Jena memutuskan untuk mengakhiri hidupnya, karena stress punya suami manipulatif dan licik. Selingkuh dengan tujuh wanita sekaligus, bahkan dengan pelayan di rumah pun suami Jena bernama Jino itu selingkuh.
Keluarga, sahabat dan mertua tak ada yang percaya kalau Jino selingkuh sebab pria itu sangat baik pada Jena.
Awalnya Jena juga tak percaya kalau belum melihat dengan mata kepala sendiri. Dia menggugat cerai Jino, malah mendapat tamparan dari ayahnya yang mengira Jena telah durhaka pada suaminya.
"Tuhan, sengaja membuat ku bereinkernasi agar bisa membongkar kebusukan mu, Jino. Aku tidak akan menggugat cerai mu, tapi aku akan membuat orang tua ku memaksa mu untuk menceraikan ku. Enak saja kamu selingkuh dengan tujuh wanita, sedangkan setiap malam kamu masih minta jatah sama aku. Cih, kamu kira setelah tahu perselingkuhan mu, aku masih mau melayani tubuh kotor mu itu," gerutu Jena setelah bangkit dari tidur panjangnya.
Wanita itu akan balas dendam pada suaminya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kisss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kehidupan Pertama Jena : Cemburu Buta
Jeno memikirkan permintaan Jena. Bagaimanapun apa yang dikatakan oleh Jena benar adanya. Jeno punya mertua kaya raya yang pastinya tidak akan tega melihat mereka jatuh miskin. Lagian Jeno yakin pada dirinya sendiri kalau dia adalah pekerja keras yang pastinya bukan pemalas. Pria itu pasti bisa memberi makan dan pendidikan anaknya.
"Baiklah, tapi, tunggu setahun lagi, boleh? Aku ingin belajar ilmu parenting dulu agar bisa menjadi ayah yang baik untuk anak-anak kita. Karena kalau kamu duluan hamil dan aku belum paham ilmunya, itu pasti akan berdampak buruk untuk kita berdua. Aku ingin bila kamu hamil nanti, aku tahu apa yang harus aku lakukan, begitupun saat nanti anak kita lahir, aku juga ingin mengganti popoknya, menidurkannya dan menghentikan tangisnya dengan gendonganku."
Jeno mengeluarkan isi hatinya, meminta Jena untuk bersabar. Pria itu menatap dalam bola mata istrinya. Jena tersenyum manis, dia bahagia mendengar jawaban Jeno. Akhirnya, pria itu luluh juga. Tidak masalah menunggu setahun lagi, yang penting suaminya telah setuju punya anak.
Sang istri menganggukkan kepalanya semangat. Dis mengecup bibir sang suami berkali-kali guna meluapkan isi hatinya.
"Aku sangat bahagia, Kanda. Kita berdua akan belajar ilmu parenting. Aku juga ingin menjadi ibu yang baik untuk anak-anak kita! Mari belajar bersama-sama agar anak-anak kita bahagia dan bangga punya orang tua seperti kita!" pekik Jena dengan nada bahagia. Wajahnya berbinar terang, sontak saja Jeno ikut tersenyum cerah.
"He'um. Aku juga bahagia, Dinda. Besok aku akan mencari guru parenting untuk kita berdua. Nanti, kita sesuaikan jadwal agar tidak bentrok dengan jam kerja kita. Bagaimana? Kamu mau?" tanya Jeno penuh semangat.
Jena setuju. Suaminya ternyata selain tampan juga cerdas dan perfeksionis. Dia benar-benar ingin belajar menjadi orang tua yang baik, bukan asal menjadi orang tua. Segera wanita itu memeluk suaminya, menenggelamkan wajahnya ke dalam dada suaminya.
"Aku patuh sama kamu, Kanda. Atur saja jadwalnya," jawab Jena dengan suara tertahan sebab berada dalam pelukan Jeno.
Jeno mengecup puncak kepala istrinya. Dia beruntung sekali karena memiliki istri sebaik Jena. Pria itu berjanji untuk setia pada istrinya. Tidak akan dia biarkan sang istri marah atau kecewa karena punya suami seperti dirinya.
"Ayo tidur! Besok kita harus bangun cepat, karena aku masuk kelas pagi dan kamu juga punya jadwal operasi pagi," ajak Jeno lembut membuat Jena langsung memejamkan matanya perlahan.
Tak butuh waktu lama keduanya sampai ke alam mimpi. Mereka memimpikan sosok anak kecil yang berada di tengah-tengah mereka. Senyuman manis terbingkai di wajah lelap keduanya.
*
*
Seperti apa yang dikatakan oleh Jeno, dia benar-benar mencari guru profesional dalam bidang parenting. Namun, belum ada yang pas. Dia membutuhkan wanita atau laki-laki paruh baya. Bukan yang muda, demi kenyamanan Jeno dan istrinya.
Jeno membuka ponselnya. Dia membaca pesan masuk dari seseorang.
[Saatnya kamu ke psikiater]
Jeno segera menutup ponselnya. Dia bergegas menuju rumah sakit langganannya. Diam-diam di belakang Jena, Jeno sedang berjuang untuk sembuh dari penyakit dan traumanya.
Setelah tiba di rumah sakit swasta tempat Jeno berobat. Pria itu segera turun dan beranjak menuju ruangan dokter psikiater nya.
Seorang wanita cantik seumuran Jena tersenyum cerah melihat Jeno masuk ke dalam ruangannya.
"Hai, Mas Jeno. Bagaimana kabarnya?" tanya Laras ramah. Wanita itu menyambut kedatangan Jeno dengan hangat, wajahnya berseri-seri seperti seorang gadis bertemu dengan kekasihnya.
Jeno tersenyum kecil. Dia segera menghempaskan bokongnya di kursi khusus pasien.
"Aku baik. Oh iya, hari ini aku mau ambil obat ku saja. Karena sudah habis, tidak perlu hipnoterapi, sebab aku buru-buru harus menjemput Jena."
Jeno berkata dengan lugas dan tegas. Dia sudah berjanji akan menjemput istrinya untuk makan siang. Kebetulan Jena pulang lebih cepat, karena kata sang istri tidak banyak pasien hari ini. Hanya ada satu pasien yang harus dioperasi, tetapi telah selesai.
Wajah Laras berubah masam, namun dia secepat mungkin kembali tersenyum manis. Dia telah tahu masa kelam Jeno dan ambisi pria itu untuk membunuh semua pelaku.
"Tumben Jena pulang cepat, Mas?" tanya Laras lembut seraya membuka lacinya untuk mengambil spidol.
"Hari ini dia cuma punya satu jadwal operasi pencangkokan jantung. Tapi, sudah selesai dan usah bisa pulang sebentar lagi. Sekarang dia sedang menunggu teman dokternya untuk menggantikan shift siang!" jelas Jeno santai membuat Laras tersenyum tipis.
Sekuat mati dia menahan dirinya untuk tak cemburu. Laras … sahabat Jena dari kecil. Dia selalu iri dengan pencapaian Jena. Bahkan, dia masuk universitas kedokteran untuk menyayangi Jena, sayangnya Laras tidak begitu kompeten sehingga lulus di bidang ilmu kedokteran spesialis ahli bedah dan jantung. Alhasil, terpaksa Laras masuk jurusan psikiater atau psikolog.
Tetapi, dia senang saat Jeno datang padanya. Bahkan, pria itu menceritakan masa kelam yang tidak Jeno ceritakan pada istrinya.
"Gimana akhir-akhir ini, Mas? Masih mimpi buruk?" tanya Laras lagi seraya mengambil obat untuk Jeno.
"Masih, tapi tidak sering. Karena ada Jena, kecuali kalau Jena dinas malam, aku sering mimpi buruk, makanya kalau tidak ada Jena aku tidak tidur malam. Karena takut mimpi buruk!" jawab Jeno jujur.
*
*
Bersambung.
Jangan lupa like coment vote dan beri rating 5 yah kakak 🥰🥰
Salem Aneuk Nanggroe Aceh ❤️