NovelToon NovelToon
Cinta Dan Kebohongan

Cinta Dan Kebohongan

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Mafia / Percintaan Konglomerat / Keluarga / Romansa / Bad Boy
Popularitas:25.8k
Nilai: 5
Nama Author: Penaduajempol

Bella mempergoki kekasihnya selingkuh sedang bercumbu di parkiran mall yang sepi. Hal itu membuat Bella syok dengan melihat secara langsung Tama berselingkuh dengan seorang perempuan yang amat dikenalnya. Apa yang akan dilakukan Bella saat tahu Tama selingkuh? Dan bagaimana ia akan memberikan pelajaran pada perempuan yang amat ia percaya selama ini?



Disclaimer; Cerita ini murni karangan Pena dua jempol. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat, peristiwa atau cerita mohon dimaafkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Penaduajempol, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 31 - Stiletto

"Dia masih hidup! Malah sedang menikmati duitnya," ucap Inah di seberang telpon.

"Baguslah pastikan dia tutup mulut!"

Mereka tidak sadar kalau nyawa mereka lah yang sedang di ujung tanduk. Mereka pikir, setelah ini hidup mereka akan baik-baik aja. Mereka salah, mereka telah membangunkan serigala yang sedang tertidur pulas.

"Oiya ada yang mau gue tanyain, kenapa Danu bisa berada di rumah Adisutjipto?"

Inah berdecak malas, "Mana saya tau... Lah kok tanya saya? Tanya saja pada rumput yang bergoyang!" ucapnya sarkas sambil menutup panggilan telponnya.

Frilly menatap layar ponselnya tidak percaya. "Hwaaa... Nenek-nenek gak ada akhlak. Template banget jawabannya!" geram Frilly.

Danu kembali ke rumahnya dengan wajah yang mengeras. Menahan emosi untuk tidak menghajar seseorang, membuat kepalanya pusing.

Ia menuju mini bar dan mengambil beberapa Vdka dan lemon juice. Danu menenggak dan mencampurnya dalam jumlah banyak.

Kenzo yang kebetulan melintas ingin menuju ruangannya, menatap jam di pergelangan tangannya lalu menatap Danu heran.

"Masih siang, Lo kenapa minum sebanyak itu? Ada apa?"

Tidak ada jawaban dari Danu membuat Kenzo mengambil Vdka kedua yang Danu minum.

"Balikin, JINGAN...," teriak Danu.

"Lo ngomong dulu. Ada apa? Kenapa Lo mabok di jam-jam segini? Gak biasanya Lo begini?!"

Danu menatap lurus ke depan, kearah lemari mini barnya. "Gue pengen sembelih. Tangan gue udah panas, Ken. Hewan buruan udah di dalam genggaman gue, tapi gue gak bisa ngelakuin itu."

"Lo takut dia tau? Kenapa Lo gak suruh orang buat kulitin mereka? Kenapa harus dari tangan Lo?"

"Dia bakal tau kalau itu perbuatan gue. Kali ini gue pengen bermain-main dengan bisnisnya. Lo kumpulin informasi mengenai si pemodal. Gue pengen habisin sampai ke akar-akarnya!" ucap Danu tersenyum smirk.

"Lo cooling down dulu deh. Baru kita diskusi. Ada yang mau gue bahas soal Oswald dan black Sphinx. Oiya malam ini gue mau ke jepang."

Danu hanya mengangguk dan melanjutkan kegiatannya, sampai saat Panji memasuki mini bar untuk mengambil beer. Ia menatap Danu dengan kening mengkerut.

"Cewek gue lagi di sini. Kalau dia tau Lo mabok, bisa di laporin kelakuan Lo ke Bella," bisik Panji tepat di telinga Danu.

"Kalau sampai dia tau dari mulut kalian. Gue--" tangannya ia bentuk seperti pistol dan ia arahkan ke kepala Panji.

"Makanya pindah sana ke kamar!"

Danu dan Panji melangkah meninggalkan mini bar ke tempat yang berbeda. Jika Danu naik ke kamarnya sambil menenteng minumannya, Panji melangkah menuju ruang tamu.

Setelah meletakan botol-botolnya, Danu merebahkan diri di kasur. Matanya ingin sekali terpejam meskipun otaknya memaksa ia untuk tetap sadar.

"Mulai sekarang gue Bell, yang akan melindungi lo dari para iblis itu, tapi apa gue bisa? Atau malah membawa Lo dalam bahaya yang lebih dari ini?" gumam Danu.

*****

Pagi ini Bella sulit menghubungi Danu. Ia khawatir jika terjadi sesuatu hal buruk pada lelaki itu. Karena terakhir kali Danu menghubunginya, pada saat Minggu pagi.

Room chat Kanu ❤️

Danu: sayang, aku mungkin sulit di hubungi, nanti. Karena ada banyak pekerjaan. Nanti aku hubungi lagi. Love you Isabella. Kalau ada hal mendesak segera hubungi Marco.

Bella menatap chat terakhir yang Danu kirimkan padanya. Baru kali ini Danu tidak ada kabar hampir 24 jam. 'Apa yang terjadi sama kamu Danu?' batin Bella.

"Makan yang benar bella, jangan main handphone saja!" titah Inah.

"...."

Bella tidak menjawab. Ia malah semakin serius memperhatikan ponselnya.

"Kamu kalau di bilangin susah, ya Bell!" lanjut Inah dengan nada kesalnya.

Bella melirik sekeliling, bukan hanya dirinya yang memegang handphone saat makan. Lisa juga. Bahkan Andre sedang fokus memperhatikan iPadnya.

"Anda ada masalah apa sama saya? Bukan hanya saya di meja makan ini yang menggunakan gadget, bersikaplah adil! Itupun jika niat anda bukan ingin membuat saya di tampar Papi saya sendiri karena mulut anda yang selalu mencari masalah."

Inah terkejut dengan balasan Bella. Ternyata Bella sekarang mampu membaca situasi. Namun ia senang jika Bella terprovokasi dengan ucapannya. Karena Inah tau, Andre tidak menyukai seseorang yang membangkang.

"Papi kamu kan, sedang melihat bar chart. Kamu tau kan, papi tidak bisa libur. Meskipun hanya sehari," ucap Inah mencari alibi.

"Terus?" Bella melirik Lisa yang sedang scroll-scroll tidak jelas.

"Lisa hari ini ulangan, jadi dia harus belajar. Materinya semua ada di handphonenya!"

Bell memutar matanya malas. "Inah is liar!"

"Bella, jaga sikap kamu di depan mama mu!" bentak Andre.

"Papi tau apa yang dia lakukan ke Bella? Papi pasti dengar, kan? Papi belum tuli, kan? Kenapa gak ada yang di pihak Bella saat perempuan ini memprovokasi suasana? KENAPA hanya Bella yang selalu dicari keburukannya di sini?"

"Bella, kecilkan Nada suara kamu!" ucap Andre kali ini dengan nada rendah. Ia terkejut Bella bisa meledak seperti itu, di tambah dengan isakan yang gadis itu keluarkan. Andre hampir jarang melihat putri kesayangannya ini menangis.

"Untuk apa? Untuk apa aku berbicara pelan? Bicara lantang pun aku tetap buruk di mata kalian. Andai mami aku masih hidup, mungkin dia tidak akan membiarkan aku di sudutkan dan diperlakukan tidak adil seperti ini. Lisa menginap di rumah temannya berhari-hari, gak ada yang protes, gak ada yang maki-maki. Bahkan Papi memberikan fasilitas ke dia. Dia bermain handphone di meja makan, gak ada yg protes malah di carikan alibi. Sekarang aku tau, kenapa aku terlihat buruk disini! KARENA AKU TIDAK PUNYA SEORANG IBU YANG BISA MEMBELAKU!" teriak Bella di akhir kalimatnya.

Inah mengeluarkan jurus air matanya, "Kamu kenapa belum bisa terima saya sebagai ibu kam--"

"GAK USAH DRAMA, saya tau siapa kamu yang sebenarnya," ucap Bella cepat memotong kalimat Inah. "Kalau kamu bisa bersikap adil dan tidak suka memprovokasi, mungkin saya akan mempertimbangkan kamu bisa menjadi ibu saya." Bella berdiri sambil membanting alat makannya ke piring. Ia memilih meninggalkan ruang makan itu dengan hati yang pilu namun lega karena mampu mengeluarkan uneg-unegnya.

"Mas...!" Inah merengek menatap suaminya.

Andre menatap Inah tajam, "Kamu dengar, kan? Apa yang dia mau. Sesimpel itu untuk menarik hati Bella. Gak perlu kamu memprovokasi saya atau mencari perhatian Bella. Kalau kamu adil dan tulus. Ia akan berada di pihak kamu. Sepertinya kamu harus belajar banyak dari Annastasia." Andre memilih meninggalkan meja makan dan meminta asisten pribadinya untuk membawakan sisanya ke ruang kerjanya.

"Lain kali mama lebih baik diam. Lisa aja memilih diam meskipun gak menyukai Kak Bella ataupun Papinya," ucap Lisa memperingati.

Bella mengontrol emosinya dan berusaha untuk membuangnya sebelum ia bertemu dengan Danu. ia tidak ingin membawa emosinya saat bersama dengan lelaki itu.

"Selamat pagi Nona Isabella...."

Bella di kejutkan dengan suara seorang laki-laki yang tidak asing di depannya. Ia memperhatikan pria itu dengan lekat dan mengernyitkan dahi.

"Kamandanu dimana, Pak Marco?" tanya Bella

"Tuan Dallin hari ini sedang sibuk Nona, kemungkinan ia tidak bisa masuk sekolah," ucap lelaki itu tanpa ekspresi.

"Apakah dia sedang di mansionnya, Pak?" tanya Bella sambil memasuki mobil.

"Ia Nona," jawabnya masih dengan ekspresi yang sama.

Bella tidak bertanya kembali, ia sibuk memikirkan banyak hal di kepalanya. Sesekali ia mengecek handphonenya dan melihat kapan terakhir kali Danu online.

Saat sampai di sekolah, Bella berjalan di koridor yang di penuhi oleh para murid yang sedang berkumpul di depan kelas mereka.

Bisik-bisik pun kembali terdengar di telinga bella yang membuatnya tidak nyaman.

"Itu kan salah satu temen ceweknya Ian?" ucap lantang seorang siswi yang memang sengaja nadanya ia tinggikan.

"Iya... Dia yang ngambil pacarnya Voni. Padahal mereka satu ekskul, si Voni udah nanya katanya gak ada hubungan tapi ternyata pacaran juga."

"Munafik banget gak, sih? Kang tikung!"

Bella tidak terlalu mendengarkan opini mereka karena dia sedang sibuk mengirim kan chat kepada kekasihnya yang tidak ada kabar sampai sekarang.

"Kamu dimana Kamandanu!" desis Bella.

Tak terasa dia sudah sampai di kelasnya. Bella menatap Meli yang hari ini sedang lesu, dan tidak seperti biasanya. Kantung bawah matanya pun sedikit kehitaman, sepertinya gadis ini kurang istirahat.

"Mel, kamu kenapa?"

"Bete aku, Bell. Kenzo gak ada kabar seharian. Ditelpon statusnya memanggil, nggak berdering. Berarti nggak aktif nomornya, kan?"

"Kok sama dengan Kanu," gumam Bella yang masih di dengar oleh Melisa.

"Kak Danu juga, Bell?"

Bella menganggukkan kepalanya. "Terakhir kasih kabar, Minggu pagi. Setelah itu gak ada kabar lagi."

"Mungkin gak, ya? Mereka ada sesuatu. Atau kita tanya Wulan aja. Kali aja kak Adrian tau sesuatu." Melisa memberi saran dan lagi-lagi hanya di anggukan oleh Bella.

Tak lama Wulan datang dengan atribut lengkapnya. Dia hanya sebentar masuk ke dalam kelas untuk meletakan tasnya dan akan kembali ke depan gerbang sekolah untuk melakukan pengecekan tata tertib murid Alexandra.

"Hai girls!" sapa Wulan saat baru sampai di kelas, ia hanya meletakan tas nya lalu kembali melangkah keluar.

Langkah Wulan terhenti kala Melisa memanggilnya. "Lan... Lan... sebentar!" Panggil Meli menahan langkah Wulan.

Wulan membalikan tubuhnya dan menatap Melisa dengan raut wajah bingung. "Iya Mel, ada apa?"

"Kak Ian bisa di hubungi gak akhir-akhir ini?"

"Bisa, tadi aku berangkat bareng dia. Ada apa Mel?"

"Ah... engga apa-apa. Ya udah thanks ya!" ucap Meli.

Wulan menatap Meli dengan heran dan berganti menatap Bella meminta penjelasan, namun Bella hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum.

Bella, Melisa dan Hani sedang menikmati coffee break di kantin sebelum mata pelajaran selanjutnya di mulai. Saat mereka ingin kembali, Riko yang Bella ingat adalah salah satu anggota inti Pioneer mendekati Bella dan memberikan map berwarna hitam pada Bella.

"Lo bisa kasih bang Danu? Ini urgent banget harus dia tanda tangani. Jam 7 malem barang mau di kirim soalnya."

Bella mengerutkan keningnya, kenapa hal penting diserahkan ke dia yang notabenenya orang baru di Pioneer.

Gatal dengan pemikirannya membuat Bella bertanya, "Yang lain kemana, Ko? Emang kamu percaya sama aku?"

"Percaya lah, gila aja gue meragukan elo. Please ya tolongin gue. Bang Ian lagi praktek di lab. Kemungkinan sampe sore. Bang Panji gak masuk hari ini. Kalau Bang Ken gak tau kemana. Gue belum ketemu."

"Anak Pioneer yang lain?" tanya Bella sambil membereskan gelas bekasnya minum tea.

Riko menghela nafas berat. "Kalau sampe Bang Danu tau, gue kasih ke anggota Pioneer reguler. Kepala gue besok di jadiin gantungan kunci mansion sama dia. Udah... Cuma Lo harapan gue satu-satunya. Hani gak bisa, dia lagi berantem sama Panji katanya. Tolong ya Bella." Riko memasang puppy eyes nya. Membuat bella tidak tega.

Disinilah Bella sekarang. Berdiri dengan wajah pucat di depan kamar Danu. Berkali-kali ia menggedor pintu keras itu namun tidak ada balasan dari Danu.

Braaakkkk Braakkk Braakkk

Panji dan Marco yang berada di bawa seketika berlari menuju arah sumber suara itu. Mereka menemukan Bella yang sedang menggendong pintu kamar Danu sambil terisak. Terisak? Panji segera menghampiri Bella dan menahan tangan mungil gadis itu.

"Stop Bell, what's are you doing? you cry?" tanya Panji khawatir.

Bella yang disandarkan oleh Panji seketika mengusap wajahnya dengan kedua tangannya lalu berjalan menuruni tangga. Bahkan Bella tidak menjawab pertanyaan Panji dan melewati Marco begitu saja.

"Bell... Tunggu!" Panji mengejar Bella yang menuruni tangga setengah berlari. Merasa langkahnya kalah jauh, Panji memutuskan menggunakan lift.

Saat sampai di bawah, Panji menahan langkah Bella dengan menarik lengan gadis itu. Sontak Bella langsung menepis tangan Panji.

"Lo kenapa sih? Dateng-dateng ngamuk begini? Terus itu kenapa ada di tangan Lo?" tanya Panji dengan nada rendah. Ia tau jika telah terjadi sesuatu hingga membuat Bella menangis kali ini.

Bella menyerahkan map itu kepada Panji. "Riko yang nyuruh aku ke sini. Katanya urgent harus di tanda tangani."

"Terus Lo kenapa nangis?"

Bella tidak menjawab, ia memilih meninggalkan Panji yang masih bingung dengan sikap Bella.

"Bell, mau gue anter ke sekolah lagi gak?" ajak Panji.

"Thanks. Aku naik taxi aja!" tolaknya. "Oiya. Kenapa Kamandanu gak bangun-bangun? Dia di kamar kan?"

"Ohh... Itu mungkin dia masih tidur karena seharian kemarin dia minum sampe 7 bot--" Panji seketika menghentikan ucapannya yang terlalu lancar berbicara.

Bella hanya menaikan alisnya sebelah dan mengangguk sambil tersenyum smirk. "Oh gitu. Oke. Thanks kak!"

"Duhhh bacot... bacot!" ucapnya lirih sambil menutupi mulutnya dengan tangan. "Jangan bilang dari gue. Please!"

Bella mengangguk dan tersenyum kecil lalu berjalan setengah berlari menuju gerbang mansion.

Sementara itu di kamar Danu. lelaki itu mengernyitkan dahinya karena merasa mendengar namanya di panggil dari balik pintu kamarnya.

Kepalanya masih berat, membuatnya sulit untuk bangun. Siapa yang berani menggedor pintu kamarnya se-kasar itu? Tidak mungkin Daddy nya karena sang King sedang di Negara asalnya. Ibunya? Ohhh itu mustahil.

Sayang sekali suara ancaman bella tidak bisa menembus kamar Danu. Jika danu tau kalau Bella mengamuk di markasnya sudah pasti lelaki itu tidak akan bermalas-malasan di kasur.

Saat menggedor pintu kamar Danu, Bella sempat mengancam tidak akan mau bertemu dengan lelaki itu lagi. Bukan karena tidak di bukakan pintu. Melainkan karena Bella melihat sepasang Stiletto di depan kamar Danu.

Sepanjang jalan Bella hanya menangis, berkali-kali ia ingin menahan air matanya namun tidak bisa. Ini pengkhianat kesekian yang ia terima. Harusnya kali ini ia sudah kebal. Ternyata Bella tidak bisa sekuat itu.

TBC

Jangan lupa Like, subscribe dan Vote nya ya, kesayangan aku.

1
amateur dara
sumpah bakal ngeri sih kalau Liu huan bapak kandungnya Bella. apa iya Bella sanggup punya saudara tiri macam frilly /Sob//Sob/
amateur dara
kabupaten pride /Facepalm/
amateur dara
idih si uler
amateur dara
terima kasih sudah di buatkan visualnya Thor 🌹☕☕☕☕
amateur dara
lah... belum tau ternyata si danu
Amelia
salam kenal ❤️🙏
Pena dua jempol: salam kenal kak Amelia 🫰🏻❤️
total 1 replies
amateur dara
tiba tiba pengen ngeship Bella dan Tama lagi, kak Thor /Sob/ tapi Tama playboy ya
amateur dara
sungguh plot twist yang mencengangkan /Sob/ di luar prediksi para pembaca
amateur dara
aigoooo mewahnya ❤️🌹
amateur dara
njirrr jaman zygot dong
amateur dara
/Joyful//Skull//Skull/
amateur dara
scane yg bikin ngakak itu pas mau iyak iyak ehhh kepergok Mulu /Facepalm//Grin/
amateur dara
KAMANDANU ❤️❤️ ahhh gue baper
amateur dara
bisa ngelawak juga Kenzo /Hey/
amateur dara
ngakak sumpah /Facepalm//Sob/ pindah alam donggg
Anita Jenius
keren banget kak.
5 like + 2/Rose/lagi untukmu.
mari saling mendukung kak. thanks.
Anita Jenius
sebuah /Rose/cantik untuk mu thor.
aku baca di sini lg.
𝖁𝖎𝖋𝖆 𝖆𝖋𝖎𝖋𝖆
tambah seru ceritanya lanjut dong
Nita Zali
moga Bella terus bersama Danu thor...they deserve each other
Anita Jenius
4 like + 2 /Rose/buatmu.
semangat ya.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!