NovelToon NovelToon
Gairah Sang Papa Angkat

Gairah Sang Papa Angkat

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / Cinta Terlarang / Cerai / Beda Usia / Diam-Diam Cinta / Romansa
Popularitas:7.2k
Nilai: 5
Nama Author: Ni Luh putu Sri rahayu

menjadi sukses dan kaya raya tidak menjamin kebahagiaanmu dan membuat orang yang kau cintai akan tetap di sampingmu. itulah yang di alami oleh Aldebaran, menjadi seorang CEO sukses dan kaya tidak mampu membuat istrinya tetap bersamanya, namu sebaliknya istrinya memilih berselingkuh dengan sahabat dan rekan bisnisnya. yang membuat kehidupan Aldebaran terpuruk dalam kesedihan dan kekecewaan yang mendalam.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ni Luh putu Sri rahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7

Aldebaran menepikan mobilnya di pinggir jalan di depan gerbang sekolah. Dengan gerakan yang sedikit buru-buru Lilia membuka pintu dan turun dari mobil sedan mewah Aldebaran.

"Papa, Lilia sekolah dulu."

"Iya, hati-hati." Jawab Aldebaran dari dalam mobil, lalu Aldebaran memutar balik mobilnya.

Saat ia akan meninggalkan gerbang sekolah, Aldebaran melihat buku yang Lilia baca tertinggal di atas dasbor mobil. Kemudian ia mengambilnya dan bergegas keluar dari mobilnya.

"Lilia!" panggil Aldebaran dari depan gerbang sekolah. Lilia yang sudah masuk ke halaman sekolah dengan langkah setengah berlari menoleh kembali ke gerbang sekolah.

"Bukunya ketinggalan!" Kata Aldebaran lagi sambil menunjukan buku Lilia yang tertinggal di dalam mobilnya.

"Buku pelajaran Lilia." Kata gadis itu.

Ia kembali menghampiri Aldebaran di depan gerbang sekolah dengan langkah setengah berlari, dan mengambil bukunya.

"Terimakasih, Papa." ucapnya lembut.

Tiba-tiba, Lilia menarik lengan Aldebaran dengan lembut, hingga membuat Aldebaran sedikit membungkuk ke arah gadis itu. Dengan lembut Lilia menjinjitkan kakinya dan mengecup lembut pipi Aldebaran.

Sontak, tindakan Lilia itu membuatnya terkejut. Matanya terbuka lebar, seolah tak percaya dengan tindakan gadis itu, lalu dengan lembut gadis itu menarik diri sebelum akhirnya dia kembali ke dalam sekolah.

.

"Daah! Papa."

Gadis itu kembali ke sekolah dengan senyuman hangat di bibirnya, tangan mungil gadis itu melambai lembut, meninggalkan Aldebaran yang masih terpaku dengan ciuman singkat itu.

"Lilia..." Gumamnya pelan, sebuah bisikan lembut yang keluar dari bibirnya, ia masih menatap gadis itu yang sudah masuk kedalam gedung sekolah.

Lalu dengan cepat Aldebaran berbalik, ia hendak membuka pintu mobil, tangannya gemetar hebat, ciuman itu singkat, namun mampu membuat jantungnya berdetak kencang. Dadanya terasa sesak sampai-sampai ia meremas dadanya, Aldebaran menunduk dalam, tangannya yang gemetar masih memegang pintu mobilnya sebuah senyum simpul terukir di bibirnya.

Tanpa ia sadari ia menikmati momen kecil yang Lilia tunjukan untuknya, mungkin bagi Lilia, ia hanya menunjukan kasih sayang pada Aldebaran sebagai ayahnya. Namun bagi Aldebaran tindakan kecil itu: ciuman itu, cukup membuat sesuatu dalam dirinya bangkit dan perlahan-lahan menelan setiap logika pria yang selalu berpikir realistis dan logis ini.

...~o0o~...

Setelah ciuman singkat itu Aldebaran, masuk kedalam mobilnya dan mengemudi ke kantornya, tangannya masih bergetar saat memegang kemudi. Senyum di bibirnya tak pernah hilang hingga ia memimpin meeting pagi itu.

Sesekali koleganya melirik ke arahnya saat melihat Aldebaran sesekali tersenyum sendiri, namun mereka memilih diam dan tetap melanjutkan rapat mereka lagi itu.

Siang ini setelah meeting, Aldebaran tampak masih berdiri di ruangan meeting kantornya, ketika seluruh koleganya sudah keluar dari dalam ruangan. Ia memandang keluar jendela besar di dalam ruangan yang menawarkan panorama kota yang sibuk dan gedung-gedung tinggi menjulang.

Tanpa ia sadari sebuah senyum tipis melengkung di bibirnya, ia menyentuh lembut pipinya seolah merasakan kembali jejak kehangatan bibir mungil Lilia saat menciumnya, wajahnya memerah karena malu dan jantungnya berdetak cepat.

"Kenapa aku seperti anak SMA yang pertama kali jatuh cinta, sih?" pikir Aldebaran, ia merasakan perasaan yang selama ini ia tekan dengan susah payah kini perlahan-lahan mulai merayap di hatinya.

"Apa... Apa nanti malam aku belikan dia sesuatu?" pikir Aldebaran, "Tapi apa? Bunga, atau perhiasan?" Aldebaran memijat pelipisnya tampak frustrasi. "Apa... Seorang ayah pantas berikan putrinya bunga?" lalu bayangan Lilia yang bahagia saat menerima hadiah darinya, wajah Aldebaran memperhatikan lagi.

Tanpa ia sadari ia tersentak oleh lamunannya lagi. "Apa... Tidak apa-apa, ya? Aku hadiahkan bunga?" pikirnya lagi, wajahnya semakin memerah kali ini rona merah itu tidak hanya di wajah Aldebaran kini rona itu perlahan merayap ke telinganya.

"Pak! Ini proposal yang anda minta." Panggil Brian, ia terus memanggil Aldebaran sampai beberapa kali yang masih berdiri kaku membelakanginya.

Hingga Brian harus mendekat untuk memanggil bosnya itu.

"PAK!! PROPOSALNYA, PAK!!" teriak Brian akhirnya, membuat Aldebaran terkejut hingga hampir melompat seperti kucing yang di injak ekornya.

"Kau ini! Aku tidak tuli! TAHU!!" Bentak Aldebaran. "Bikin kaget saja!" kata Aldebaran sambil mengelus dadanya, hampir merasakan jantungnya keluar dari rongga dadanya.

"Ya, habisnya, anda sudah saya panggil berkali-kali tapi masih diam saja." Kata Brian, sambil mengakat kedua bahunya dengan santai.

Aldebaran mengeram pelan, tampak sedikit kesal tapi tak bisa berkata apa-apa. Lalu ekspresinya berubah menjadi lebih lembut namun tetap serius, ia menatap Brian seolah ini adalah rahasia antara pria.

"Brian, apa... Seorang ayah bisa memberikan hadiah pada putrinya?" tanya Aldebaran tiba-tiba. "Maksudku... Aku bingung mau berikan Lilia hadiah apa." lanjut Aldebaran, sambil menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal.

"Hm... Saya rasa sah-sah saja, jika seorang ayah memberikan hadiah pada anaknya, sih." jawab Brian santai. "Ya, biasanya seorang ayah akan memberikan hadiah seperti boneka beruang, atau mungkin bunga... Ya... Semacam itu."

"Dulu... Saya pernah di beri bola sepak oleh ayah saya, dan rasanya itu seperti hadiah terbaik yang pernah saya dapatkan. Padahal itu hanya sebuah bola sepak." Kata Brian Lagi.

Aldebaran mengernyit. "Yang benar saja! Kau ingin aku menghadiahkan bola sepak pada Lilia!!" ucap Aldebaran, tampak tersinggung.

Brian langsung mengatakan tangannya berusaha menenangkan. "Eh?! Saya tidak bilang begitu. Pak, anda bisa memberinya boneka, atau mungkin coklat, atau bunga."

"Bunga?" Kata itu menggantung di udara, seraya mata Aldebaran menyipit tampak sedikit berpikir. "Apa itu tidak seperti aku memberikan hadiah pada kekasihku, ya?" bisik Aldebaran lebih pada dirinya sendiri.

Namun di balik sikapnya yang tegas. Ada konflik aneh dalam hatinya. Lilia bukan sekedar anak angkat baginya—dia adalah bagian penting dalam hidupnya. Gadis itu adalah satu-satunya keluarga yang membuat apartemennya yang bertahun-tahun terasa hampa kini terasa lebih hangat. Tapi apa yang bisa ia berikan pada Lilia?

Gadis itu bukan anak kecil yang akan bersorak hanya karena sebuah boneka beruang, dan bukan gadis rapuh yang akan langsung terharu oleh bunga. Ia ingin memberikan sesuatu yang berarti tanpa harus menghilangkan citranya sebagai seorang pria yang kuat dan tangguh.

"Aku tidak bisa memberikan sesuatu yang biasa-biasa saja padanya." Kata Aldebaran, kali ini lebih keras sambil menggosok pelipisnya. "Aku harus memikirkan sesuatu yang benar-benar berarti."

Brian menatapnya, ingin menyarankan sesuatu, namun ia memilih untuk diam karena ia tahu Aldebaran akan bisa memutuskan hadiah apa yang akan ia pilih untuk Lilia, untuk menunjukan kasih sayangnya meski sering kali terlihat canggung dan berlebihan.

"Haaa..." Aldebaran menghela nafas panjang, ia tampak bingung akan memberi hadiah apa, selama sembilan tahun Lilia tinggal bersamanya, Aldebaran tak pernah memberikan hadiah yang cukup spesial bagi gadis itu, selain peralatan dan kebutuhan gadis itu.

Selama ini Aldebaran memang tak pernah melarang Lilia untuk menghabiskan uangnya. Tapi bagi Aldebaran itu adalah tanggung jawabnya sebagai seorang ayah. Namun kali ini berbeda ia ingin memberikan Lilia sesuatu yang lebih berharga.

"Apa... Aku belikan bunga saja, ya?" pikir Aldebaran.

Bersambung.....

1
Bunda
nyimak kak 🙏🏻
DonnJuan
keren kak
Elizabethlizy
kalo berkenan mampir juga yaa kelapak ku makasih
Erlin
mampirr balikk kaaa, semangattt
Erlin
semangat kaa, ceritamu kerenn, dan jangan lupa mampir yaaa
Azthar_ noor
aldebaran .... oh aldebaran ... andin mengkhianatimu jadian lagi sama lilia... heheh semangat thorrr
Serenarara
Lagian sekelas CEO masa kasih yang diskon? /Chuckle/
ARIES ♈: kata papa "Lilia, kita harus berhemat, tanggal tua! kalo gak mau jatah skincare-nya papa potong." 🤭🤭
total 1 replies
Author Sylvia
jangan buat Aldebaran jadi cowok plin plan dan playboy ya Thor.
sukses buat novelnya, jangan lupa support baliknya di novel baru aku ya 🙏☺️
ARIES ♈: terimakasih dukungannya kak, di usahain... biar gak play boy..🫠🫠
total 1 replies
Serenarara
Dasar nggak peka, huh. /Smug/
Serenarara
Wayolo...dia pedo thor?
Serenarara
/Sweat/ Pak, please lah...waras dikit kek
Serenarara
Hajar bang hajar!
Little Fox🦊_wdyrskwt
keren... ceritanya bagus/Determined/
Little Fox🦊_wdyrskwt
semanngat mampir juga say
Anyelir
Aldebaran uy, wkwkwk
Cappie
Jan lupa mampir ya
Dewi Ular🐍💆🏻‍♀️
Next Thor👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!