"Jangan bunuh aku."
Sydney tidak menyangka hidupnya berubah seratus delapan puluh derajat hanya dalam satu malam. Ia melihat saudaranya dibunuh oleh seorang pria, dan dirinya terjebak dalam situasi sulit. Penderitaan ini tidak ia terima, dan alam mengabulkan permohonannya. Namun, ia malah harus menikah dengan seorang pria kejam bernama Ransom Alexander. Dia adalah pria yang paling Sydney benci. Pernikahan ini adalah dendam.
Cover by : Ineed design.
IG : renitaaprilreal
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon renita april, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4 Slowly
Sydney berhasil mendapat beberapa bukti perselingkuhan William, tetapi bukan ini yang harus ia urus dulu, melainkan David Forest yang sudah pasti dalam bahaya. Sydney ingat sebelum kejadian jika ada pria yang menembak kakaknya itu bersama dengan kedua orang lainnya. Pasti pria itu suruhan dari William Forest serta ibu tirinya. Bagaimana pun caranya, Sydney harus mencegah masa lalu terjadi lagi.
Malam ini Sydney tidak akan tidur, ia harus tahu di mana David berada. Ia sudah menelepon kakaknya, tetapi nomor pria itu belum juga aktif. Sebagai gantinya, Sydney mengirim pesan panjang lebar, dan semoga David dapat memahaminya, lalu pulang.
"Kau di mana, David?" Sydney mondar-mandir sambil sesekali mengecek ponselnya. Masih ada waktu 29 hari lagi sebelum hari kejadian itu. Sisa waktunya bisa ia pakai untuk mencari David. Yang terpenting sekarang adalah bersikap tenang lebih dulu.
Ya, lebih baik mengubah aturan yang ada di rumah ini. Anna dan Manda sudah terlalu lama berkuasa, dan ia yang menginginkan kasih sayang dari keduanya malah terjebak pada kebodohan. Ini tidak akan terjadi. Mulai sekarang. Sydney akan hidup untuk dirinya, David dan ayahnya.
Di lain sisi, Manda dan William tidak menemukan Sydney di kamar yang telah mereka sewa sebelumnya, padahal sudah jelas jika William telah menjual Sydney pada seorang kenalan, tetapi yang keluar malah perempuan yang tidak dikenal.
“Kau siapa? Di mana Sydney?” tanya Manda.
“Kau yang siapa?” Perempuan itu tampak kesal, ia langsung keluar begitu saja.
“Willi, bagaimana ini?”
“Biar aku cek.” Willian tanpa permisi masuk ke kamar hotel dan mendapati Leo yang baru saja keluar dari kamar mandi. “Leo … di mana wanita itu?”
“Wanita yang mana?” Leo terlihat bingung.
“Yang aku jual padamu. Dia itu masih perawan.”
“Oh, wanitanya tertukar. Dia bersama temanku.”
“Apa?” William kaget dibuatnya. Sialan! Ia mengumpat dalam hati. Itu berarti, rekaman yang sengaja ia sembunyikan ini merekam aktivitas Leo bersama wanita lain, bukan dengan Sydney.
“Kenapa?” Kening Leo berkerut. “Hei, siapa wanita itu?”
“Bukan siapa-siapa.”
“Jika kau membuat masalah padaku, tanggung sendiri akibatnya.”
“Mana mungkin aku berani padamu.” William tertawa tidak enak. “A-aku pergi dulu.”
“Hmm.” Leo hanya mengangguk.
Untuk saat ini, William tidak bisa mengambil rekaman itu secara langsung. Ia akan menyuruh seseorang untuk melakukan itu. Leo bukanlah lelaki yang mudah dikendalikan. Dia adalah kaki tangan pria bernama Ransom Alexander. Bila sampai bersinggungan dengan pria itu, maka William bisa diusir dari London.
“Bagaimana?” tanya Manda.
“Wanitanya tertukar. Lebih baik kita pulang dulu.”
Saat keduanya telah keluar dari hotel dan berada dalam mobil, William dan Manda masih bingung dengan keadaan ini. Satu hal yang Willi takutkan adalah jika Sydney ditiduri oleh Ransom Alexander.
“Sial!” Willian memukul setir mobil.
“Kau ini kenapa?” Manda jadi heran sendiri.
“Semuanya jadi kacau.”
“Tapi, kau sudah bilang pada temanmu untuk pakai topeng, kan?”
“Entahlah, kita belum dapat rekamannya.” Mobil menepi tidak jauh dari hotel. William segera menelepon suruhannya untuk mengambil rekaman yang disembunyikan. “Kita tunggu di sini dulu.”
Sekitar satu jam, orang suruhan yang William maksud tiba. Rekaman itu diserahkan, lalu uang hasil transaksi ini segera dikirim. Tanpa menunggu waktu lagi, William segera memutar video tersebut. Ah, sial! Leo tidak memakai topeng seperti yang William perintahkan.
“Percuma saja. Mau Leo memakai topeng atau tidak, wanitanya bukan Sydney, tapi orang lain. Kita tidak bisa menjebaknya kalau begini,” ucap William.
“Kenapa bisa tertukar, sih?” Manda pun kesal. Kalau begini, rencana mereka bakal gagal.
“Sebaiknya video ini kuhapus.”
“Biar aku saja yang hapus. Kau lekas menyetir.” Manda mengambil alih kamera tersebut dari tangan William.
Mobil kembali dijalankan menuju kediaman Forest. Karena hubungan ini terjadi secara diam-diam, William hanya dapat mengantar kekasihnya sampai pintu gerbang saja.
“Besok pagi, sebaiknya kau memberi penjelasan kepada Sydney. Dia pergi bersama kita. Lalu sekarang kita tak tahu dia di mana,” ucap Manda.
“Kau benar. Besok pagi, aku akan menumpang sarapan di rumahmu.”
Manda keluar setelah memberi kecupan kasih sayang kepada William. Tanpa rasa bersalah sama sekali, ia mengencani kekasih adik tirinya. Peduli amat, yang jelas William juga punya perasaan yang sama dengannya. Itu sebabnya, perasaan ini tetap berlanjut.
“Selamat datang, Nona Manda.” Kepala pelayan menyambut.
“Hei, Nina. Apa Sydney sudah kembali?”
“Iya, Nona Sydney berada di kamarnya. Tapi ….”
“Aku kembali ke kamarku.” Manda segera naik ke atas.
Kepala pelayan hanya menghela napas karena Manda memotong begitu saja ucapannya, padahal ada hal penting yang harus disampaikan. Terutama mengenai perubahan sikap Sydney secara tiba-tiba.
Besok paginya, Sydney tidak menemukan pelayan yang berbaris. Padahal Sydney sudah memberitahu kepada kepala pelayan jika ia ingin mengumpulkan semua pekerja di rumah ini.
“Nina!” teriak Sydney.
“Nona Sydney, Anda belum menyiapkan sarapan untuk Nyonya Anna dan Nona Manda,” ucap pelayan.
Ah, benar juga. Selama Andy Forest tidak ada, maka status Sydney lebih rendah dari seorang pelayan. Ia mengerjakan semua pekerjaan di rumah ini, bahkan makan saja Sydney harus mengemis kepada mereka.
Sydney berjalan mendekati pelayan ini. Ia melayangkan tangannya di pipi wanita kurang ajar berstatus bawahan. “Kurang ajar! Kau siapa sampai berani memerintahku. Kau dipecat!”
“Nona Sydney.” Wanita ini langsung berlutut. “Maafkan saya. Mohon tarik kembali ucapan Nona.”
“Kemasi barang-barangmu. Pergi dari sini!” Sydney tidak menolerir kesalahan apa pun lagi.
“Ada apa ini?”
Suara dari wanita yang membuat Sydney sangat muak. Kedua tangannya mengepal kuat. Sydney berbalik menghadap Anna yang datang bersama Manda.
“Aku memberi pelajaran pada pelayan ini,” ucap Sydney.
“Apa dia berbuat kesalahan?” tanya Anna.
“Nyonya Anna, bantu saya. Nona Sydney tidak terima saat saya memberitahu tugasnya di rumah ini.”
“Apa maksudmu?” Secara bergantian Anna memandang Sydney dan pelayan muda ini.
“Saya hanya mengatakan jika Nona Sydney harus menyiapkan sarapan, tetapi dia malah menamparku.” Pelayan ini tersenyum licik karena yakin sekali Anna akan membelanya.
“Oh, ya, Sydney, bukannya kau harus menyiapkan sarapan untuk kami? Kenapa kau malah ada di sini dan menindas pelayan? Kau ingin melawanku?” Anna menatap dengan tajam.
Selama bertahun-tahun Anna dan Manda sudah membuatnya menderita. Sydney tidak ingin membalas perbuatan mereka terlalu cepat. Ia harus merencanakannya secara perlahan.
“Baik, Ibu. Sarapan apa yang Ibu inginkan?” tanya Sydney.
“Buatkan aku pancake, sosis panggang dan telur rebus.”
Sydney mengangguk. Pelayan yang ditampar tadi tersenyum karena ia menang sekarang. Di rumah ini, perintah Anna adalah mutlak.
“Jangan lupa jus buah untukku,” ucap Manda.
“Tidak berguna. Kau pergilah.” Anna mengusir pelayan itu.
“Hei, Sydney.” Manda mendekat.
Plak … !
.