Warning area! banyak yang uwu-uwu dan panas-panas, harap bijak dalam memilih bacaan ya guys
Konflik ngeselin mohon bersabar, gak kuat angkat tangan!!
Karena suatu kejadian kelam Jiana terusir dari tempat tinggalnya. Kebejatan sang pemilik perusahaan tempat ia bekerja menjadi titik balik hancurnya hidup Jiana. Sang most wanted Bryan yang mempunyai wajah malaikat namun berhati iblis, begitulah julukan Jiana. Berimigrasi dan mencoba mencari peruntungan dinegri orang, Jiana meninggalkan semuanya, termasuk Darwin atasan yang ia diam-diam kagumi
Saat hidup Jiana membaik dan ia bisa melupakan semuanya, Takdir membawanya kembali bertemu Bryan
Baca selanjutnya ➡️
Budayakan tinggalkan jejak, like dan vote untuk memberi apresiasi pada penulis 🙊🙊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon irra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku selalu memimpikanmu
-
-
Bryan tersenyum diambang pintu memperhatikan putrinya yang sedang tertidur siang diranjang bersama Jiana. Bryan juga melirik ke samping kanan kesofa, disana masih ada Bulan dan Pevita yang juga sedang tertidur siang dengan saling memeluk
Pria itu mendekati ranjang duduk disisi disamping Jiana, ia membungkuk mengecup kening Kya yang tidur menyamping membelakangi ibunya. Lalu ia beralih pada Jiana, ia menyeringai nakal dan mendaratkan ciuman gemasnya dibibir yang sedikit menganga itu
Mendapat ciuman berulang dibibirnya membuat Jiana terusik, ia terbangun dan berjingkat kaget dengan wajah Bryan yang tepat berada diatasnya. Jiana bahkan tak bisa menoleh kesamping karena kedua tangan kekar itu mengurung kepalanya dengan bertumpu kedua telapak tangan pada bantalnya
" Menjauh dariku." bisik Jiana memelototkan matanya apalagi bibir itu tepat hanya sejengkal diatas bibirnya hingga Jiana dapat merasakan aroma nafas mint dari mulut Bryan yang cukup membuat darahnya mendadak berdesir
" Tidak dosa juga aku kan suamimu." saut Bryan terkekeh dengan wajah itu
" Menyingkir atau-"
" Atau apa?" potong Bryan
" Katakan atau apa?" tanya Bryan melipat kedua tangannya, tubuhnya kini menghimpit Jiana dan jemarinya terulur mengelus pipi Jiana
" Katakan sayang, kenapa tidak kau lanjutkan." ucap Bryan lagi, kali ini Jiana meneguk ludahnya kasar, nafas Bryan benar-benar menggodanya
" Kenapa wajahmu?" tanya Jiana meneliti wajah Bryan
" Kapan kau mau menghabiskan malam denganku?" Bukan menjawab Jiana Bryan malah balik bertanya, sambil menyelipkan rambut Jiana kebelakang telinganya
" Jangan harap." tolak Jiana mentah-mentah
" Kalau begitu aku akan mencari wanita lain untuk aku tiduri." sautnya enteng
" Lakukan saja, aku bersyukur atas itu." saut Jiana menaikan dagunya angkuh
" Benar-benar keterlaluan." gumam Bryan geram, tak seperti ekspetasinya yang berpikir Jiana akan cemburu dengannya namun nyatanya wanita itu malah tak perduli
" Kau yakin tidak akan cemburu?"
" Kenapa kau selalu percaya diri?" bentak Jiana pelan tapi Bryan hanya mengedikan bahunya acuh dan menatap lekat Jiana yang malah memalingkan wajah
" Dulu aku selalu memimpikanmu." ucap Bryan membuat Jiana kembali beralih padanya, dahinya berkerut melihat Bryan dan berpikir ini akal bulus pria itu untuk menjerat agar Jiana luluh dan mau menyerahkan tubuhnya
"Kau pasti tidak akan percaya, tapi sungguh aku selalu memimpikanmu. Wajahmu seperti ini selalu galak padaku bedanya kau memakai kacamata tebalmu itu .. culun." tutur Bryan, secepat kilat ia mencuri kesempatan mencium bibir Jiana hingga kedua mata itu memelotot padanya lagi dan jemarinya tidak tahan untuk tak menampar Bryan
Bukan marah, Bryan malah tersenyum nakal pada Jiana
" Kenapa aku sangat suka sekali kau menamparku seperti ini." Bryan mencekal jemari Jiana, ia tatap lekat lalu memberikan kecupannya, terasa hangat dan lembut untuk Jiana hingga wanita itu harus menarik nafasnya pelan agar tak tergoda dengan casanova di hadapannya ini
" Bercint*lah denganku, kau maukan?" tanya Bryan berbisik
Benar saja apa yang Jiana pikirkan, Bryan bersikap manis hanya ada maunya saja
" Aku sedang datang bulan." saut Jiana berbohong
" Sungguh? kau tidak berbohong hanya untuk menolakku kan?" tanya Bryan lalu ia menunduk, dengan tak sopan ia menyentuh pangkal paha Jiana membuat Jiana tersentak dengan Bryan yang selalu berani seperti itu
" Bryan." pekik Jiana, ia tampar kembali wajah itu dan kali ini sedikit keras
" Kau bohongkan?"
" Jangan gila." bisik Jiana meronta mencoba menepis jemari Bryan yang sedang meraba-raba dipangkal pahanya
Dan Bryan malah semakin gila, ia memaksakan jemarinya masuk kedalam celana jeans Jiana
" Bryan." pekik Jiana lagi pelan, ia sudah tak bisa diam, mencoba terus mendorong dada Bryan dengan satu tangannya, sementara tangan yang lain mencoba menarik jemari Bryan yang kini benar-benar menyentuh miliknya
" Kau berbohong." ucap Bryan
" Kau sudah tahu aku berbohong, sekarang lepaskan."
Bryan menyeringai nakal melihat wajah Jiana yang memerah karenanya
" Kau yakin mau aku melepaskannya? kau akan kehilangan kesempatan menikmati permainanku." bisik Bryan nakal
" Lepaskan aku, kau tidak malu ada semua orang."
Bryan mulai tak menggubris, ia hanya menggigit bibir bawahnya menikmati hangatnya tempat lahir Kya itu dan jemari Bryan semakin memaksa turun kebawah, mengusapnya pelan membuat Jiana tak bisa diam, bergerak tak karuan. Bagaimana pun ia seorang wanita normal, mendapat sentuhan seperti itu tentu darahnya berdesir hebat
" Bryan. " tegurnya
" Syuuuuuttt." hanya itu yang keluar dari bibir Bryan
" Kapan terakhir kali kau melakukannya?" tanya Bryan dengan jemari tak henti mengusap dibawah sana
" Lepaskan aku." ucap Jiana tajam
" Oh ****!" umpat Bryan saat jari tengah itu kesusahan masuk pada mis* v Jiana
" Bryan." pekik Jiana tertahan, ia menggigit bibir bawahnya dengan tangan tak henti mencoba menarik tangan Bryan
" Lepaskan aku." pekik Jiana lagi dan kali ini Bryan menuruti Jiana. Ia menarik jemarinya dan menatap lekat Jiana, sebenarnya Bryan tidak pernah semesum ini meskipun ia senang bermain wanita namun entah mengapa Jiana selalu membuatnya penasaran serta tubuhnya yang selalu ingin menyentuh Jiana. Mungkin karena wanita itu sangat sulit Bryan dapatkan
Sebelum menjauhkan tubuhnya, Bryan menciumi bibir Jiana beberapa saat, ia pagut dengan lembut lalu bangun dan berjalan tergesa kekamar mandi. Ia berdiri didepan cermin sambil menatap kebawah jari tengahnya yang bahkan tadi terasa susah masuk pada milik Jiana
Bryan membuka resleting celana dan mengeluarkan sang adik yang ternyata telah bangun hanya karena ia menyentuh daging lembut Jiana. Kemudian ia membandingkan besar jari dan adiknya yang jelas berkali-kali lipat lebih besar sang adik
" Bukankah dulu aku sudah memerawaninya, Kya juga sudah lahir. Bagaimana bisa sekecil itu." gumam Bryan dengan dahi berkerut
" Apa dia sudah lama tidak melakukannya?" gumam Bryan lagi lalu ia melihat adiknya yang minta dipuaskan. Ia masukan kembali kedalam celana dan membuatnya sesak didalam sana. Bryan segera mengambil ponsel disaku celananya ia mulai memanggil Clarissa, sang pacar yang entah keberapa untuk Bryan, ia mengajak wanita itu bertemu, tentu untuk menjadikan pelampiasan hasratnya
Bryan bergegas keluar dari kamar mandi, ia melirik Jiana yang masih tak berpindah posisi sejak tadi
" Aku keluar sebentar." pamit Bryan, suara itu terdengar parau ditelinga Jiana
Jiana hanya memperhatikan Bryan yang terburu-buru ingin mencapai pintu namun sebelum mencapai pintu Bryan berhenti saat putrinya tiba-tiba memanggil
" Daddy. "
" Daddy Kya." aku Kya dan suara itu selalu membuat hati Bryan bergetar hingga melunaklah hasrat Bryan yang memuncak tadi. Ia menarik nafasnya dalam dan memutar tubuh menghadap Kya, memberikan senyuman lebar pada gadis kecilnya
" Sayang .. " panggil Bryan mendekat dan duduk disamping Kya, bersebrangan dengan Jiana
" Mana mainan?" tanya Kya menagih janji sang ayah padanya sambil menengadahkan telapak tangan pada Bryan
Bryan menepuk jidatnya begitu kencang
" Sayang Daddy lupa." saut Bryan pelan dengan wajah merasa bersalah
" Daddy ini bagaimana." gerutu mulut kecil itu melipat kedua tangannya didada, benar-benar lucu dimata Bryan
" Setelah pulang dari sini kita beli bersama ya."
" Kya mau sekalang." sautnya dengan bibir mencebik
" Tapi dokter bilang Kya pulang nanti sore."
" Kya." panggil Bryan lagi
" Nanti sore kita pergi bersama hmm? Kya bebas memilih."
" Kya maukan?" tanya Bryan lagi
Gadis kecil itu mengangguk pelan
" Kiss me." perintah Bryan, Kya mulai mengerucutkan bibirnya dan memberikan ciumannya pada Bryan
" Mmmuuuahhh.." suara Kya sambil mencium sang ayah lalu tersenyum lebar
" Anak siapa ini lucu sekali."
" Daddy Blayen." sautnya menyengir
Sedangkan Jiana kini membalikan tubuh membelakangi keduanya, ia mencoba memejamkan mata. Nyatanya sentuhan Bryan masih terasa dibawah sana hingga darah Jiana terus berdesir karenanya
Bryan menempelkan jari telunjuknya dibibir tanda agar Kya tidak berisik lalu ia menepuk kasar bokong Jiana membuat sang putri pun ikut menepuk dengan tangan kecilnya
" Diam." bentak Jiana pelan membuat keduanya cekikikan
-
-
Dad Bryan anakmu sudah gak gadis lagi loh....