Salahkah apabila seorang ayah—walaupun tidak sedarah—mencintai anak yang diasuhnya, dan cinta itu adalah cinta penuh hasrat untuk seorang pria pada kekasihnya.
"Akhiri hubungan kita! setelah itu Daddy bebas bersama Tante Nanda dan Hana juga akan bersama dengan pria lai ..."
Plakkkkkkkkk...! suara tamparan terdengar. Wajah Hana terhempas kesamping dengan rambut yang menutupi pipinya, karena tamparan yang diberikan Adam begitu kuat.
Hana merasa sangat sakit terlebih pipinya yang
sudah ditampar oleh Adam. Serasa panas di pipi itu,
apalagi dihatinya.
"Jangan pernah katakan hal itu lagi, sampai kapanpun kamu tetap milik Daddy, siapa pun tidak berhak memiliki kamu Hana." teriak Adam dengan amarah yang memuncak menatap tajam wanitanya. Ia menarik Hana dalam pelukannya.
"Daddy egois, hiks hiks." Hana menangis sembari memukul dada bidang Adam.
Apakah mereka akan tetap bersatu disaat mereka tak direstui? Bagaimana Adam mempertahankan hubungan mereka?
Nantikan kisah mereka!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kaylakay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
keputusan gila
Keesokan harinya.
Hana mengerjapkan kelopak mata indah itu beberapa kali, menyesuaikan cahaya yang masuk dalam indera penglihatannya. Namun, Hana tak lagi merasakan keberadaan Adam, dia melirik ke samping dan ternyata pria itu memang tidak ada.
Dia ditinggal sendirian di kamar ini, bahkan setelah Adam merenggut semuanya. Hana mencoba untuk duduk, dan seketika dia kembali menangis.
"Daddy tega, sama Hana!" Racau gadis itu. Inti tubuhnya masih terasa nyeri, tapi hatinya jauh lebih sakit. Hana menangis tersedu-sedu ditempatnya, dengan tubuh yang masih polos, dia merasa begitu hancur dan pasrah akan semua yang telah terjadi pada dirinya.
Dan pada saat itu, pintu kamar tersebut terbuka. Menampilkan Adam yang hanya memakai handuk kimono dengan membawa sarapan dan susu hangat untuk Hana.
Melihat itu, Hana buru-buru mengelap air matanya, dan menarik selimut untuk menutupi tubuhnya, dia kembali waspada. Dan Adam justru tersenyum smirk, dia meletakkan sarapan itu di atas nakas, dan duduk di sisi ranjang.
"Untuk apa ditutup, hem? Daddy sudah berulang ulang melihat semuanya, bahkan tahu rasanya seperti apa," ujar Adam masih tersenyum, sementara otaknya langsung mengingat percintaan mereka semalam.
Semuanya terasa berbeda. Dia seperti mabuk perawan, pemilik tubuh itu memang benar-benar membuatnya candu, karena penyatuan semalam adalah yang pertama untuk keduanya, hingga mampu membuat Adam ingin terus mengulangnya lagi dan lagi bersama Hana.
Hana semakin mencengkram kuat selimut itu, dan beringsut mundur, begitu tangan kekar Adam mengusap pipinya dengan penuh kelembutan.
"Daddy janji ngga akan kayak semalam lagi, maafin Daddy udah nampar kamu! Daddy hanya emosi karena kamu dengan mudahnya ingin mengakhiri hubungan kita. Daddy ngga suka kalimat itu keluar dari mulut kamu." Adam dengan mimik wajah serius memegang kedua pipi Hana.
Namun, bukannya senang, Hana justru menatap Adam dengan tajam. Hana menepis kasar tangan Adam hingga terlepas dari pipinya.
"Kenapa Daddy tega ngelakuin itu sama aku? Kenapa Daddy tega perkosa Hana? Hana nggak mau ngelakuin itu lagi sama Daddy!" tegas gadis itu, dia masih ingat betul kejadian semalam.
Tak peduli pada penolakannya, pria itu terus memaksa untuk menembus nirwana bersamanya. Hingga akhirnya apa yang selama ini dia jaga, hilang begitu saja.
Mendengar itu, Adam justru tersenyum lagi, bahkan lebih lebar. Dia menarik dagu runcing Hana, hingga netra mereka saling tatap dan beradu.
"Itu bukan pemerkosaan, Baby. Bahkan kamu mendesah hebat semalam, bukankah itu kamu juga menikmati permainan Daddy? benarkan?" ujar Adam dengan begitu tenang.
Sementara Hana langsung merasa malu. Dia pun tidak melupakan itu, dengan sendirinya dia mengeluarkan suara erotis hingga Adam terus berpacu di atas tubuhnya.
Hana memalingkan wajahnya, agar netra mereka tak lagi bertemu, karena dia benar-benar malu untuk mengakui itu. Ia benar-benar merutuki dirinya, saat hatinya menolak mati matian hal itu, tubuhnya malah berkata lain dan menerima sentuhan Adam dengan begitu mudahnya.
Sentuhan Adam adalah rasa yang memabukkan yang baru pernah dia terima. Mengingat semalam adalah penyatuan pertama mereka. Selama ini mereka hanya memuaskan dengan cara lain tanpa adanya penyatuan.
Adam hanya bisa mengulum senyum kecil saat melihat wajah Hana yang memerah. Gadis ini pasti tengah merasakan malu yang luar biasa dan diam-diam membenarkan ucapannya. Dan Adam akan terus mengingatkan itu semua pada gadisnya.
Tentang sentuhannya yang menggelora dan tentang kenikmatan yang Hana terima. Ah, rasanya kalau dia tega, ingin sekali Adam kembali menyergap tubuh bak model itu.
Apalagi kini tubuh Hana masih polos dan tak terhalang apapun, kecuali selimut tebal yang senantiasa gadis itu cengkram kuat. Hingga cukup lama kesenjangan waktu itu terjadi,
"Kamu ngga perlu ke kampus hari ini, Daddy udah nyuruh Aryo buat ijinin kamu. Jadi kamu harus istirahat. Daddy tau kamu pasti susah buat jalan."
Hana benar-benar tidak mengucapkan sepatah kata pun. Dia hanya menggigit bibir bawahnya, merasa cemas bercampur malu. Dan untuk mengalihkan semua itu, Adam mengambil piring yang berisi dua buah sandwich dari atas nakas. Dia mengambil satu dan mengarahkannya ke-mulut Hana.
"Ayo makan dulu, isi tenaga kamu." Adam ingin menyuapi gadis itu, Hana kembali menatap Adam, dia bergeming sesaat lalu menggelengkan kepala. Menolak semua perlakuan manis pria itu.
Dia tidak mau terjebak semakin jauh, dan akhirnya dia sendiri yang terluka. Karena dia tidak lupa, Adam akan menjadi milik wanita lain.
"Aku bisa sendiri, Dad." ucap Hana melengos, sementara tangannya terangkat untuk mengambil sandwich tersebut, tetapi Adam menggesernya.
Pria itu tidak menerima penolakan. Dia kembali mengarahkan sandwich itu ke depan mulut Hana, hingga menyentuh bibir gadis itu.
Hana menghela nafasnya, lalu dengan terpaksa dia menggigit roti isi itu, dan mengunyahnya perlahan-lahan sambil terus menundukkan kepala.
Adam tersenyum senang, dia juga ikut makan di-bekas gigitan Hana. Entah kenapa, seolah semua tentang Hana kini terasa amat manis untuknya.
Hana tak berkomentar apa-apa mengenai itu, dia terus diam, hingga suapan terakhir dia dapatkan. Tangan Hana kembali terulur, tetapi sebelum Hana mengambil susu hangat itu, lagi-lagi Adam lebih dulu menyambarnya.
Pagi itu Adam benar-benar melayani Hana, bak budak pada ratunya. Setelah selesai sarapan, Adam mengusap pinggiran bibir gadis itu menggunakan ibu jarinya, lalu dia kulum sendiri bekas usapan itu. Hana sampai merinding sendiri melihat kelakuan Daddy angkatnya.
Mereka saling bungkam sesaat, hingga Adam menggeser tubuhnya agar lebih dekat dengan Hana. Hana reflek mundur, hingga punggungnya menempel pada kepala ranjang.
Adam mengunci pergerakan tubuh ramping itu, dan menatap Hana dengan lekat. "Baby, kamu tahu kan
kalau Daddy begitu cinta sama kamu. Tetap bersama Daddy!." ucap Adam dengan serius.
Mendengar Pernyataan itu, Hana hanya diam. Dan membiarkan Adam, melanjutkan ucapannya. Kalu benar benar cinta untuk apa pria itu menerima perjodohannya dengan Tante Nanda. Pikirnya.
"Daddy akan menyelesaikan masalah Daddy dengan kakek, setelah masalah itu selesai, Daddy akan menikahi kamu
"Kalau Daddy benar cinta sama Hana, kenapa Daddy terima pertunangan itu?" tanya Hana tersenyum sinis pada Daddy-nya.
"Hei .... tatap mata Daddy! Apa kamu lihat kebohongan dari mata Daddy? Daddy serius Hana, setelah semuanya selesai, Daddy berjanji akan menikahi kamu. Percaya sama Daddy!" Adam mencoba meyakinkan Hana dengan, menatap manik wajah Hana.
Sementara Hana kembali menajamkan telinganya, dia tidak salah dengarkan? Adam memberikan janji yang begitu tidak masuk akal padanya. Bagaimana tidak Hana memang tidak ingin berharap lagi dengan hal itu. Ia takut akan terluka lagi lebih dalam karena janji itu tidak akan pernah terjadi.
Mengingat kedua orang tua Adam sudah memutuskan perjodohan itu dan rasanya mustahil jika kakek Barack dengan mudahnya menyetujui keputusan Adam.
"Hana tidak percaya. Bagaimana bisa Hana akan berharap sama janji Daddy, kalau Daddy sudah setuju sama pertunangan itu. Bahkan pertunangan kalian juga akan dilakukan satu bulan lagi." ucap Hana tersenyum kecut
"Hana .... keputusan itu bukan atas permintaan Daddy, Daddy juga ngga tau sama sekali, sama keputusan itu. Dan Daddy janji sama kamu, Daddy akan menyelesaikan semuanya setelah itu Daddy akan menikahi kamu." Adam kembali meyakinkan Hana.
Dengan gerakan cepat Hana menggeleng. "Tidak mau!' tolak Hana mentah-mentah.
"Hana tetap tidak ingin lagi berharap sama janji Daddy." tolak Hana tegas. Ia tidak ingin nantinya akan lebih terluka lagi.
Sontak penolakan Hana membuat netra pria itu kembali dengan tatapan tajamnya. Ia sudah kembali terpancing emosi. Adam memberikan tatapan tajam kearah Hana.
Hana sudah terlihat takut dengan tatapan tajam pria tampan itu. Mata elang pria itu sudah terlihat mengerikan seperti semalam.
"Benar? gimana kalau Daddy nyentuh kamu lagi kaya semalam? Apa kamu akan sanggup tolak permintaan Daddy?" tanya Adam dengan tatapan tajamnya.
Hana mengangguk mantap, dia tidak mau lagi terjebak dengan permainan Adam. "Sangat, aku sangat sanggup!' cetusnya tak mau kalah. padahal dirinya sudah begitu takut sekarang, tapi wanita itu memberanikan diri.
Adam menyeringai tipis, lalu memajukan wajahnya. "Kalau begitu kita buat keputusan."
"Keputusan? Keputusan apa?" tanya Hana dengan kening yang mengernyit, tak mengerti dengan maksud pria tampan itu.
"Daddy akan nyentuh kamu lagi, kalau kamu sampai mendesah karena permainan Daddy, itu artinya kamu mau menerima permintaan Daddy." ucap pria itu dengan senyum menyeringai.
Adam memang tahu dimana titik lemah gadisnya itu. Karena hanya dengan cara inilah Adam akan membuat Hana mau menuruti permintaannya dan tidak akan bisa berkutik lagi.