Baca Aku bukan/hanya bayangan biar faham alurnya...
.
.
Melarikan diri demi melupakan masa lalu, tersakiti dan terhianati, oleh kekasih dan sahabatnya sendiri..
"Aku benci penghianat, dan aku benci kalian..aku membencimu!"
Kanaya Prameswari Sadewo.
Kesalahannya adalah membuat semuanya abu-abu tanpa penjelasan, membiarkan cintanya pergi tanpa tau yang sebenarnya.
"Aku akan mendapatkanmu kembali..dan mengantikan bencimu kembali menjadi cinta dan ya, kita tak pernah putus maka kamu masih kekasihku!"
Bagaskara Nandowijaya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenah adja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rival
Bagas menatap layar ponselnya tanpa berkedip bahkan tak sekalipun ia memalingkan wajahnya seolah ia takut untuk kehilangan momen tersebut walau hanya satu detik.
Ketukan pintu mengalihkan pandangannya dari layar yang menampilkan sebuah wajah yang tak pernah berhenti ia fikirkan Kanaya, entah apa yang Kanaya lakukan sekarang apa dia sedang berkencan dengan pria itu atau mereka sedang menghabiskan waktu bersama.
Roni membungkuk saat masuk kedalam ruangan Bagas "Tuan sesuai perintah anda, para bodyguard yang mengawasi nona Kanaya sudah saya tarik"
Bagas mengangguk "Ya, terimakasih Roni kamu boleh pergi, ingatkan aku saat jam rapat tiba"
Bagas menghentikan pengintaian nya pada Kanaya, bukan menyerah belum saatnya ia menyerah hanya saja ia akan mendekati Kanaya secara langsung bukan dengan cara mencari tau diam diam seperti kemarin "Aku belum menyerah Naya, jelas cinta itu masih ada,maka aku akan buktikan bahwa aku masih ada dihati kamu"
.
.
.
Jam makan siang Bagas melangkahkan kakinya masuk kedalam Cafe, mengedarkan pandangannya mencari Kanaya namun tak juga di temuinya.
Bagas mulai dilanda cemburu, mungkin Kanaya sedang menghabiskan waktu bersama dengan Bima, karna Bagas juga tak melihat Bima.
Bagas keluar dari cafe setelah duduk selama setengah jam menunggu Kanaya namun sia sia Kanaya tak ada.
Bima baru turun dari mobilnya hendak masuk kedalam cafe "Tunggu.." Bima menghentikan langkah nya, dan melihat Bagas sang pria yang berhasil mengambil seluruh hati pujaannya.
"Ada yang bisa saya bantu tuan?" Bima berkata dengan sesopan mungkin, menutupi pedih hatinya ingin rasanya ia melenyapkan Bagas agar ia bisa memiliki Kanaya seutuhnya, namun otaknya masih waras untuk tak melakukan itu.
"Dimana Naya?" tanya nya tanpa basa basi.
Bima mengeryitkan dahi "Naya?.. Ah maksudnya Aya, Kanaya?"
"Ya.."
"Ada urusan apa anda menanyakan Aya?"
Bagas tersenyum sinis "Apa saya harus memberitahu anda tentang urusan saya?"
Bima terkekeh "Tentu, diluar dia karyawan saya dia juga kekasih saya" lalu tersenyum pongah.
Tangan Bagas mengepal kuat saat mendengar kata itu dari mulut Bima, Bagas menarik nafas nya agar kemarahan tak menguasainya meski nyatanya ia ingin menghajar pria di depannya ini kekasih katanya.. tak akan ia biarkan.
"Saya hanya bertanya dimana dia, bukan menanyakan statusnya bagi anda" Bima terdiam "Bisakah beritahu dimana Naya, ah.. kekasih anda?"
"Itu maksud saya, untuk apa anda mencari kekasih saya" tatapan keduanya bahkan seperti elang yang merebutkan mangsa, tak ingin kalah dan mengalah.
"Dia tak masuk,... dia sedang sakit tapi itu bukan hal yang harus anda fikirkan bukan.. jika.." Bagas terkejut sakit..? kemarin Kanaya masih baik baik saja,tak perlu mendengar apapun lagi Bagas bergegas pergi namun sebelum menyebrang jalan Bagas kembali menatap Bima dengan pandangan tajamnya.
"Jangan berkata bahwa Nayaku kekasihmu, sebelum kamu bisa memiliki hatinya" Bima tercenung sesaat, lalu menghela nafasnya dan masuk kedalam cafe setelah Bagas tak terlihat.
Bagas memasuki mobilnya lalu memacunya cepat kearah rumah Kanaya, tak berapa lama mobil Bagas sudah terparkir di depan gerbang rumah besar keluarga Sadewo tersebut.
Bagas mengeluarkan ponselnya mencoba menghubungi Kanaya, namun nihil Kanaya tak mengangkat telponnya.
"Angkatlah Naya aku khawatir" Bagas bisa saja masuk kedalam rumah Kanaya, namun ia tak yakin Daddy Kanaya bisa menerima nya, dan berakhir keributan yang akan membuat semuanya semakin rumit.
.
.
Kanaya mendengar ponselnya berbunyi dan melihat bahwa Bagas menghubunginya,Kanaya menghela nafasnya lelah lalu membiarkan ponselnya mati dengan sendirinya.
Tak berapa lama ponselnya kembali berbunyi namun nama Bima yang tertera.
"Ya kak?" Kanaya menjawab telpon Bima.
"Aku sudah tiba di Cafe, kamu sudah lebih baik?"
"Ya, terimakasih sudah merawatku tadi"
"Syukurlah, baiklah istirahatlah lagi"
"Hmm"
"Aya.."
"Ya?"
"Tidak ada, aku harap kamu selalu sehat" terdengar hela an nafas dari Bima
"Ya terimakasih atas doanya"
"Baiklah aku harus bekerja....Satu lagi.. jangan lupa minum obat mu"
"Ya Kak, baiklah.."
"Oh iya.. nanti aku telpon lagi dan memastikan bahwa kamu benar benar meminum obatmu"
"Tadi bilang satu lagi, ini mah dua" Kanaya terkekeh.
"Baiklah.. istirahatlah sayang" Bima mematikan telponnya sebelum Kanaya membalas ucapannya.
Kanaya menatap layar ponselnya dengan senyum kecil di bibirnya, Bima memanggilnya sayang.. Kanaya memejam namun tak bisa merasakan hatinya menghangat atau membuncah, apa hatinya sudah mati mengapa hanya berdebar saat bersama Bagas saja,tidak ia harus berusaha mengenyahkan Bagas dan satu satunya cara dengan berusaha menerima Bima.
Baru beberapa detik saja ponsel Kanaya sudah kembali bergetar tanpa melihat Kanaya mengangkat ponselnya "Kenapa lagi kak Bima..?" Kanaya kira itu Bima, yang lupa menyampaikan sesuatu, namun suara di sebrang sana membuat Kanaya membulatkan matanya...
"Apa kamu sudah benar benar melupakanku Naya..?"
___________________________
Sedih hatiku yang baca banyak, yang like sama fav dikit banget, seenggaknya tekan jempol jika sudah membaca untuk membuatku semangat🤧
Like..
komen...
vote..