Seno adalah seorang anak petani yang berkuliah di Kota. Ketika sudah di semester akhir, ia menerima kabar buruk. Kedua orang tuanya meninggal dalam kecelakaan bus.
Sebagai satu-satunya laki-laki di keluarganya, Seno lebih memilih menghentikan pendidikannya untuk mencari nafkah. Ia masih memiliki dua orang adik yang bersekolah dan membutuhkan biaya banyak.
Karena dirinya tidak memiliki ijasah, Seno tidak akan bisa mendapatkan pekerjaan dengan gaji tinggi. Mengandalkan ijasah SMA-nya pun tidak jauh berbeda. Maka dari itu, Seno lebih memilih mengelola lahan yang ditinggalkan mendiang kedua orang tuanya.
Ketika Seno mulai menggarap ladang mereka, sebuah kejutan menantinya.
----
“Apa ini satu buah wortel dihargai tujuh puluh ribu.” Ucap seorang warganet.
“Mahal sekali, melon saja harga lima puluh ribu per gramnya. Ini bukan niat jualan namanya tapi merampok.” Ucap warganet yang lainnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dyoka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PH 30 Kolonel Johan (1) (revisi)
Ketika Seno sampai di rumah, ia melihat sebuah mobil sudah terparkir di halaman rumahnya. Mobil itu merupakan mobil Jeep Wrangler berwarna hitam. Seno sama sekali tidak mengenali nomor polisi dari mobil tersebut.
Di kaca belakang mobil tersebut, Seno juga melihat adanya sebuah stiker yang menunjukkan bahwa pemiliknya merupakan anggota dari kesatuan tentara angkatan darat. Itu semakin membuat Seno penasaran mengenai identitas pemilik mobil tersebut.
‘Apakah ini karena sayuran milikku? Tetapi aku hanya menjual bebas wortel milikku, dan pembeli terbesarku hanyalah Miranda. Lalu, selain membuat penglihatan menjadi lebih tajam, wortel tersebut tidak memberikan manfaat luar biasa lainnya.’
‘Brokoli yang manfaatnya lebih luar biasa lagi pun belum aku tanam dalam jumlah besar. Jadi, apa alasan orang ini kemari?’ Gumam Seno dalam hati.
Ketika Seno cukup dekat dengan rumahnya, barulah ia sadar siapa yang datang. Di teras rumahnya, ia melihat keberadaan Miranda. Di samping perempuan itu, terdapat seorang laki-laki berusia lima puluh tahunan.
Tubuh laki-laki itu cukup besar dan tegap. Potongan rambutnya cukup pendek, khas mereka yang berada di kesatuan militer. Kumis tipis terlihat menghiasi wajahnya. Kali ini laki-laki itu hanya memakai kemeja berwarna navy meski bukan seragam dinas, tetapi Seno masih melihat aura pemimpin memancar dari laki-laki itu.
Seno baru ingat satu hal. Jika tidak salah, kakak dari ibu Miranda merupakan seorang tentara angkatan darat yang memiliki pangkat yang cukup tinggi. Seno sendiri tidak tahu apa pangkat dari Paman Miranda itu.
Ketika Seno memarkirkan motor yang ia kendarai, dari sudut matanya ia meihat Miranda yang kini berjalan menghampirinya.
“Hai Mas Seno.” Sapa Miranda.
“Hai Mira, eh udah lama nunggu di sini? Kok nggak ngehubungi aku duluan sih?” Tanya Seno.
“Aku baru saja sampai. Baru saja tadi aku mau telpon Mas Seno eh aku liat Mas dateng. Ya udah nggak jadi deh telponnya.” Jelas Miranda.
Keduanya pun berjalan menuju teras rumah Seno dan menghampiri laki-laki yang datang bersama dengan Miranda. Memang ketika Miranda tadi menghampiri Seno, laki-laki itu tidak beranjak dari tempat duduknya.
“Oh Mas ini kenalkan Pakde aku. Pakde Johan. Aku tadi ke mari karena Pakde Johan ingin membeli beberapa wortel milik Mas Seno. Pakde, ini Mas Seno penjual wortel yang sudah aku berikan ke Pakde.” Jelas Miranda.
Ternyata paman dari Miranda ini memang mengincar wortel miliknya. Tetapi Seno sendiri belum tahu apakah wortel tersebut akan dipergunakan untuk kepentingan pribadi oleh Johan atau dia akan memberikannya kepada anggota kesatuannya.
“Oh jadi Kamu ini yang jualan wortel itu?” Tanya Johan.
“Iya Pakde, aku yang jual wortel-wortel itu kepada Miranda. Pakde tertarik membelinya ya?” Seno mengikuti cara Miranda memanggil Johan dengan panggilan Pakde.
“Kita bicarakan ini di dalam saja sambil duduk.”
Seno mempersilahkan kedua tamunya masuk ke dalam rumahnya. Dari sudut matanya, Seno melihat adanya dua orang laki-laki lainnya yang masih berada di dalam mobil. Seno tebak itu adalah Ajudan dari Johan.
“Aku ingin membeli semua wortel khusus yang Kamu miliki itu. Berapa pun harga yang Kamu inginkan tidak masalah. Lalu, jika bisa aku ingin menjadi satu-satunya pembeli dari wortel ini.” Jelas Johan tanpa basa basi lagi setelah mereka duduk di ruang tamu Seno.
Ingin menjadi pembeli satu-satunya? Jelas Seno tidak bisa melakukan hal itu. Dari ucapan Johan, Seno tahu bahwa wortel-wortel ini akan laki-laki itu pakai untuk dikonsumsi anggota kesatuannya. Ini berarti untuk para tentara negeri ini.
Meski dengan menjual ke mereka Seno bisa mendapatkan pembeli tetap dalam jumlah besar dan menjamin pendapatannya, tetap saja Seno tidak bisa melakukan hal itu.
“Sepertinya aku tidak bisa jika harus menjual semua wortel khusus itu ke Pakde. Paling banyak, aku hanya bisa menjual enam puluh persen dari wortel milikku.” Jelas Seno.
Johan terlihat mengerutkan keningnya setelah mendengar ucapan Seno barusan. Johan tidak menyangka setelah dirinya memberi kesempatan Seno untuk menentukan harga berapapun agar ia bisa membeli semua wortel khusus milik Seno, laki-laki itu malah menolaknya.
Ini berarti, Seno bukanlah seseorang yang serakah. Padahal itu adalah kesempatan bagus untuk Seno meraup keuntungan besar, namun dia menolaknya. Johan cukup salut dengan apa yang dilakukan oleh Seno ini.
Meski begitu, ia tidak mau menyerah. Johan masih harus memperjuangkan wortel-wortel itu. Ia mau membeli semua wortel itu untuk ia pergunakan memperkuat anak buahnya.
“Apa Kamu tahu bahwa aku ini seorang tentara?” Tanya Johan kepada Seno.
“Ya aku tahu. Mobil yang Pakde Johan pakai aja sudah banyak stiker-stiker yang nunjukkin bahwa Pakde adalah seorang tentara. Lalu, apa hubungannya dengan semua ini?” Tanya Seno berpura-pura tidak tahu.
Meski Seno bisa menebak, tetapi ia ingin mendengar langsung alasannya dari mulut Johan. Ia ingin tahu seberapa berharga wortel yang ia miliki itu di mata tentara seperti Johan. Karena hal ini nantinya akan menentukan langkah yang perlu Seno ambil kedepannya.
Semakin tinggi level kebunnya, semakin luar biasa pula kemampuan yang diberikan oleh sayur-sayur yang ditanamanya.
“Wortel milikmu itu bisa membantu beberapa penyakit mata. Tidak hanya itu, mereka yang matanya tidak memiliki masalah, dengan mengkonsumsi wortel khususmu itu bisa mempertajam penglihatan mereka.”
“Itu sangat berguna sekali bagi seorang tentara. Dengan penglihatan kami yang tajam, maka akan mudah bagi kami menemukan keberadaan musuh yang letaknya cukup jauh. Tidak hanya itu, penembak jitu dari kesatuanku bisa menemukan sasaran tanpa perlu menggunakan teropong.”
Johan berhenti sesaat untuk menarik nafas panjang sebelum melanjutkan penjelasannya yang mungkin saja bisa membuat Seno berubah pikiran dan menjual seluruh wortel khusus miliknya ke pihak militer.
“Apakah Kamu tahu bahwa teropong pada senapan bisa memantulkan cahaya matahari? Jika begitu, tempat persembunyian para penembak jitu bisa diketahui dengan mudah. Dengan tidak menggunakan teropong, itu akan membuat anak buahku lebih mudah bersembunyi.” Imbuh Johan.
“Wortel milikmu itu bisa memperkuat anggotaku dua kali lipat, tidak lima kali lipat bahkan lebih. Mereka bisa mengenai sasaran lebih tepat dengan pengelihatan yang tajam. Tidak hanya itu, mereka bisa menghemat peluru yang mereka bawa karena tidak aka nada tembakan yang meleset.”
“Itu akan memperkecil jumlah korban jiwa dalam menjalankan misi. Tidak hanya itu saja, mereka bisa menyelesaikan misi dengan baik. Jadi, aku rasa manfaat dari wortel itu lebih berguna lagi jika Kamu menjualnya kepadaku.” Ucap Johan menutup penjelasannya yang cukup panjang.
Sekarang Johan tinggal menunggu keputusan dari Seno. Ia sudah memberikan penjelasan yang cukup panjang tentang manfaat yang bisa wortel itu berikan kepada para tentara. Johan berharap Seno mau menjual semua wortel itu kepadanya.
Di sisi lain Seno terdiam setelah mendengar penjelasan Johan. Ia tidak percaya bahwa manfaat dari wortel seluar biasa itu untuk pihak militer. Jika pihak militer mengkonsumsi wortel dipadukan dengan brokoli miliknya, itu akan memebrikan dampak yang luar biasa.
Akan ada pasukan khusus yang tidak tertandingi. Mereka tidak hanya bisa menemukan keberadaan musuh dengan mudah, menembak musuh tepat sasaran, tetapi pasukan khusus itu juga tidak memiliki ketakutan akan terkena tembakan.
Jika suatu negara memiliki satu battalion saja pasukan dengan kemampuan seperti itu, maka mereka akan menjadi negara dengan tingkat militer yang disegani. Apalagi jika semua tentara memiliki kemampuan seperti itu.
Pasukan tidak terkalahkan. Selama ini belum ada yang seperti itu. Memikirkan negaranya memiliki kekuatan militer seperti itu membuat Seno merinding. Apalagi jika itu benar-benar terjadi.
“Aku akan menaikkan jumlah wortel yang akan aku jual. Sebelumnya aku hanya akan menjual enam puluh persen dari wortelku, sekarang akan aku naikkan menjadi tujuh puluh lima persen.” Ucap Seno pada akhirnya.
Seno lalu mengangkat sebelah tangannya ketika melihat Johan ingin memotong ucapannya. “Maaf Pakde aku belum selesai berbicara. Tolong dengarkan dulu penjelasanku. Terima kasih.” Ucap Seno setelah melihat Johan telah memberinya kesempatan untuk melanjutkan penjelasannya.
“Aku masih perlu menjual ini kepada orang biasa. Setelah mendengar penjelasan mengenai manfaat lain yang bisa diperoleh dari wortel tersebut, aku tahu betapa berharganya wortel ini. Jika jatuh di tangan orang yang salah, bisa saja itu dipakai untuk kejahatan.”
“Oleh karena itu, aku akan membatasi jumlah wortel yang bisa dibeli oleh seseorang mulai sekarang. Setidaknya warga sipil masih berhak bukan mencari obat untuk penyakit mata mereka bukan? Selain pihak militer negara kita, aku juga akan berusaha agar wortel itu tidak terjual kepada orang asing.” Jelas Seno.
Seno tidak bisa seratus persen yakin bahwa wortel miliknya itu tidak akan jatuh ke orang asing. Ia akan menjual sayur khusus miliknya melalui lelang. Sudah jelas ada kemungkinan sayuran itu akan jatuh ke tangan orang asing.
Tetapi, jumlahnya jelas tidak akan sebanyak sayuran yang ia jual kepada Johan. Jadi menurut Seno itu masih aman-aman saja.
Setelah mempertimbangkan ucapan Seno, pada akhirnya Johan menerimanya. Setidaknya Seno akan mengusahakan agar wortel itu tidak jatuh ke pihak asing. Dengan begini, Johan sedikit lega mendengarnya.