya ini terkenal akan kepintarannya. Tapi, disaat seperti ini malah tidak mampu mencerna apa yang dirinya maksud.
“Ya bagaimana nasib saya ke depannya, saya … saya sudah tidak p e r a w a n lagi. Apa ada pria yang mau dengan saya nantinya? Setelah bapak menyudahi status saya sebagai istri menjadi janda, apa ada yang mau dengan saya?” tanya Fara dengan panjang kali lebar.
Ada banyak ke-khawatiran yang merasuki pikiran Fara. Wanita itu tidak tahu kenapa bisa berpikir seperti itu. Padahal ada banyak pria di luar sana yang mau menerima status janda seorang wanita.
“Saya tidak tahu,” jawab Devan.
Fara kesal dengan jawaban yang keluar dari mulut suaminya. Itu bukanlah jawaban baginya.
“Saya merasa rugi jadinya, huh! Bapak mah enak, lah saya?”
Devan dengan wajah datar menoleh ke arah Fara, tatapan tajamnya juga tidak ketinggalan dalam mengintimidasi wanita yang ada di sebelahnya.
“Saya akan memberikan mu uang tambahan sebagai bentuk ganti rugi,” sahut Devan dengan suaranya yang tegas.
Bukannya merasa lega mendengar jawaban dari Devan, Fara malah semakin tersulut api kemarahan, hatinya terasa seperti terbakar, dengan tak kalah tajam Fara menatap balik suaminya.
“Asal bapak tahu … saya bukan p e l a c u r, p e r e k atau sejenis wanita bayaran lainnya yang sehabis dinikmati lalu dibayar, saya bukan wanita seperti itu!” kata Fara dengan sengit.
“Ya saya sadari keberadaan saya di sini juga karena uang. Tapi, saya mau menjalani semua ini karena Ley. Dan asal bapak tahu … saya tidak berpikir akan di p e r k o s a oleh bapak,” lanjut Fara diiringi dengan dengusan.
Devan yang awalnya diam seraya mendengarkan isi hati wanita di sampingnya, akhirnya tergertak untuk menjawab saat Fara menyebutkan kalimat yang dirinya tidak sukai karena kalimat itu terdengar seakan dia melakukan sebuah kejahatan s e k s u a l.
“Kau ….” Geram Devan.
“Apa? Saya benarkan?” tanya Fara menantang pria di sampingnya.
“Saya sudah memperingati mu. Tapi, kau yang keras kepala menghantarkan diri disaat yang tidak tepat,” balas Devan.
“Tidak tepat bapak bilang? Tolong koreksi menjadi ‘tepat’, buktinya bapak memper—”
“Stop! Jangan sebut kalimat itu lagi.” Potong Devan dengan wajah kaku dan dingin.
Devan menyibak selimut yang menutupi tubuhnya, ia beranjak turun dan masuk ke dalam kamar mandi. Spontan Fara memejamkan mata.
“His, tidak tahu malu. Burung hantunya gondal-gandul begitu.” Dengus Fara.
Devan yang berada di dalam kamar mandi membersihkan dirinya di bawah guyuran air yang mengalir dari shower. Sementara itu, Fara berusaha turun dari tempat tidur suaminya dengan hati-hati.
“Ssts, aduh duh perih. Huaaa apa punyaku sobek ya.” Fara meringis kesakitan.
Wanita itu berpegangan pada pinggiran ranjang, matanya menatap nanar ke arah pakainnya yang sudah dirobek oleh Devan. Hanya tersisa segi tiga pengaman, kacamata pelindung dan celana tidur berbahan satinnya yang masih terselamatkan.
Fara memungut celananya yang berserakan di atas lantai, lalu memakainya dengan perlahan. Pandangan mata Fara jatuh pada kaus milik Devan yang juga ada di atas lantai dan memutuskan untuk mengenakan kaus itu.
Ia pergi meninggalkan kamar mantan bosnya dengan langkah tertatih, dan memilih untuk masuk ke kamarnya sendiri.
Waktu sarapan tiba. Namun, Fara enggan untuk turun karena ia tidak sanggup terlalu banyak berjalan.
Tok! Tok!
“Mom, ini Ley,” teriak gadis kecil itu dengan riang.
“Masuk sayang, pintunya tidak Mommy kunci,” sahut Fara.
Handle pintu bergerak turun, Kepala Ainsley menyembul dari balik pintu, terlihat bocah berusia 5 tahun itu memasang wajah cerianya.
“Mom, ayo kita sarapan. Daddy sudah duduk di ruang makan,” ucap Ainsley seraya mendekat ke ranjang mommy-nya.
Fara menyambut kedatangan anak sambungnya dengan tersenyum.
“Mommy nanti saja makannya, Ley mau berangkat ke sekolah kan? Ayo sana sarapan dulu, Sayang,” kata Fara sembari memperhatikan Ainsley yang sudah rapi dengan seragamnya.
“Mommy tidak makan?”
“Kaki Mommy sakit kalau turun ke bawah –”
Belum sempat Fara menyelesaikan ucapannya, Ainsley sudah kabur keluar dari kamar dengan berlari.
Gadis kecil itu mengurangi kecepatan langkah kakinya saat berada di tangga. Begitu sampai di lantai satu, Ainsley kembali berlari dan menghampiri daddynya.
“Dad … mommy kakinya sakit, ayo kita sarapan di atas saja, Dad.” Rengek Ainsley sambil menggerak-gerakkan tangan Devan.
Sakit? Batin Devan bertanya.
Ainsley tidak berhenti mengguncang lengan daddy-nya yang membuat pria itu akhirnya menuruti permintaan sang anak. Ia menyuruh bik Sani menyiapkan makanan dan membawakannya ke kamar.
Ayah dan anak itu naik ke lantai dua, lebih tepatnya ke kamar Fara. Wanita yang sedang berbaring di atas ranjang itu spontan menoleh saat Ainsley datang bersama Devan.
Bersambung ….
kalau gak aku demo pakai like kamu thorrr!! 😭😭😭😭
nanti Mak beti marah🤣🤣🤣😆😆😆
astaga... semoga hari author Senin selalu...😭😭😭
jadinya burung hantu....😆😆😆
selamat membatin mommy...🤣🤣😆😆
Fara hamil anak kandung'mu...
bahahakkkk 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
cepat... cepat...
takut'y klo lambat kenapa² tar keguguran....
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
kita liat apakah Devan cembuluu....