NovelToon NovelToon
When The Webtoon Comes Alive

When The Webtoon Comes Alive

Status: tamat
Genre:Romansa Fantasi / Percintaan Konglomerat / Teen School/College / Fantasi Wanita / Transmigrasi / Cewek Gendut / Tamat
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Anastasia

Evelyn, penulis webtoon yang tertutup dan kesepian, tiba-tiba terjebak dalam dunia ciptaannya sendiri yang berjudul Kesatria Cinta. Tapi alih-alih menjadi tokoh utama yang memesona, ia justru bangun sebagai Olivia, karakter pendukung yang dilupakan: gadis gemuk berbobot 90kg, berkacamata bulat, dan wajah penuh bintik.

Saat membuka mata, Olivia berdiri di atas atap sekolah dengan wajah berantakan, baju basah oleh susu, dan tatapan penuh ejekan dari siswa di bawah. Evelyn kini harus bertahan dalam naskahnya sendiri, menghindari tragedi yang ia tulis, dan mungkin… menemukan cinta yang bahkan tak pernah ia harapkan.

Apakah ia bisa mengubah akhir cerita sebagai Olivia? Atau justru terjebak dalam kisah yang ia ciptakan sendiri?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anastasia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 25.Mengembangkan perasaan.

Suasana hening sejenak, hanya angin pagi yang berdesir di sekitar mereka. Owen menunduk, matanya tak berani menatap Oliv yang berdiri di depannya dengan tatapan penuh selidik. Mulutnya hampir terbuka untuk menjawab, tetapi sebuah suara lembut memecah ketegangan dari arah pagar besi belakang sekolah.

“Oliv! Kau di situ?”

Suara itu milik Luna. Rambut panjangnya tergerai rapi, seragamnya tampak sempurna seperti biasa, dan senyum manisnya seolah sengaja diarahkan ke arah Oliv, bukan Owen. Ia berdiri di balik pagar, melambaikan tangan kecilnya.

Oliv menoleh sekilas, sedikit terkejut. “Luna? Kenapa kau ada di sini?,bagaimana kalau mereka melihatmu?”

Luna tersenyum samar, tapi matanya melirik Owen sekilas. "Aku di minta Leo membantumu, tapi sedang apa Owen mengikutimu?.”

Owen yang berdiri tak jauh dari mereka hanya mengangkat alis, matanya menyipit. Ia tahu benar, Luna jarang mau repot-repot mencari siapa pun kecuali jika ada alasannya sendiri.

Oliv melirik Owen sebentar. "Aku tidak tahu, dia tahu-tahu sudah di belakang ku. "

"Kalau begitu, lemparkan tasmu!. "

Oliv lalu melemparkan tasnya masuk kedalam, dan diambil oleh Luna. Dan dengan bersiap-siap Oliv menaiki pagar di belakang sekolah mereka, Owen pun terkejut dengan yang dilakukan Oliv.

Saat sudah diatas, Oliv pun berhenti dan menatap Owen dengan tajam.

"Palingkan pandanganmu!, apa kamu mau terus menatap pakaian dalam ku? "

"Apa yang kamu katakan?, aku... "

Bola mata Owen langsung melebar, setelah ia baru menyadari kalau ia melihat bagian bawah Oliv, ia segera berpaling dengan wajah merahnya dan berjalan pergi meninggalkan Oliv.

"Aku tidak lihat apapun.. " Ucapnya yang gugup.

Oliv terus memandang kearah Owen. "Dasar mesum! " Gumamnya pelan.

Akhirnya Oliv masuk dengan lewati pagar belakang sekolahnya, berkat bantuan Luna. Sedangkan Owen masuk lewat gerbang utama dengan mudah, dengan disambut oleh Damian dan Leo.

"Owen, kamu sakit? " Tanya Damian.

"Tidak" Jawab tegas Owen.

"Tapi kenapa wajahmu memerah? . "

"Tidak..ini karena kepanasan saja!. "

Leo lalu melihat Oliv dan Luna berjalan menghampiri mereka.

"Itu Luna dan Oliv sudah datang! " Seru Leo.

Owen pun tidak berani menatap Oliv, ia langsung berjalan terburu-buru meninggalkan temannya.

"Aku ke kelas dulu! " Seru Owen.

Tanpa berani menoleh kebelakang untuk melihat Oliv, langkah kakinya dipercepat agar Oliv tidak menyusulnya.

Saat di kelas Owen tiba lebih dulu dari Oliv, ia dengan tegas berbicara dengan siswa di kelas mereka.

"Jika kalian ada yang menganggu Oliv, maka itu berarti berurusan dengan ku!. Kalian tidak mau kalian menerima akibatnya, jika kalian berani melawanku" Ucap tegas Owen.

Dari jendela Owen melihat kedatangan Oliv, ia langsung berlari ke bangkunya dengan terburu-buru.

Saat Oliv masuk suasana kelas terasa berbeda, mereka lebih ramah dengan nya dan tidak ada lagi kata menghina yang diucapkan untuk nya.

Walaupun Oliv merasa aneh, tapi ia menyadari kehadiran Owen sudah merubah suasana kelasnya.

Di sudut kelas dekat jendela, Owen duduk dengan posisi santai. Kepalanya disandarkan di atas kedua lengannya yang terlipat di meja, wajahnya menghadap ke arah jendela yang diterangi cahaya matahari. Rambutnya sedikit berantakan, dan napasnya terdengar pelan, seolah ia sedang tertidur.

Saat melewati bangkunya, langkah Oliv melambat. Ia menatap Owen sejenak, melihat bagaimana sinar matahari menyinari sebagian wajahnya, membuat sosoknya terlihat tenang, jauh dari kesan arogan yang biasa ia tunjukkan.

Tanpa sadar, Oliv tersenyum tipis. Ia berjalan mendekat sedikit, menunduk, dan dengan suara pelan yang nyaris hanya terdengar oleh Owen, ia berbisik:

“Terima kasih….”

Owen, meski tampak tertidur, alisnya sedikit bergerak seolah mendengar. Namun ia tak membuka mata, hanya membiarkan bibirnya melengkung samar dalam senyum kecil yang nyaris tak terlihat.

Oliv melanjutkan langkahnya ke bangkunya sendiri, duduk dengan perasaan yang sulit dijelaskan. Ada hangat yang merayap di dadanya, campuran rasa lega dan… sesuatu yang lebih.

Dari balik kelopak matanya yang tertutup, Owen mendengar Oliv yang sudah duduk di bangku depannya.

Mendengar ucapan Oliv tadi membuat Owen, bangun dari tidurnya dan terus memandang lembut Oliv dari belakang dengan senyum tipis diwajahnya.

Suasana kelas kembali normal, namun ada sesuatu yang berubah di antara mereka berdua,sesuatu yang belum terucap, tapi perlahan terasa semakin jelas.

Bel berbunyi nyaring, menandakan jam istirahat dimulai. Suara kursi bergeser dan langkah kaki siswa memenuhi kelas. Owen masih duduk di bangkunya, malas beranjak, ketika tiba-tiba sebuah kertas kecil diselipkan ke mejanya oleh Oliv yang ia selipkan di lipatan tangan Owen.

Setelah itu Oliv langsung pergi dengan membawa tas bekal yang cukup besar untuk nya, Owen pun diam-diam membuka surat yang diberikan oleh Oliv.

Ia lalu menoleh, hanya untuk melihat Oliv berjalan keluar kelas tanpa menoleh ke belakang. Alis Owen terangkat penasaran. Ia membuka lipatan kertas itu perlahan.

"Aku tunggu kamu ke atap sekolah sekarang!. —Oliv."

Tanpa berpikir panjang, Owen berdiri. Ia melangkah santai agar tak menarik perhatian, meski dalam hatinya penasaran dan sedikit cemas,Oliv jarang memintanya bertemu berdua, apalagi di tempat seperti atap sekolah.

"Mau apa ia mengajakku kesana" Gumamnya pelan sambil tersenyum tipis.

Sesampainya di atap, angin siang bertiup cukup kencang, membawa aroma samar bunga dari taman sekolah. Oliv sudah berdiri di sana, dekat pagar pengaman, dengan rambutnya yang sedikit berkibar diterpa angin. Tatapannya kosong menatap langit biru, seolah sedang memikirkan sesuatu yang berat.

Owen mendekat, langkahnya teratur. “Kau memanggilku?” suaranya datar, tapi ada rasa penasaran yang tak bisa disembunyikan.

Oliv lalu berjalan kearah tempat teduh yang ada di atap sekolah, Owen hanya meliriknya dengan penuh penasaran.

Lalu Oliv membuka tas bekal yang ia bawa, lalu melihat kearah Owen yang masih berdiri di tengah atap sekolah.

"Sedang apa kamu disitu?, sini! " Perintah Oliv.

Sambil berjalan bergerutu menahan perasaan senang, karena Owen merasa ia diajak Oliv kencan di atap.

Owen yang berdiri berusaha untuk tidak melihat Oliv. "Untuk apa kamu menyuruhku datang ke sini?."

Oliv lalu menarik tangan Owen. "Duduklah!, jangan berdiri saja" Suruh Oliv.

Oliv lalu memberikan kotak makan siangnya untuk Owen. "Ini untuk mu!, mulai besok kamu siapkan sendiri milikmu. "

"Bukannya kita bisa makan di kantin?."

"Apa kau lupa?, menu di kantin cukup mahal dan apa kamu belum menyadari keadaan mu sekolah omelet?. "

"Bukankah tinggal suruh dibayarkan Damian dan Leo... " Ucapan Owen yang terpotong karena Oliv menaruh makanan di mulut Owen.

"Sampai kapan kamu mengandalkan temanmu yang kaya, bagaimana jika kekayaan mu hilang seperti keluargaku?. Ayahmu menitipkan dirimu kepadaku, agar kamu belajar cara hidup sederhana. "

"Tapi... " Ucapnya yang tidak jelas karena masih mengunyah makanan nya.

"Mulai sekarang belajarlah mandiri, dan jangan mengandalkan kekayaan ayahmu itu. Sekarang makan dan nikmati pemandangan di siang hari ini, anggap saja kita sedang makan di tepi pantai. " Ucap Oliv sambil tersenyum.

Senyuman Oliv yang ia arahkan pada Owen, membuat waktu disekeliling mereka terhenti tapi jantung Owen terus berdegup kencang.

Owen pun memalingkan pandangannya kearah Oliv, karena ia mau menutupi perasaannya yang gugup itu.

Istirahat siang yang tenang itu, membuat mereka saling dekat dan mengembangkan perasaan Owen pada Oliv.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!