Perjodohan mendadak yang di lakukan Keluarga Bulan dengan Ustad Ihsan, cukup menggemparkan seluruh santriwati di Pesantren Al Ikhlas. Pasalnga, Bulan di jodohkan kepada Ustad teladan di Pesantren tersebut yang menjadi idola para Santriwati.
Hari patah hati satu pesantren itu terjadi saat Ustad Ihsan sudah mengumumkan pertunangannya dengan Bulan.
Lalu bagaimana dengan hubungan mereka selama di Pesantren
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Humairah_bidadarisurga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32
Ustadz Ihsan sudah membalikkan tubuhnya dan berjalan menuju ruang guru untuk meletakkan semua berkas ujian mata pelajara pertama.
Langkah kakinya lumayan lebar dan cepat tanpa mengetahui kalau Bulan ikut berjalan di belakangnya. Jujur, Bulan rindu. Bahkan sangat rindu, tapi tidak bisa meluapkan rasa rindu itu dengan kata -kataa atau perbuatan. melihat Ustadz Ihsan ada di hadapannya saja, Bulan langsung gugup luar biasa. Sama seperti tadi, seperti mendapat kejutan indah yang tak aakan mungkin di lupakan, tapi tak mungkin Bulan berteriak kesetanan untuk meluapkan rasa bahagianya itu.
Jarak mereka cukup dekat. Bulan ikut berjalan dengan cepat menyeimbangi langkah Ustadz Ihsan yang ada di depannya. Sambil membawa buku paket yang di pakai untuk menutup wajahnya agar tidak malu saat di tatap beberapa temannya yang nampak bertanya -tanya melihat Bulan berjalan di belakang Ustadz Ihsan.
Langkah Ustadz Ihsan terhenti saat beberapa muridnya berdehem keras sambil bersorak keras. Wajahnya menoleh ke belakang tepat menatap wajah Bulan yang mulai memerah. Kedua mata mereka saling beradu pandang membuat Bulan menunduk.
Ustadz Ihsan menatap ke seluruh muridnay yang ada di sekitar lorong itu membuat suasan lorong mendadak hening dan sunyi.
"Kalian kenapa? Sorak sorai? Tertawa? Ada yang lucu? Bukannya belajar mau menghadapi ujian kedua? Ini malah teriak gak jelas. Kamu? Ngapai ikutin saya?" tanya Ustadz Ihsan dengan ketus.
Semua mata memandang ke arah Bulan yang sejak tadi menunduk saja dan kini di tatap tajam oleh Ustadz Ihsan.
"Heii ... Kamu!! Kamu Bulan kan?" panggil Ustadz Ihsan sambil kedua matanya tertuju tajam pada Bulan.
"Ekhemmm ... Iya," jawab Bulan lirih sambil menurunkan buku paket yang menutupi wajahnya lalu mendongak menatap Ustad Ihsan.
"Ikut ke ruangan saya," pinta Ustad Ihsan ketus lalu berbalik badan dan emlanjutkan berjalan menuju ruang tunggu.
Bulan hanya bisa melongo bingung. Bukankah memang sejak tadi Bulan akan mengikuti Ustadz Ihsan menuju ruangannya yang ada di alntai dua.
"Kena lo, Lan. Kena masalah apa? Lo nyontek?" tanya seorang santri yang berada di sisi dinding kelas.
"Gak. Masa iya, ujiana akhir nyontek? Perlu bawa berapa buku paket, hah?" jawab Bulan ketus.
"Ya kali, nekat. Mentang -mentang yang jaga guru idola sekolah," ucap santri lainnya.
Bulan hanya memutar kedua bola matanya dengan malas. Mereka semua semua tidak tahu, sebentar lagi, Bulan akan menjadi istri seorang ustad.
"Belajar tuh yang bener. GAk usah ngurusin hidup orang. Jalan hidup kita udah jelas beda," ucap Bulan dengan nada suara mengejek.
Bulan melanjutkan jalan menuju ruangan Ustadz Ihsan. Tepat berada di depan ruanagn itu, ternyata Ustadz Ihsan juga baru kembali dari ruang guru. Tatapan Ustadz Ihsan terus tertuju pada Bulan yang semakin dewasa.
"Ayo masuk," titah Ustadz Ihsan pada Bulan yang masih terlihat canggung.
Bulan hanya mengangguk kecil dan masuk ke dalam ruangan sempit itu dan duduk di salah satu kursi untuk tamu.
Ustadz Ihsan berjalan ke belakang meja kerjanya lalu duduk dan membuka laci lalu menaruh satu hadiah untuk Bulan.
"Ini buat kamu. Buka sekarang," titah Ustad Ihsan pada Bulan.
Bulan menatap Ustadz Ihsan dengan pandangan bingung.
"Ini apa?" tanya Bulan sambil menerima kotak yang berukuran sedang.
"Buka saja," jawab Ustadz Ihsan pelan.
Bulan membuka kotak itu dan ia hanya bis amelongo melihat isinya. Sebuah tiket pesawat menuju Mesir dan pendaftaran sekolah setara dengan SMA di sana.
"Tiket pesawat? Sekolah di Mesir? Apa maksudnya?" tanay Bulan merasa tak yakin dengan jawaban yang sudah ada di pikirannya sejak tadi.