NovelToon NovelToon
AZKAN THE GUARDIAN

AZKAN THE GUARDIAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Reinkarnasi / Cinta Terlarang / Kehidupan alternatif / Kontras Takdir
Popularitas:914
Nilai: 5
Nama Author: BERNADETH SIA

Tujuh ratus tahun telah berlalu, sejak Azkan ditugaskan menjaga Pulau Asa, tempat jiwa-jiwa yang menyerah pada hidup, diberi kesempatan kedua. Sesuai titah Sang Dewa, akan datang seorang 'Perempuan 'Pilihan' tiap seratus tahun untuk mendampingi dan membantunya.
'Perempuan Pilihan' ke-8 yang datang, membuat Azkan jatuh cinta untuk pertama kalinya, membuatnya mencintai begitu dalam, lalu mendorongnya masuk kembali ke masa lalu yang belum selesai. Azkan harus menyelesaikan masa lalunya. Namun itu berarti, dia harus melepaskan cinta seumur hidupnya. Bagaimana mungkin dia bisa mencintai seseorang yang di dalam tubuhnya mengalir darah musuhnya? Orang yang menyebabkannya ada di Pulau Asa, terikat dalam tugas dan kehidupan tanpa akhir yang kini ingin sekali dia akhiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BERNADETH SIA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

HAI, LEO!

Laina dipindahkan ke kamar rawat inap bersama dengan bocah laki-laki yang dipedulikannya. Selama beberapa hari dirawat bersama di rumah sakit, Laina dan bocah itu menjadi akrab. Keakraban keduanya juga kerap membuat Azkan menaikkan alis. Tak percaya kalau ada orang lain yang akan sedekat itu dengan Laina selain dirinya. Laina sering sekali memeluk bocah kecil itu. Mereka selalu makan dan tidur bersama. Ketika Laina bosan berada di dalam kamar terus, maka dia akan mengajak bocah kesayangannya itu untuk berjalan-jalan di taman rumah sakit sambil berbincang tentang banyak hal. Meski waktu baru berlalu selama beberapa hari, namun Azkan sudah bisa melihat banyak sisi lain Laina dari interaksinya dengan bocah kecil kesayangannya.

“Az!! Namanya Leo!” pagi ini, ketika Azkan datang membawakan sarapan untuk Laina yang akan pulang nanti siang, dia disambut langsung oleh pengumuman penuh semangat dari Laina. Di pangkuan Laina, sudah duduk dengan manis, bocah laki-laki yang dikenalkan Laina dengan nama Leo padanya. Padahal, bocah itu tak pernah mau memberitahukan namanya pada siapapun. Terakhir kali Laina bertanya siapa namanya, dia menjawab kalau dia tidak tahu namanya siapa. 

“Bagaimana bisa?” Azkan menatap bocah yang meringkuk dalam pangkuan Laina.

“Aku yang memberinya nama. Semalam, kami sudah berbincang dan sepakat, kalau namanya Leo. Inisialnya sama dengan namaku, L.” 

“Anak itu mau dipanggil Leo?” Azkan tak bisa menyingkirkan rasa cemburunya begitu saja. Bagaimanapun, perhatian Laina sekarang, sudah terbagi. Dia bukan lagi satu-satunya orang yang diperhatikan Laina. 

“Iya!” di sisi lain Laina tampak begitu bahagia karena akhirnya, bocah kecil itu punya nama.

“Benar kan, Leo?” Laina menatap Leo yang berada di pangkuannya. Leo, nama bocah kecil itu sekarang, menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.

“Wah! Dia sekarang juga bisa tersenyum?” Azkan mendekat, turut kagum pada usaha Laina untuk membuat Leo bisa berubah menjadi seperti ini. Dari anak kecil yang tak memiliki emosi apa pun, sekarang, dia bisa tersenyum dengan manis dan memeluk Laina. 

“Az, kapan Leo boleh pulang dari rumah sakit?” Laina melihat tak ada lagi perawatan yang dibutuhkan Leo untuk luka di tubuhnya. Meski Laina tahu, kalau dari sisi psikis, Leo masih butuh banyak bantuan untuk bisa sembuh dan mampu menjalani hari-hari seperti anak-anak lain seusianya. 

“Kata Nico, dia juga bisa pulang hari ini. Kalian berdua bisa keluar dari rumah sakit bersama-sama.” wajah Laina kehilangan senyumannya. Dia ingat aturan Pulau Asa tentang anak-anak yang datang. Mereka akan langsung dikirim ke panti asuhan. Padahal, dia sudah semakin terikat dengan Leo. Tapi di sisi lain, dia juga ingat, kalau dia sendiri yang menolak ajakan Azkan untuk menikah supaya bisa mengadopsi Leo sebelum dia dikirim ke panti asuhan. Situasi saat ini benar-benar tidak menyenangkan. 

“Kalian bisa pulang bersama ke kastilku.” kata-kata Azkan menyingkirkan semua kegalauan yang tampak di wajah Laina.

“Bagaimana bisa?” Laina butuh penjelasan yang meyakinkan.

“Aku sudah bicara pada Sophia, dan dia mengijinkan kita untuk mengasuh Leo sebagai walinya. Sampai nanti kita siap untuk menikah dan mengadopsinya secara resmi.” Azkan sengaja menekankan kalimat terakhirnya. 

“Benarkah?!” Tapi Laina hanya fokus pada kalimat pertama Azkan.

“Iya.” Azkan lega, bisa menemukan jalan keluar yang menyenangkan bagi Laina. Meski untuk keputusan seperti ini, dia harus membuat Sophia repot berurusan dengan pihak panti asuhan. Sophia yang harus meyakinkan mereka, kalau Azkan dan Laina, adalah orang yang mampu dan sanggup untuk menjadi wali seorang anak berusia empat tahun. Untungnya Sophia berhasil. Jadi sekarang, Laina bisa tersenyum bahagia dan Leo, bisa tetap berada dekat dengan orang pertama yang dia percaya di Pulau Asa. 

“Ayo sarapan lalu kita bereskan barang-barang kalian.” Azkan menata makanan yang dia bawa di atas meja. Laina dan Leo beranjak dari tempat tidur mereka dan bergabung dengan Azkan untuk menghabiskan sarapan yang dia bawa. 

“Mama makan?” suara Leo yang parau menciptakan keheningan di dalam kamar.

Laina menatap Leo yang kedua matanya sedang tertuju pada dirinya. “Kau memanggilku mama?” tanyanya. Leo pun menganggukkan kepala, lalu menyodorkan sepotong roti pada Laina. 

Dengan mata berkaca-kaca dan hati yang menghangat, Laina membuka mulutnya, menerima suapan roti dari Leo yang menganggapnya sebagai ibunya. Azkan yang melihat kejadian itu, tak tahu harus merespon seperti apa. Dia sendiri tak menyangka kalau anak yang selama ini lebih banyak diam, bisa tiba-tiba memanggil Laina dengan panggilan mama. 

“Papa juga mau?” Leo telah berubah menjadi seorang anak laki-laki yang mudah berbicara. Azkan tertegun menatap Leo, tak memberinya jawaban hingga Leo merasa canggung.

“Az!” teguran Laina menyadarkan Azkan, kalau dia harus memberikan respon yang benar. Ini adalah kesempatan untuk menjalin ikatan dengan Leo. Calon anak sah mereka nantinya setelah menikah. Meski panggilan papa dan status sebagai orang tua ini datang terlalu cepat baginya, tapi dia tak ingin melewatkan kesempatan ini.

“Iya, papa mau.” Azkan membuka mulutnya lebar-lebar dan mendekatkan wajahnya pada Leo supaya dia bisa dengan mudah menyuapkan roti yang sudah dia potong kecil. 

“Sekarang Leo yang makan.” suara Leo terdengar lebih jelas, dan dengan tangan kecilnya, dia menyuap sepotong roti ke dalam mulutnya sampai penuh. 

Laina mengusap kepala Leo, memberinya segelas susu hangat yang dibawa Azkan, kemudian menatap Azkan dengan tatapan hangat penuh ketulusan. “Terima kasih, Az.” ucap Laina tanpa suara pada Azkan yang tersenyum dan menganggukkan kepala padanya. 

1
anggita
like👍☝iklan. moga novelnya lancar jaya
anggita
Azkan..😘 Laina.
SammFlynn
Gak kecewa!
Eirlys
Aku bisa baca terus sampe malem nih, gak bosan sama sekali!
SIA: Terima kasih sudah mau membaca :)
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!