NovelToon NovelToon
NOISY GIRL

NOISY GIRL

Status: tamat
Genre:Teen / Romantis / Komedi / Tamat
Popularitas:26.4M
Nilai: 4.9
Nama Author: Ade Annisa

Ardian Rahaditya hanyalah seorang pemuda biasa, yang bercita-citakan kehidupan normal seperti anak bungsu pada umumnya.

Namun, kehadiran gadis berisik bernama Karina Larasati yang entah datang dari mana membuat hari-harinya dipenuhi dengan perdebatan.


"Bang Ar, ayodong buruan suka sama Karin."

"Gue udah punya pacar, lebih cantik lebih bohay."

"Semangat ya berantemnya, Karin doain biar cepet putus."

"Terserah!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ade Annisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

KENYATAAN

Karin berdiri di depan gerbang tinggi rumah besar yang dulu dia pernah tinggali. Gadis itu tampak sedikit ragu.

 

 

"Lo yakin nggak mau gue tungguin, gue temenin deh." Ardi yang mengantarkan gadis itu ke rumah papinya sepulang sekolah terlihat khawatir. "Muka lo pucet."

 

 

Karin menggeleng, "nggak usah, Bang. Karin pulang naik ojol aja nanti."

 

 

"Lama nggak? Gue tungguin aja ya," bujuk pemuda itu, masih duduk di atas motor gedenya.

 

 

"Nggak tau lama apa nggak, yang penting Karin kesini dulu, buat bilang kalo mungkin nanti Karin pulang, tapi bukan sekarang, moga aja papi ngerti." Karin menjelaskan, yang membuat Ardi mengangguk-angguk.

 

 

"Rumah lo gede banget ya, kaya istana Negara." Ardi berkomentar, menyapukan pandangannya pada rumah besar yang tampak kosong di hadapannya itu.

 

 

"Gede sih, terus dalemnya lebih serem dari rumah hantu yang ada di depan Mall itu," ucap Karin.

 

 

Ardi jadi tertawa, "lo punya kamar di sini?"

 

 

"Dulu sih ada, tapi nggak tau sekarang  masih kamar Karin apa udah dipake yang lain." Karin berucap, kemudian melangkah ke gerbang sebelah kiri, dan Ardi mengikuti arah pandang sang adik. "Itu jendela kamar Karin," tambahnya lagi sembari menunjuk jendela di lantai dua.

 

 

Saat Karin kembali mendekat, Ardi mengankat tangannya, menyentuh pipi gadis itu dan mengusapnya dengan ibu jari, "kalo ada apa-apa kabarin gue ya," ucapnya, kemudian menurunkan tangannya untuk memutar kunci motor.

 

 

Karin mengangguk, "abang, pulang aja."

 

 

Setelah mengangguk dan tersenyum memberi semangat, pemuda itu pun pergi.

 

 

Karin menghela napas, mengetuk pintu gerbang hingga satpam penjaga di sana menghampirinya.

 

 

"Non Karin lama nggak ke sini," Sapa pak satpam yang memang sudah lama bekerja dengan sang papi.

 

 

"Papi ada nggak, Pak?"

 

 

"Tadi sih keluar, tapi katanya bentar," ucapnya.

 

 

Setelah mengucapkan terimakasih, karin beranjak masuk ke rumah dan mendapatkan sambutan yang sama dari asisten rumah tangga di kediaman papi nya itu.

 

 

"Bi, mau nanya dong, kamar aku dipake siapa yah?"

 

 

Bibi asisten rumah tangga yang biasa dipanggil Bi Minah itu menggeleng, "nggak ada yang nempatin non, masih kamar Non Karin," ucapnya meyakinkan.

 

 

Setelah berpamitan, Karin pergi ke kamarnya, membuka pintu yang memang tidak dikunci, dan perabotan di dalamnya pun masih sama, boneka yang sama, bantal juga sama, sepertinya setiap hari Bi minah membersihkan tempat ini meski jarang dihuni.

 

 

Karin mendudukan dirinya di ujung ranjang, kemudian merebahkan tubuhnya di sana, yang membuatnya bingung, kenapa dia tidak merasa rindu dengan kamar itu.

 

 

Dulu ke tempat ini mami sering diam-diam menyelinap untuk tidur bersamanya, yang Karin tidak bisa lupakan adalah kondisi sang mami yang tampak memar dipukuli.

 

 

Karin juga tidak tau, kenapa dia begitu ingat bagian itu.

 

 

Dan suara deru mesin mobil membuatnya terduduk, sesaat jantungnya jadi berdebar takut, sepertinya sang papi pulang.

 

 

Karin keluar kamar, perlahan gadis itu menuruni anak tangga, dan sayup-sayup obrolan sang papi dengan istrinya mampu ia tangkap sepenuhnya.

 

 

"Aku butuh anak itu!" Bentak Hendrik yang membuat sang istri sedikit terlonjak, karena pria itu membanting berkas yang ia bawa ke atas meja.

 

 

"Anak itu punya nama, Mas. Bahkan nggak pernah sekalipun aku denger kamu menyebutkan namanya dengan benar. Bukan salah Karin kalo kamu nggak bisa bawa dia pulang ke rumah ini."

 

 

Hendrik mengendurkan dasi di lehernya dengan tidak sabar, wajahnya tampak gusar. "Kenapa isi surat wasiat Mami Laras harus tercantum nama anak itu, dia ibu kandungku kenapa bukan namaku yang mendapat hak waris."

 

 

"Itu wajar, Mas. Karena Karin itu cucu pertamanya. Dan mami kamu juga sangat menyayanginya."

 

 

"Tapi dia bukan anak laki-laki, apa yang bisa diharapkan dari seorang anak perempuan," ucapnya marah, "dan kamu juga tidak bisa memberikan aku keturunan laki-laki juga, aku tidak menginginkan anak perempuan."

 

 

Tanpa sadar, Karin mencengkram pegangan tangga dengan begitu erat, kedatangan sang papi untuk menjemputnya tempo hari ternyata ada maksud dan tujuan, bukan semata-mata karena dia menginginkan Karin untuk tinggal dengannya.

 

 

Karin merasa hatinya kosong, dia bingung dengan apa yang harus ia putuskan. Dan percakapan terakhir sebelum istri papinya itu pergi, membuat Karin percaya bahwa wanita itu juga mendapatkan perlakuan yang sama.

 

 

"Apa yang kamu inginkan, terkadang Tuhan tidak memberikanmu jalan, Karena apa? Karena kamu tidak pantas mendapatkan karuniaNya, atas apa yang telah Dia berikan, dan ternyata kamu sia-siakan. Termasuk aku dan Kalila, bukan kemauan aku Kalila lahir sebagai perempuan, juga bukan karena pilihannya sendiri. Tapi Karena kesombongan kamu yang berani mengatur rencana Tuhan. Aku pergi, Mas."

 

 

"Aaarrgh!! Pergi! Pergi kalian semua, aku tidak butuh kalian!" Hendrik tampak prustrasi, dan hal itu membuat Karin yang memilih duduk bersembunyi di anak tangga merasa takut.

 

 

Karin melihat pria yang ia kenali sebagai ayah kandungnya itu melangkah keluar lewat pintu belakang, menyusul istrinya yang mungkin tadi pun berlari ke arah sana.

 

 

Dan kesempatan itu tidak Karin sia-siakan untuk nerlari pergi lewat pintu utama, berharap sang papi tidak menyadari keberadaannya.

 

 

Melihat anak majikannya yang berlari dengan menahan tangis, pak satpam yang tadi sempat menyapa gadis itu pun jadi panik, Karin hanya berpesan jangan memberitahukannya pada sang papi jika dirinya datang ke sini.

 

 

Gadis itu berlari keluar gerbang dan terkejut dengan seseorang yang menunggunya di sana.

 

 

***

 

 

Ardi yang memutuskan untuk pulang menghentikan motornya di pinggir jalan, perasaannya tidak enak, dia ingin memastikan sekali lagi jika Karin baik-baik saja. Dan pemuda itu memutuskan untuk berputar balik, kembali ke rumah besar papi Karin dan bersyukur ternyata memang tidak ada apa-apa.

 

 

Pemuda itu melepaskan helm, menatap rumah besar yang pintu gerbangnya itu tidak tembus pandang, saat memutuskan untuk kembali pulang, suara pintu terbuka membuatnya menoleh dan terkejut.

 

 

"Lo nggak apa-apa, Dek?" Tanya Ardi pada Karin yang terlihat ketakutan, kedua bola matanya berkaca-kaca.

 

 

"Karin pengen pulang," ucap gadis itu, dan tangisnya pecah.

 

 

Ardi mengerjap bingung, tanpa turun dari motor, pemuda itu membawa Karin ke dalam pelukannya. "Yaudah, ayo kita pulang," ucapnya.

 

 

***

 

 

Setelah kejadian di rumah besar papinya beberapa hari yang lalu, Karin belum menceritakan pada sang abang alasan kenapa dia menangis waktu itu, dan pemuda itupun tampak tidak terlalu memaksa, yang terpenting dirinya baik-baik saja.

 

 

"Rin, Kak Heru kok nggak ada kabar ya, akhir-akhir ini pesan wa gue jarang dibales, sekalinya dibales pasti lama deh." Maya curhat pada teman sebangkunya yang merebahkan kepalanya di atas meja.

 

 

Karin mengangkat kepalanya, "dengerin gue ya, May. Cowok itu suka nggak tegaan kalo minta putus duluan, jadi kalo udah ngilang pelan-pelan atau cari-cari alasan, itu dia sengaja biar diputusin. Gitu."

 

 

"Enak aja!" Maya jadi menabok lengan Karin hingga gadis itu mengaduh. "Kak Heru nggak kaya gitu ya."

 

 

Karin mencebikkan bibirnya, meledek. "Terserah," ucapnya acuh.

 

 

"Cariin gue solusi dong, Rin. Kemaren tuh gue ngambek gara-gara dia batalin nonton, eh malah sekarang dia yang ngilang."

 

 

Karin menghela napas, jadi jomblo gini amat ya, temen yang ngambek sama pacarnya, dia yang ikut pusing nyari solusi.

 

 

"Makanya lo jangan sok nggak peduli, kaya dianya bakal ngerti aja. Cowok itu semuanya sama, suka nggak peka, padahal dia tau perasaan kita, pura-pura bego aja dia."

 

 

"Emang gitu ya? Ah, kaya lo pernah pacaran aja," ledek Maya.

 

 

Karin malah tersenyum, dia lupa jika kini dia tidak jomblo lagi, dan gadis itu belum sempat bercerita pada sahabatnya.

 

 

"Ngapa lo senyum-senyum gitu sih, Rin?"

 

 

"Hn," gumam Karin, masih tidak berhenti tersenyum, "gue laper, May."

 

 

"Lo kalo laper suka gitu ya, kantin yuk, ngeri gue lama-lama."

 

 

Karin masih cengengesan, dan Maya semakin ngeri saja, keduanya terus bercanda di koridor menuju kantin hingga tidak sengaja menabrak seseorang.

 

 

"Eh, sory kak," ucap Karin.

 

 

Kakak kelas yang sempat tersenggol itu menatapnya tanpa ekspresi. Setelah meminta maaf sekali lagi, Karin memutuskan untuk pergi.

 

 

"Tunggu," tahan kakak kelas itu, kemudian menghampirinya dengan dua teman yang terlihat menor di belakangnya. "Gue Sivia, kenal gue nggak?"

 

 

Karin tertegun, menoleh pada Maya yang memberikan ekspresi tidak tahu, kemudian gadis itu kembali menatap kakak kelas yang mengaku bernama Sivia. "Nggak," jawab Karin, menggeleng.

 

 

"Lo adek angkatnya Ardi, Kan?" Tanya gadis itu lagi, kemudian Karin mengangguk. "Kenal Kak Agung dong."

 

 

"Oh," ucap Karin dengan tersenyum, dia ingat, Sivia ini yang pernah diceritakan abangnya sebagai mantan  Agung yang sampai saat ini masih membuat pemuda itu gagal move on, ya gimana bisa move on, mantannya cantik gini. "Iya, Kak, tau. Bang Agung pernah cerita tentang Kakak."

 

 

Sivia mengangguk, kemudian tersenyum. "Salamin ya, buat Ardi."

 

 

"Hah?"

 

 

***

 

 

"Salah kali, mungkin maksudnya salam buat Agung," tutur Ardi saat Karin menceritakan kejadian di sekolahnya itu, pemuda yang tampak fokus dengan laptop di meja belajarnya itu tidak menoleh.

 

 

Karin menduduki ranjang abangnya, "enggak, Bang, orang dia bilangnya Ardi, Ar–di."

 

 

Ardi menutup laptopnya, menghampiri gadis itu dan merebahkan tubuhnya di samping Karin yang masih terlihat kesal.

 

 

"Yaudah, salamin balik aja sana," goda Ardi yang mendapat cubitan di perutnya hingga mengaduh. "Bercanda yaelah."

 

 

"Apa mungkin Sivia itu suka ya sama abang?"

 

 

"Ya nggak mungkin lah, dari dulu dia itu deketnya sama Agung."

 

 

Karin melipat kedua kakinya, bersila kemudian menopang dagu. "Sivia itu kaya gimana sih, Bang? Anaknya cantik loh, emang abang nggak suka, kalian keliatan cocok."

 

 

Ardi menoleh, kemudian menahan senyum. Kebiasaan cewek itu suka jodoh-jodohin pasangannya dengan orang lain, tapi dia sendiri yang kesel, dan Ardi pikir gadis di hadapannya itu tidak termasuk, tapi ternyata sama saja.

 

 

Saat Karin menahan kesal dan semakin terlihat menggemaskan, Ardi malah jadi suka, dan semakin gencar untuk menggoda.

 

 

"Emangnya boleh."

 

 

Karin berdecak sebal, "abang ih, ngeselin," rengeknya kembali mencubit lengan sang abang.

 

 

Ardi mengaduh, lama-lama badannya bisa habis biru-biru. "Kan lo yang bilang cocok," ucapnya memberi alasan.

 

 

"Kaya apa sih orangnya, sampe Bang Agung aja nggak bisa move on?" Tanyanya penasaran.

 

 

Ardi melipat sebelah tangannya di bawah kepala, menjadikan bantal. "Sivia itu tipe cewek yang kalo ngeliat barang lucu-lucu di Mall, bukannya ketawa malah dibeli."

 

 

Karin jadi tertawa, "abang suka sama cewek yang kaya gitu?" Tanyanya.

 

 

Ardi memiringkan tubuhnya, menyangga kepalanya dengan tangan. Saling berhadapan dengan Karin yang bersila menopang dagu. "Gue kan sukanya sama lo," godanya.

 

 

Karin mencebikkan bibir, meledek, namun tersenyum juga. "Ajarin Karin main gitar lagi yuk, Bang."

 

 

Ardi berdecak, "males ah, gue banyak tugas."

 

 

"Ajarin Bang, besok Karin ada kelas seni, Karin pengen bisa duluan."

 

 

"Lo belajar aja sendiri, bawa tuh gitarnya, liat di google sana." Ardi memberi usul.

 

 

"Nggak mau, pokoknya abang harus ngajarin."

 

 

Ardi melengos malas, kembali menatap gadis itu. "Lo tuh kalo minta diajarin suka nggak ngerti ya," ocehnya. "Mendingan gue ajarin yang enak-enak aja sini," godanya, kemudian mengulurkan kedua tangannya menarik gadis itu.

 

 

Karin yang masih kesal kemudian meronta, "ih kebiasaan!" Omelnya mendorong sang abang hingga rangkulannya terlepas. "Enak-enak apa coba," tantangnya.

 

 

"Ya pokoknya enak lah." Ardi kembali merangkulkan lengannya di leher gadis itu.

 

 

"Abang matiii!! Karin kecekeek."

 

 

Ardi: Tim pengepul poin 😘😘😘 lanjutkaaan 🤣🤣🤣

Karin: Semangat komennya  Saayyyy, kalo nanti komen nggak dibales, mungkin aku lagi nulis kelanjutannya.

 

 

1
Nini
berkali kali ngulang baca cerita ini tetep aja seru dan bagus recommend banget dehhh pokoknya🫶
Rahmaara269💋👻ᴸᴷ
astaga nama grup macam apalah itu /Facepalm//Facepalm/
Rahmaara269💋👻ᴸᴷ
ih ada ondel² marah nih kabur aja yukk 🏃🏃
Rahmaara269💋👻ᴸᴷ
bilang aja kamu cemburu ar tapi kamunya aja yang gak peka /Proud//Proud/
Rahmaara269💋👻ᴸᴷ
ih karin mending kamu ga usah tau deh /Chuckle//Chuckle/
Rahmaara269💋👻ᴸᴷ
ya ampun ayo cepetan lari buru emakmu keluar arr /Facepalm//Facepalm/
fy
kira'' KK author masih nulis di noveltoon apa di KBM ajh yah?
Yo Zhibin❤️💞
Wuiiih..keren nih bajunya..🤔
Yo Zhibin❤️💞
So happy ending..see you 😘😘😘
Yo Zhibin❤️💞
Aih.. Jino Nino ga mau kalah sama Arka 😂😂😂😂😂
Yo Zhibin❤️💞
Astaghfirullah..Jino kalimatnya..ampun dah..😂😂😂😂
Yo Zhibin❤️💞
Ya elah..bang Ar mah..ga ada bosen2 nya sama Candu 🤭🤭😂😂😂😂
Yo Zhibin❤️💞
Karin yg ngidam..kenapa Q yg seneng liat minta ini itu nya..😂😂😂
Yo Zhibin❤️💞
Q bakal ikutin terus cerita kamu thoor..😘👍👍
Yo Zhibin❤️💞
Yeee...tambah seru nih.. Thor..Q promoin di SW ya..😂😂
Yo Zhibin❤️💞
Yg lama di tunggu.. akhirnya gadis 2😂😂😂
Yo Zhibin❤️💞
Yes..terbaik Aldo 👍😂😂😂
Yo Zhibin❤️💞
Baca di laman ini lebih seru..ketimbang di kolom sebelah yg butuh Coin😂😂 makasih kak adeannisa 😂😂😂
Yo Zhibin❤️💞
dasar somplak semuanya..ga Buronan mitoha.. author+ netizen jua..😂😂😂😂
Yo Zhibin❤️💞
Jiaaaah..ini bulan lagi honey moon konsepnya kalo rame2..😂😂😂😂😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!