My Strong Woman

Velove hanya bisa diam menyikapi sifat keras kepala anaknya. Setelah Velove memutuskan untuk pergi dari hidup Max 7 tahun yang lalu, Velove berubah menjadi wanita yang sabar dan penuh kasih sayang.

Semua itu dilakukan demi putra semata wayangnya yang sudah hadir dalam kehidupan Velove. Dia sangat menyayangi putranya dan kini telah menjadi prioritas utamanya. Dan setiap putranya membahas tentang sang Daddy, Velove hanya bisa pasrah karena dia tidak tau harus berbuat apa. Hal ini membuatnya teringat tentang perjuangannya mempertahankan sang buah hati.

FLASHBACK ON

Seminggu berlalu setelah kepulangannya ke New York. Velove merasa sudah cukup istirahatnya, dan dia memutuskan untuk kembali berkerja di Boar's Head di Las Vegas.

Di pagi hari yang cerah Velove keluar dari apartemen dengan menggendong ranselnya. Dia berjalan dan segera mencari bus. Setelah mendapatkan bus. Velove segera pergi menuju ke Las Vegas. Membutuhkan waktu selama 2 jam untuk sampai ke Las Vegas.

Setelah 2 jam perjalanan, Velove sampai juga di Boar's Head bar. Velove langsung masuk ke dalam dan menyapa Will si pemilik bar.

"Hallo Will, How are you?" sapa Velove.

"Hai baby, kapan kamu kembali. Aku sangat merindukanmu." ucap Will dengan merentangkan tangannya ingin memeluk Velove.

"Singkirkan tanganmu Will atau akan ku patahkan."

"Why, dua minggu tidak bertemu makin galak saja kamu Love. Dan apa ini? sepertinya kamu semakin berisi saja."

"Kamu semakin cerewet saja Will, telingaku sakit mendengarnya."

"Apa kamu sudah mendapatkan sugar daddy di liburanmu Love?"

"Will ingin rasanya aku memukulmu sekarang."

"Hahahah peace Love. Aku hanya bercanda." ucap Will berhenti menggoda Velove.

Velove terlihat murung saat ini. Dia masih belum bisa untuk bersemangat lagi.

"Aku tau Love kalau kamu ada masalah, kamu tidak bisa membohongiku."

"Janganlah sok tau Will." sahut Velove datar.

"Bercerita lah aku akan siap menjadi pendengar." jawab Will menghibur.

"Sudah lah lupakan, aku tidak apa-apa kok. Aku ingin berkerja kembali, bolehkah?" tanya Velove pada sahabatnya itu.

"Bar ini selalu terbuka lebar untukmu Love." jawab Will mengizinkan.

Velove pun kembali berkerja di bar itu. Kini dia kembali tinggal di kontrakan kecil yang dia sewa dulu. Dua bulan berlalu, Velove sudah mulai terbiasa dengan kegiatannya sehari-hari.

Hingga suatu hari Velove merasa akhir-akhir ini dia merasa tidak enak badan. Kepalanya sering pusing, mual, dan tidak nafsu makan. Velove menganggapnya hanya masuk angin biasa. Tapi lama-lama badannya terasa lemas tidak bertenaga. Namun, hal itu dia tetap memaksakan untuk berkerja.

Will yang melihat keadaan Velove pun prihatin. Will menanyakan keadaan Velove karena wajahnya semakin pucat. Bukan Velove namanya kalau tidak keras kepala dulu.

"Love istirahatlah, sepertinya kamu sedang sakit. Mukamu pucat sekali." ucap Will penuh perhatian.

"Aku tidak apa -apa Will aku hanya masuk angin saja akhir-akhir ini."

Velove masih memaksakan diri untuk berkerja, dan tiba-tiba pandangan matanya kabur. Kepalanya terasa sangat pusing, dan akhirnya...

BRUGGHHH

Velove pingsan dan membuat pengunjung bar menjadi panik. Will yang melihat langsung menolong Velove dan segera membawanya ke rumah sakit.

Sesampainya di rumah sakit Velove langsung di tangani oleh dokter. Setelah selesai di periksa Will menanyakan keadaan sahabatnya itu pada dokter.

"Bagaimana keadaan sahabat ku dok?" tanya Will.

Dokter itu tersenyum pada Will.

"Tenang saja anak muda, temanmu hanya kelelahan. Karena dia sedang mengandung." jawab Dokter.

"What? mengandung dok?" tanya Will tidak percaya.

"Iya usia kandungannya sudah 10 minggu. Kalau begitu saya permisi dulu anak muda."

"Terima kasih dok."

"Sama-sama."

Setelah itu Will pun masuk ke dalam ruangan IGD. Velove sudah siuman dari pingsannya. Will berjalan menghampiri Velove dan menanyakan sesuatu tentang kandungannya.

"Kamu sudah sadar Love?" tanya Will.

"Yeah, thanks Will sudah merepotkan mu."

"Its okey,,,Tapi aku punya pertanyaan untukmu Love?"

"What?" jawab Velove.

"Siapa pria beruntung yang telah menaklukkan mu?" tanya Will dengan senyuman smirknya.

"Apa maksud kamu Will?" ucap Velove pura-pura bodoh.

"Kamu sedang mengandung Love?"

"Hah...A-aku hamil???" pekik Velove terkejut.

"Yeah usia kandungan mu 10 minggu." jawab Will.

Velove mengelus-elus perutnya yang masih rata. Kini dia bingung harus bagaimana? Seketika Velove teringat tentang Max,

"Seandainya Max berada disini apakah dia akan senang dengan berita ini?" batin Velove.

"Love kamu tidak apa-apa?" tanya Will membuyarkan lamunannya.

"Tidak apa-apa Will."

"Kamu tidak ingin menceritakan apa yang sudah terjadi ketika kamu liburan di London Love?" tanya Will ingin tau.

"Huuhh, baiklah aku akan bercerita dengarkan baik-baik."

Velove pun menceritakan kejadiannya sewaktu liburannya di London bulan lalu.

DI MANSION, JERMAN.

Max sejak bangun tidur sikapnya berubah menjadi uring-uringan. Dia juga makin cerewet dengan segala macam bau. Max akan emosi jika dia mencium bau yang mengganggu indra penciumannya.

"Siapa yang memasak makanan ini?" teriak Max emosi.

Lalu datanglah pelayan yang memasak sarapan untuk Max.

"Sa-saya yang memasaknya Tuan?" ucap Pelayan itu ketakutan.

"Kenapa kamu meletakkan keju di atas sandwich ini?"

"Ma-maaf kan saya Tuan, saya hanya membuatkan sarapan anda seperti biasanya." jawab si pelayan.

"Kamu aku pecat, kerja begini saja tidak pecus." teriak Max dengan segala emosinya.

"Maafkan saya Tuan, saya tidak akan mengulanginya lagi. Tolong maafkan saya." ucap pelayan itu sangat ketakutan.

Nyonya Glover sangat heran dengan sikap Max hari ini. Dia pun menegur putranya itu.

"Max apa yang kamu lakukan." teriak Nyonya Glover dari lantai atas.

Nyonya Glover pun turun menghampiri Max bersama pelayannya itu di ruang makan.

"Ada apa ini?" tanya Nyonya Glover.

"Mom pelayan ini tidak pecus dalam pekerjaannya, dia pantas di pecat."

"Saya minta maaf Nyonya Besar, saya janji tidak akan mengulanginya lagi." ucap pelayan itu memohon pada Nyonya Glover.

"Max ada apa denganmu? akhir-akhir ini kamu sensitif sekali seperti wanita yang mau datang bulan." cibir Nyonya Glover pada putranya.

Max mendengus kesal, tiba-tiba Max menutup hidungnya ketika dia mencium aroma parfum Momy nya.

"Momy pakai parfum apa bau sekali, membuat kepalaku pusing." seru Max dengan sedikit menjauh pindah dari tempat duduknya.

"Why, ini parfum Momy yang biasanya kok. Ada ada saja kamu ini Max harum kayak gini di bilang bau."

"Sudahlah aku ke kantor dulu lama-lama aku bisa mati dengan bau ini." ucap Max sambil berlalu meninggalkan sang Momy yang masih bicara.

"Max kamu ini seperti wanita yang lagi hamil saja sensitif dengan apapun." teriak Nyonya Glover refleks.

Dan tanpa sadar Nyonya Glover mengingat sesuatu.

"Wait, wanita...hamil...Oh My God..Aaaaaa...Akhirnya calon cucu grandma launching juga, tapi sayang daddy kamu belum bisa nemuin kamu sayang, Grandma berharap muncul keajaiban untuk kalian suatu hari nanti."

**JANGAN LUPA LIKE NYA YA DEARS

HADIAH 🌹☕

VOTE

OTHOR MASIH MENUNGGU DI KASIH LHOH YA😂😂😂

TERIMAKASIH😍😍😍😘😘😘😘**