NovelToon NovelToon
Cinta Gadis Desa

Cinta Gadis Desa

Status: sedang berlangsung
Genre:Pengasuh
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: moms arka

Nurul Aulia seorang gadis dengan tekad kuat kabur dari desa demi menghindari perjodohan dengan juragan tanah di desanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moms arka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2

Jam tangan d tanganku sudah menunjukan jam setengah enam sore, itu artinya sebentar lagi adzan Maghrib akan berkumandang, aku segera bergegas ke rumah.

"Assalamualaikum" aku mengucapkan salam. "waalaikumsalam" serempak ayah, ibu tiriku dan Elsa adik tiri ku menjawab. Tumben mereka berkumpul di ruang tamu. Tapi aku gak ambil pusing, aku melenggang menuju kamarku, tapi sebelum aku sampai di depan pintu kamarku, Bu Marni memanggilku" Nurul sini duduk sebentar" katanya.

Sambil menghampirinya aku bertanya"ada apa Bu?",

"gini nak hari inikan kamu gajihan, boleh ga uangnya ibu pinjem dulu buat kebutuhan rumah ini?" kata Bu Marni sambil mengelus punggungku.

"sudah kuduga" dalam hatiku berkata.

"tapi Bu jangan semuanya ya, aku juga punya kebutuhan" imbuhku.

"emangnya kebutuhan kamu apa sih? Semua sudah di siapkan di rumah ini" katanya lagi.

"Sudahlah nak pinjemin dulu ibumu, tar kalau ayah sudah ada uang, ayah ganti yah" ayah ikut menimpali.

"Setiap bulan juga begitu bilangnya akan di ganti, tapi buktinya ga pernah kan?" kataku sambil mengeluarkan amplop dari dalam tasku, kulihat Bu Marni dan Elsa matanya tak berkedip.

"makasih yah" ucap Bu Marni sambil merebut amplop dari tanganku.

"Bu jangan semuanya" rengekku

" uang cuma 500 ribu aja, kamu tuh perhitungan sekali, lagian pelit amat Bu ani majikan kamu itu, masa kerja dari pagi hingga sore cuma di bayar 500 ribu" jawabnya.

Ga tahu aja Bu Marni ini, gajiku sebenarnya 1 juta 500 ribu, setiap gajian aku selalu menyembunyikan yang 1 jutanya buat di tabung.

Sambil bangkit dari duduknya Bu Marni bilang"sana cepat mandi bentar lagi mo Maghrib".

Aku bergegas ke kamarku buat bersih-bersih,

Tak lama adzan berkumandang, aku segera melaksanakan kewajiban ku kepada khalik,

Keesokan harinya kulalui seperti biasanya, di warung tempat bekerjaku pun selalu sibuk dengan melayani pembeli, Bu ani memang sangat baik padaku, beliau selalu perhatian kepadaku, melebihi keluargaku.

Beliau selalu memberikan makanan kepadaku, karena beliau tahu bagaimana sifat ibu tiriku padaku., sebelum pulang aku selalu di suruh makan dulu.

Sore ini aku baru saja pulang dari warung Bu ani, tapi sore ini ada yang beda di rumahku, ada banyak orang yang tidak aku kenal,

"Assalamualaikum" seperti biasa aku mengucapkan salam

"waalaikumsalam" jawab mereka serempak

"Ada apa ayah?" aku bertanya pada ayahku

"sini duduk dulu nak" jawab ayah

" bapak-bapak ini siapa ayah?" tanyaku lagi

" bapak-bapak ini adalah orang suruhan juragan tanah nak, mereka menagih hutang kepada ayah," jawah ayah

" emangnya ayah punya hutang berapa sama juragan tanah itu ayah?" tambahku

"50 juta nak, itu belum sama bunganya" jawab ayah sambil tertunduk.

" hah" aku melongo tak percaya

" buat apa ayah meminjam uang sebanyak itu?" tanyaku lagi

"buat kebutuhan kita sehari-hari," jawab ayah

"memang minjemnya ga sekali dua kali tapi sering nak, dan sekarang jatuh temponya" tambahnya lagi.

"kalau kamu punya uang, bayarlah dulu nak, tar kalau ayah sudah ada ayah ganti" lanjutnya.

"memangnya aku punya uang dari mana ayah? Kan setiap gajihan juga selalu diambil ibu" jawabku. Enak aja uang tabunganku selama ini harus aku berikan buat bayar hutang yang ga tahu hutang bekas apa, pikirku.

Salah satu orang yang menagih hutang itu berkata"yaudah jadi gimana nih pak Yanto, mau bayar sekarang atau kami sita rumah bapak ini?" tanyanya.

"jangan disita dong pa, tak keluarga saya mau tinggal dimana?" jawab ayah.

"gini aja saya minta tolong sampaikan pada juragan, minta kelonggaran waktu beberapa bulan saja" tambahnya lagi sambil mengiba.

"baiklah saya akan sampaikan, tapi kalo dalam waktu dekat bapak tidak bisa mencicilnya, jangan salahkan kami bila rumah ini kami sita." kata si penagih yang kepalanya botak.

"iya baiklah saya akan berusaha mencicilnya" jawab ayah.

lantas para penagih hutang itu pergi meninggalkan rumah kami, ayah termenung, sedangkan ibu Marni melenggang menuju kamarnya di ikuti Elsa anaknya. Aku bingung bagaimana ayah bisa melunasi hutang yang begitu besarnya, sedangkan hasil panenpun tak sebesar hutang ayah pada juragan tersebut.

Tak terasa adzan Maghrib berkumandang, aku segera bergegas membersihkan diri, lalu melaksanakan shalat Maghrib.

Pagi-pagi sekali ibu dan Elsa sudah rapih, mereka sepertinya mau berangkat, tapi aku malas menanyainya.

"Nurul bagi duit dong" kata Elsa

"aku lagi butuh banget nih" tambahnya lagi

Elsa memang seumuran denganku, dia beda setahun lebih muda dariku, jadi dia biasa memanggilku nama saja.

"ga punya duit aku, kan uangku di ambil semua sama ibu" jawabku.

"bohong kamu, kamu pasti suka di kasih uang tambahan kan sama Bu ani? Aku tahu itu." jawabnya lagi sambil merebut tas yang aku bawa. lalu dia membukanya dan mengobrak-abrik isinya, kebetulan ada uang sisa jajanku kemarin 30 ribu, lalu dia mengambilnya.

"yah cuma segini, dimana kamu nyembunyikan uangnya?" tanyanya

" aku ga punya uang lagi Elsa" jawabku.

" Elsa tuh mo ikutan casting di kota, kalau dia di terima maka kehidupan keluarga kita akan berubah, jadi kamu pinjemin dulu uang kamu, tar kalau Elsa sudah punya penghasilan di ganti," kata Bu Marni

"iya tapi aku tak ada uang lagi Bu" jawabku lagi.

" huh dasar pelit" kata Elsa sambil pergi meninggalkan kami, di susul Bu Marni mengekorinya sambil berkata "awas yah kalau Elsa sudah kaya kamu tak akan kami hiraukan lagi. Bodoh amat pikirku, emang pernah selama ini mereka menghiraukan ku.

Seperti biasa selesai membersihkan bekas sarapan kami, aku pergi ke warung Bu ani untuk bekerja, untung saja uang tabunganku aku simpen di tempat yang aman yang tak mungkin ada orang yang tahu.

Sesampainya di warung aku seperti biasa mulai bekerja seperti membereskan barang-barang dagangan dan melayani pembeli, memang di warung Bu ani ini aku hanya bekerja sendirian membantu Bu ani, karena warungnya juga tidak terlalu besar, kadang juga kalau kewalahan suka di bantuin sama mba indah keponakannya Bu ani, tapi mba indah ini jarang datang karena dia kuliah di kota, paling kalau libur kuliah saja mba indah datang ke rumah Bu ani buat bantu-bantu melayani pembeli, selain cantik mba indah juga baik sekali, sering ngasih barang-barang miliknya yang sudah tidak terpakai kepadaku, aku sangat beruntung sekali bisa bertemu dengan keluarga Bu ani ini, mereka sangat baik padaku.

Seperti pada siang ini mba indah datang ke rumah Bu ani dengan mengendarai motor scopy kesayangannya.

"Nurul apa kabar? Kangen deh" kata mba indah

" Alhamdulillah baik mba, iya kenapa mba jarang datang akhir-akhir ini?" jawabku

"iya nih lagi sibuk-sibuknya bikin skripsi" jawabnya lagi. Kami terus saja mengobrol dan bercerita tentang apa saja sambil melayani pembeli, tak terasa waktu sudah mulai senja, dan waktunya buat tutup warung. Kamipun berpisah d rumah Bu ani sementara aku pulang ke rumanku setelah makan di rumah Bu ani.

1
Harlintjes Lakapi
mana kelanjutannya ?
Giselle Bustamante
Pusing kepala baca cerita ini, tapi tetap seru. Teruslah menulis, author!
Dzakwan Dzakwan
Jelek, bosen.
C S Rio
Wuih, seru abis!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!