Warning 21+ !!!
Sekuel Dendam Salah Alamat
Follow IG Author
IG ( naura_shafa95 )
FB ( Naura Shafa Mahbubbah )
Up setiap jam.
07 pagi, 11 siang, 15, sore dan jam 19 malam.
Nasib malang Amira di jual oleh tetangganya sendiri. Amira lolos dari tempat mesum pria hidung belang, membuat dirinya bertemu seorang Duda tampan.
Darren seorang Duda tampan dan casanova membuat dirinya hilang kendali.
Apakah mereka akan bertemu kembali? Dan bagaimana kisah mereka selanjutnya. Saksikan terus kisah selanjutnya!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naura Shafa mahbubah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aida sakit
"Apa yang terjadi?" Tanya Darren pada Amira.
"Aida sakit panas, aku tidak tahu kenapa dia tiba-tiba sakit," sahut Amira yang masih mengompres Aida.
Aida panik seketika juga badannya langsung panas. Gegara tafi di lift ada nama yang sama dengan orangtuanya yang begitu kejam selalu menyiksa dan mengancamnya, membuat Aida panik dan langsung panas sekujur tubuhnya. Aida terngiang-ngiang mendengar nama orang yang sama dengan orangtuanya membuatnya trauma berat. Entah apa yang terjadi pada diri Aida, selama hidupnya di awasi dan sering di siksa. Tidak banyak yang tahu bahwa gadis remaja ini sering mengalami kekerasan dalam hidupnya.
Aida sekolah dan duduk di kelas satu SMP, dirinya di biayai oleh orangtuanya untuk melanjutkan pendidikannya. Akan tetapi setiap habis pulang dari sekolah Aida wajib mengamen untuk mencari uang. Kalau pun Aida menolak maka tidak dapat jatah makan dan juga tidak di beri uang saku.
"Tolong Mah jangan siksa Aida lagi," ucap lirih Aida di bawah alam sadarnya. Membuat Amira panik, wajah yang pucat dan sering mengigau kata permohonan maaf. Membuat Darren dan juga Amira saling tatap, ada luka batin dalam diri Aida yang tidak banyak orang tahu.
"Ken cepat hubungi Dokter untuk segera memeriksa Aida," pekik Darren. Ada rasa sedih dalam dirinya melihat Aida merintih. Amira melihat Darren begitu panik tidak seperti biasanya.
"*M*ungkinkah anakku yang hilang itu seumuran dengan Aida," batin Darren menatap sendu wajah pucat Aida.
Sepuluh menit kemudian.
Ken sudah berhasil menghubungi Dokter untuk memeriksa keadaan Aida saat ini. Ken terus menatap wajah cantik Aida yang tidak lain orang yang dia kenal.
"Tuan apa kau sudah membuka amplop coklat itu?" Tanya Ken memberanikan diri.
"Diam! Ini bukan waktunya untuk membahas soal itu Ken. Sekarang kita fokus sama pengobatan Aida," bentak Darren melihat Aida yang sedang di priksa oleh Dokter langganannya.
"Bagaimana keadaanya Dok?" Tanya Darren.
"Dia tidak kenapa-napa hanya saja, dia seperti mengalami pengalaman yang membuat batinnya merasa trauma. Kalian harus menjaga dia baik-baik karena kondisi fisiknya sangatlah lemah, apalagi dia masih remaja begini. Apa dia habis mengalami kekerasan atau melihat sesuatu yang bisa membuat dirinya trauma?" Tanya sang Dokter kepada Amira dan juga Darren.
"Apa maksudmu Dok?" Tanya Amira sedikit tidak mengerti.
"Kalian lihatlah ini, di lengannya ada tanda biru itu artinya dia mengalami kekerasan dalam hidupnya," timpal Dokter.
Amira yang melihat siku Aida luka lembab membuatnya tercengang setelah Amira tersadar. Darren yang melihat semakin penasaran sama kehidupan Aida, dia hanya menemukannya di lampu merah dan di kejar oleh orang yang tidak di kenal membuatnya penasaran siapa orang yang tega menganiaya Aida.
"Kenapa aku tidak menyadari luka pada Aida," lirih Amira meneteskan air matanya.
"Kalau begitu saya pamit dulu, ini resep obat buat dia. Kalau bisa kalian bawa dia ke psikiater untuk mengeluarkan unek-unek dalam hatinya," saran Dokter sambil berlalu pergi.
"Tega sekali wanita itu menganiaya anaknya sendiri! Ini tidak bisa aku biarkan Amira harus tahu karena Darren belum membuka amplop itu," batin Ken.
"Aku harus menginap menjaga Aida di sini," ujar Amira duduk di sebelah Aida sambil mengusap rambutnya.
"Baiklah, aku juga menginap di sini, kau Ken pulanglah besok aku ada tugas ke luar negri," seru Darren menyuruh Ken pulang.
Ken pun pamit untuk pulang meninggalkan apartemen. Di dalam hatinya sungguh sangat geram terhadap Darren, akan tetapi dia tidak bisa memaksa Darren untuk membuka paksa amplop itu.
"Semoga kebenaran ini segera terungkap oleh Tuan Darren," ujar Ken menutup pintu apartemen, Ken pun berlalu pergi menuju lift.
Di dalam apartemen.
"Sebaiknya kamu tidur saja, setelah Aida siuman segera berikan obatnya," ujar Darren duduk di sofa memperhatikan Amira.
"Baiklah, aku akan tidur di sini menemani Aida," sahut Amira.
"Padahal aku ingin tidur dengannya, mengingat besok aku harus pergi ke luar negri selama satu minggu," batin Darren.
Amira beranjak untuk segera membersihkan dirinya ke kamar mandi. Darren yang melihatnya segera menyusul ke mana Amira melangkah.
"Kau mau ke mana?" Tanya Darren memegang pergelangan tangan Amira. Badan Amira membentur tembok akibat Darren terus mendekatinya. Wajah mereka beradu sampai hidung mereka menempel satu sama lain.
Bau nafas mint dari Darren tercium oleh Amira, jantungnya seketika juga membuncah.
"Kau mau apa?" Tanya Amira gugup.
"Kau belum menjawab pertanyaanku tadi," sahut Darren semakin mendekat hingga bib*r mereka menempel satu sama lain. Darren segera memung*t ci*man itu dengan sangat lembut membuat Amira tercengang.
Amira memberontak untuk melepaskan ci*man itu akan tetapi tangan Darren segera mengunci tangan Amira. Kedua jantung mereka membuncah, Darren melepas pung*tan itu dan mengusap bib*r ranum Amira dengan satu jempolnya.
"Terima kasih," ucap Darren menatap penuh arti kepada Amira. Pipi Amira merah merona, dirinya tidak tahu harus menjawab apa pada Darren mengingat kejadian menit lalu.
"Aku harus pergi," ucap Amira segera mendorong kecil badan Darren. Amira beranjak ke kamar mandi membawa hatinya yang sangat bahagia. Perlakuan Darren membuatnya meleleh, Amira takut Darren meminta hal yang lebih darinya.
"Apa yang sudah aku lakukan, ishh aku tidak boleh terjerat rayuannya," seru Amira menatap wajahnya di cermin.
JANGAN LUPA DUKUNG AUTHOR.
LIKE
KOMEN
HADIAH
RANTING 5
VOTE.