NovelToon NovelToon
Tangisan Hati Istri

Tangisan Hati Istri

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama
Popularitas:14.9k
Nilai: 5
Nama Author: Cicih Sutiasih

Bayangan indahnya hidup setelah sah menjadi seorang istri, tidak dirasakan oleh Mutia Rahma Ayunda, ternyata ia hanya dijadikan alat untuk mencapai ambisi suaminya , Rangga Dipa .
Setelah menikah, Rangga yang berasal dari keluarga kaya,berusaha mewujudkan semua mimpinya untuk memiliki fasilitas mewah dengan mengandalkan istrinya. Rangga hanya menafkahi Mutia dengan seenaknya, sebagian besar uangnya ia pegang sendiri dan hanya ia gunakan untuk kepentingannya saja, Rangga tidak peduli dengan kebutuhan istrinya. Sampai mereka dikaruniai anakpun, sikap Rangga tidak berubah, apalagi ia masih belum bisa move on dari mantan pacarnya, Rangga jadi lebih mengutamakan mantan pacarnya dari pada istrinya.
Kehidupan Mutia sering kali diwarnai derai air mata. Mampukah Mutia bertahan, dan akankah Rangga berubah?.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cicih Sutiasih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sebatas Fatamorgana

"Kamu benar-benar sempurna Mutia, kamu adalah mutiara tersembunyi yang belum tersentuh", gumam Rangga.

Mutia tampak gemetaran, antara malu dan takut, ia tutupkan telapak tangannya ke daerah inti tubuhnya.

"Jangan..., biarkan begitu", ucap Rangga dengan suara bergetar, jelas sekali kalau dirinya sudah dirajai oleh birahi.

"Kamu ini milikku kan?, jadi biarkan aku menikmati semua keindahan ini", ucap Rangga lagi.

Rangga mulai menggerakkan tangannya, ia membelai tubuh Mutia, tidak hanya dengan tangan , namun kini ia pun mulai mencium, menjilat dan menghilap tubuh Mutia, Rangga mulai menggila di atas tubuh Mutia

Mutia pun mulai mengikuti ritme dan berusaha menikmatinya, Mutia tidak ingin membuat Rangga kecewa, apalagi saat ini Mutia tahu, Rangga sedang tidak mabuk.

Pergumulanpun kian panas, mereka mulai berkeringat, apalagi cuaca di luar pun sedang panas-panasnya. Lenguhan demi lenguhan pun lolos dari mulut Mutia, tidak dapat dipungkiri, ini adalah gerakan erotis pertama bagi Mutia yang dilakukan atas dasar cinta.

Namun saat sedang foreplay, terdengar suara pintu di ketuk. Rangga sempat menghentikan gerakannya sebentar, namun ia kembali melanjutkannya dan seolah tidak peduli dengan siapa pun yang ada di luar sana.

Tak lama terdengar pula ponsel Rangga yang berdering, kini tidak hanya sekali, namun ponsel itu terus -menerus berdering, sehingga memaksa Rangga untuk menghentikan hentakan pinggulnya.

Rangga berdiri dan tanpa ragu ia berjalan mengambil ponselnya yang berada di dalam tasnya.

Mutia bisa melihat itu, ia bisa dengan jelas melihat tubuh polos suaminya . "Sinta...", gumam Rangga.

Ia melirik ke arah Mutia yang sedang menatapnya, seolah kaget, Mutia langsung mengalihkan pandangannya, ia malu ketahuan sedang melihat tubuh polos suaminya.

Rangga yang belum mencapai puncaknya, kembali mendekati Mutia dan ia pun melanjutkan untuk menuntaskan hasratnya.

Sayang, kini pikiran Rangga sudah kembali kepada Sinta, sehingga ia melakukannya tidak selembut tadi, kini Mutia terlihat meringis, ia merasa sakit dan perih di bagian intinya yang digempur cepat dan dimasuki paksa oleh Rangga.

Namun Rangga tidak peduli, ia hanya memikirkan kepuasannya sendiri, apalagi ia ingin cepat menemui Sinta, sehingga gerakannya agak kasar , dan "Aahhh....", Rangga mengerangdengan tubuh sedikit mengejang.

Rangga sudah mencapai puncaknya, ia terkulai lemas sekejap di dada Mutia yang tampak meringis. Tidak seperti Rangga yang merasakan nikmatnya mencapai orgasme, Mutia justru merasa sakit dan perih, padahal ia hampir saja mencapai orgasme, hanya saja itu semua terganggu oleh bunyi dering dari ponsel Rangga tadi.

"Aku harus pergi", ucap Rangga, ia seenaknya saja menarik tubuhnya dari tubuh Mutia , dan segera berlalu menuju kamar mandi dengan masih polos, tanpa sehelai kain pun menempel di tubuhnya.

"Aaww...", Mutia sedikit mengerang, bagian intinya terasa perih. "Kamu tega Mas, kamu hanya memikirkan diri sendiri, kamu egois", ucap Mutia.

Mutia belum mencapai orgasme, justru kini bagian intimnya terasa perih.

"Sedih..., kesal..., dan geram..., itu yang kini dirasakan Mutia. Tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa, ia oun tidak berani bicara terus terang kepada Rangga, padahal mungkin hanya perlu beberapa gerakan lagi dari Rangga, bisa membuatnya Orgasme.

"Kamu egois Mas...", gumam Mutia. Ia kini menarik selimut untuk menutupi tubuh polosnya.

"Aku pikir kamu sungguh-sungguh Mas...", gumam Mutia lagi.

Kini hatinya kembali terasa sakit, Mutia yakin tadi Rangga mendapat telepon dari Sinta, sehingga cepat-cepat melakukannya.

Ternyata tidak sesuai harapan, walau Rangga tidak sedang mabuk pun, Mutia tidak bisa merasakan indahnya bulan madu, padahal hampir saja, kalau ponsel Rangga tidak keburu berbunyi.

Mutia harus kembali menyaksikan tubuh polos suaminya melintas dihadapannya.

Tampan, ganteng, itulah nilai untuk Suaminya, Rangga. Jadi tidak aneh jika banyak wanita yang mengantri ingin mendapatkan cinta dari

suaminya itu.

"Aku pergi dulu", ucap Rangga setelah selesai berpakaian. Ia hanya melirik sekilas ke arah Mutia yang masih berbaring dibawah selimut.

Manusiawi sekali jika kini Mutia masih memendam hasrat yang belum selesai dipuaskan oleh Rangga. Mutia tidak tahu, bagaimana caranya untuk menuntaskan hasratnya itu.

Dan matanya kini melirik sebuah botol parfum, entah apa yang menggerakkan tangannya untuk mengambil botol itu dan ia tempelkan di bagian intimnya.

Mutia mulai menggesekkan botol itu dengan bagian intimnya, matanya mulai terpejam, ia merasakan sensasi yang sama saat sedang bersama Rangga, suaminya.

Mutia makin cepat menggerakkan botol itu, hingga ia pun mencapai puncaknya, Mutia mengerang dan tubuhnya pun mengejang, hingga ia terkulai lemas.

Namun itu hanya sesaat, Mutia menjauhkan botol dari bagian intim tubuhnya, air matanya mulai mendesak keluar, hatinya sakit, bukan ini yang ia mau, ia menginginkan hal itu terjadi bersama suaminya.

"Kamu tega Mas..., kamu egois", gumam Mutia sambil menyeka air matanya. Mutia menyambar kimono tidur miliknya dan segera menuju kamar mandi.

Namun belum juga masuk, pintu kamar sudah ada yang mengetuk kembali. Mutia tadinya ingin mengabaikan orang yang mengetuk pintu, karena Mutia yakin itu bukan Rangga, kalau Rangga, ia selalu membawa kunci cadangan.

"Rangga..., Rangga..., ini Mami dan Rani", terdengar teriakan dari luar pintu.

"Mami..., Rani...?", gumam Mutia, ia sungguh tidak menyangka, kenapa ibu mertuanya bisa datang.

"Mungkin ada sesuatu yang penting:, gumam Mutia.

Mutia pun langsung menuju pintu dan membukanya.

"Mami...?, Rani...?", ucapnya begitu pintu terbuka.

Bu Anggi tersenyum begitu melihat Mutia dengan komono tidurnya.

"Aduh...maaf ..., ibu pasti mengganggu kalian, mentang-mentang pengantin baru, tidak pandang waktu, padahal ini siang hari Mutia, panas", senyum Bu Anggi.

"Aku sedang sendiri kok Mi, Mas Rangga tidak ada di sini", senyum Mutia, ia menunduk malu karena ibu mertuanya ini ternyata bisa menebak apa yang sudah ia lakukan .

"Rangga tidak bersama kamu?, Mami pikir dengan tampilan seperti ini, kalian baru saja mekakukannya", Bu Anggi langsung nyelenong masuk ke dalam.

Untung saja tadi Mutia sempat memunguti pakaiannya yang berserakan di lantai, kalau tidak, bisa ketahuan juga."Mami ngomong apa sih... , Rani tidak mengerti",

"Kamu masih kecil Rani sayang, belum waktunya mengerti", senyum Bu Anggi.

"Aku baru bangun tidur Mi, tadi panas sekali, jadi..., memakai ini", senyum Mutia lagi.

"Memangnya Rangga ke mana?", kini Bu Anggi tampak serius.

"Mas Rangga lagi ke luar Bu",

"Aneh..., pengantin baru, kok main pergi sendiri , istri secantik ini ditinggalkan , dasar bodoh", gerutu Bu Anggi lagi , ia merutuki anaknya sendiri.

"Ayo cepat ganti pakaian, kita akan cari suamimu", ajak Bu Anggi, ia berjalan menuju balkon dan diikuti oleh Rani.

"Baik Mi", bergegas Mutia memasuki kamar mandi dan membersihkan tubuhnya. Tidak disangka, tubuhnya dipenuhi tanda merah bekas isapan Rangga tadi.

Namun semua seperti sandiwara saja, Mutia belum sepenuhnya merasakan indahnya malam pertama, semua seperti fatamorgana saja, sudah hampir tercapai , namun kembali terbang menjauh ke awan.

1
Aghitsna Agis
hamidum mutia
Aghitsna Agis
udah mutia lepaskan aja rangga jgn dikasuh hati kg tambah ngekunjak merasa punya istri manut terus jd seenaknya kan dekarang muti sudah punya kerjaan lanjut
Aghitsna Agis
rangga gunta ganti aja jgn nyeselmkalau jena pemyakit hiv, mutia cuekin aja rangga nga tos hidup nga nyusajin suami niar fia nyesel.lanjut up lg
Cicih Sutiasih: Terima kasih Kak, selalu mengikuti kisah Mutia, aku kerja dulu, up nya besok pagi ya
total 1 replies
Aghitsna Agis
mydah2an mutia ditempatkan dikatirnya oa hasbi jd biar aman kemutia dan hanif soalnya kalau jd art dikhawatirkan dania cemburu trs memfinah mutia yg nga nga jdnya brrabe lanjut up lg mka
Cicih Sutiasih: Terima kasih Ka, sabar ya, aku baru pulang kerja, istirahat dulu, nanti up nya agak sore
total 1 replies
Aghitsna Agis
udah pergi aja.mutia biar ada rasa menyedar cinta tinggal vinta klau fiinjak injak debagai istri tidak dihargai.makanya jgn.mencintai lebih baik dicintai jd rangga merasa duatas angin
Cicih Sutiasih: Nanti ada saatnya Mutia menangis karena bahagia, Rangga perlahan akan berubah kok, akan ada kejadian-kejadian yang menimpa Rangga, yang membuatnya sadar atas perilakunya kepada Mutia, jadi ikuti saja terus kisahnya/Rose//Rose/
total 1 replies
Aghitsna Agis
udah tinggalin aja muti
Aghitsna Agis
tuh rangga lihat sinta melihat kamu malah.mundur bukannya menolong malah ttp sinta yg menolongnya apa nga malu lanjut
Rina ariyanti
Luar biasa
Cicih Sutiasih: Terima kasih
total 1 replies
Anita Jenius
Salam kenal. 3 like mendarat buatmu. semangat ya
Cicih Sutiasih: Terima kasih, mohon komenannya juga, mungkin ada alur atau nama tokoh yang keliru
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!