Praya Asteria, gadis Muda berumur 22 tahun yang rela menjadi istri kedua karena cinta, Asteria dinikahi pria tampan berwibawa berumur 37 tahun, pria itu menikahi Asteria hanya untuk memuaskan nafsunya saja di karenakan istri tercinta yang sedang sakit dan tidak bisa melayani sebagai seorang istri yang seutuhnya, Praya mencintai dengan tulus suaminya tapi tidak dengan suaminya yang bernama bara, karena sejak awal bara menikahi Praya hanya untuk di jadikan teman tidurnya saja
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Daisha.Gw, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perpisahan
"ka Dikta"
Praya tersentak saat Dikta dengan kasarnya menarik pergelangan tangannya masuk kedalam ruangan. pintu ruangan Dikta tutup rapat
"Ka! kamu apa-apaan sih" Dikta menepis tangan Praya yang ingin menyentuh gagang pintu ruangannya, Dikta menatap tajam Praya.
"Ka, kamu kenapa?" tanya Praya takut, pasalnya sekarang Dikta mulai mengikis jarak di antara mereka.
"Raya" panggil Dikta lembut, raut wajahnya Sudah berubah sayu, tatapan yang tadi tajam berubah sendu.
"kamu...." sungguh Dikta tidak sanggup melanjutkan ucapannya, Dikta Tutup matanya yang membuat air mata yang ia tahan tumpah sudah di hadapan Praya.
"Ka" Panggi Praya selembut mungkin, Dikta membalik tubuh membelakangi Praya, Praya bisa melihat punggung lelaki itu naik turun bergetar, pria itu Menangis tanpa adanya suara.
"Ka Dikta" Praya beranikan menyentuh pundak Dikta, Dikta berbalik lagi menghadap Praya, di tariknya Praya masuk kedalam pelukannya, Praya jelas kaget dengan apa yang Dikta lakukan, Praya juga bisa rasakan pundaknya yang mulai basah karena air mata pria itu.
"Raya, apa kamu bahagia dengan pernikahan kamu"
deg
pertanyaan Dikta yang membuat Praya membeku seketika, Praya tiba-tiba menjadi Kelu, tidak sanggup ia menjawab pertanyaan yang Dikta lontarkan.
"kamu bahagia menikah dengannya?" Dikta mengulang pertanyaan yang sama.
"Raya, aku mohon katakan kalau kamu bahagia, aku akan belajar melupakan kamu, aku akan pergi jauh dari kamu, tapi aku mohon katakan kalau kamu hidup bahagia"
"ka--ka dik--ta---
"Aku sudah tau mengenai hubungan kamu dengan Bara" Ucap Dikta dengan suara bergetar, mulut Praya terbuka lebar.
"iya raya, aku sudah tau"
flashback on
setelah bara memaksa Dikta keluar dari ruangan itu, Dikta masih terbayang dengan sosok wanita yang ada di dalam sana, wanita yang sedang bercumbu mesra dengan Bara, Dikta seperti kenal dengan tangan wanita yang melingkar di leher Bara, tangan wanita yang selalu ia rindukan, Tangan Praya
Dikta menggeleng.
"nggak mungkin itu Praya" Dikta putuskan untuk menunggu tidak jauh dari sana.
Dikta seperti kehilangan kemampuannya untuk berdiri, saat ia lihat wanita yang keluar dari ruangan bara adalah Praya, hancur lebur hati pria itu, ternyata wanita yang di cari selama bertahun-tahun sudah menikah, tidak ada lagi alasan untuk Dikta menunggu atau membujuk, Dikta juga tau batasan dalam mencintai, mungkin setelah ini ia akan setuju dengan perjodohan yang mungkin sang mama sudah atur untuknya
flashback off
mereka duduk di sofa yang ada di ruangan Dikta, Praya sudah ceritakan semuanya pada Dikta, tidak ada satupun yang terlewat, mungkin ada kebohongan yang Praya tambahkan di dalam ceritanya, tidak mungkin Praya jujur dengan semuanya.
Dikta menoleh, ia usap ubun-ubun Praya penuh kasih, sedangkan Praya hanya menunduk, tidak sanggup ia melihat lagi Wajah pria tulus yang sudah di sakiti berkali-kali
"Jaga diri baik-baik, aku pergi"
"Kaka mau kemana" Praya beranikah untuk bertanya, Dikta bernafas berat.
"aku akan pergi mengurus perusahaan, tidak ada alasan untuk bertahan di negara ini, alasan untuk kembali pulang hanya kamu, tapi sekarang kamu bukan lagi untuk ku" Dikta menoleh lagi ke arah Praya, ia peluk Praya begitu erat, mungkin pelukan perpisahannya.
"jaga diri baik-baik, jangan pernah ragu meminta bantuan ku, hubungi aku di nomor yang sama Lima tahun lalu, sampai detik ini, nomor itu masih setia menunggu pesan masuk dari mu" sakit hati Praya mendengarnya, ada rasa tidak rela saat pria itu mengucapkan salam perpisahan.
perlahan Dikta melepaskan pelukannya.
"sekarang kamu keluar, takut ada bang Bara yang datang" Praya Hanya mengangguk