Mas Dosen-Ku

Haiii...

Aku up segini dulu yaa, udah ngantuk banget ngga kuat wkwk.

Yuk ramaiin biar makin semangat authornya...

Enjoy guys...

***

Ugh! Kepalaku sakit... saat membuka mata penglihatanku buram, badanku juga terasa sakit semua. Setelah beberapa kali mengerjap akhirnya aku mulai bisa melihat dengan jelas.

Bau obat-obatan, mungkin aku di rumah sakit. Terakhir yang aku ingat aku terjun bebas dari lantai dua kan...

“ Dok, temen saya udah sadar.. “ seru sebuah suara yang sepertinya aku tau siapa, terdengar seperti suara bang firman.

“ Halo mbak naya ya? Saya dokter ares, saya periksa sebentar ya... “ ujar seorang dokter yang tampan.

“ Bagian mana saja yang sakit? “ tanyanya pelan

“ Kepala saya dok, sama tangan kanan saya.. “ ucapku lirih

“ Baik...kepalanya di CT Scan ya, tangannya juga dirontgen dulu ya, supaya kita tau ada luka serius atau tidak, nanti diantar sama suster. “ setelahnya dokter itu memberi instruksi kepada suster yang ada di sampingnya untuk segera mengantarku melakukan pemeriksaan.

“Keluarga belum datang? “ sayup-sayup aku dengar suara dokter yang menanyakan keluargaku

Selama perjalanan menuju ruang rontgen aku hanya bisa memejamkan mata untuk mengurangi sakit kepalaku.

Setelah menyelesaikan seluruh pemeriksaan, dokter mengatakan kepalaku baik-baik saja tapi tanganku mengalami keretakan jadi harus di pasang gips, tak berapa lama mama, papa dan alina datang.

Begitu mertuaku datang, mereka langsung mengurus administrasi dan aku langsung di pindahkan ke ruang rawat inap, ternyata yang membawaku ke sini adalah bang firman dan bang ben.

Mengetahui aku baik-baik saja mereka berdua pun pamit untuk kembali ke kampus, semoga saja acara kampus tetap berjalan dengan semestinya.

“ Kamu beneran ngga papa nay? Kepalanya masih sakit? Atau pusing? “ tanya mama saat aku sudah di pindahkan di ruang rawat inap.

“ Ngga papa ma, dokter juga bilang ngga papa kan... kepala naya udah agak mendingan kalo dibawa sandaran gini hehe.. “ sahutku

Brak!

Siapapun yang membuka pintu dengan brutal itu jelas membuat terkejut semua orang, saat melihat tersangkanya pun membuat aku dan ku yakin semua orang yang ada di sini semakin terkejut.

“ Mana naya? “ seru orang yang baru saja mendobrak pintu

Melihat siapa orang itu aku hanya melongo kaget.

“ Mas galen? “ ucapku bersamaan dengan mama dan alina

“ Galen? “

“ Bang galen? “

“ Ya Allah naya...... “ mas galen malah berseru memanggilku dan langsung memelukku cukup erat.

“ Haa... beneran mas galen? “ tanyaku tak percaya.

***

Setelah drama kedatangan mas galen berlalu, mama, papa dan alina akhirnya pulang ke rumah. Yang menemaniku di rumah sakit adalah mas galen, walaupun udah disuruh mama untuk pulang aja istirahat di rumah tapi dia menolak dan kekeh untuk menemaniku.

“ Loh kok belum tidur nay? “ tanya mas galen yang keluar dari kamar mandi

“ Nungguin mas... “ jawabku asal, padahal karna belum ngantuk saja.

Saat aku fokus menonton Tv tiba-tiba saja ranjang tempat aku tidur bergerak, pelakunya siapa lagi kalau bukan mas galen.

“ Mas ngapain naik ke sini? “ tanyaku heran melihat mas galen dengan santainya rebahan di sampingku

“ Tidur lah.. “ jawabnya dengan cuek malah memelukku

“ Ihh.. sempit tau.. sana tidur di sofa bed aja mas.. “ ujarku kesal dikira badannya ngga gede apa.

“ Ngga mau, mau peluk kamu sayang.. “ sahutnya

“ Ah tau ah... “ biarin aja lah suka-suka mas galen

“ Udah matiin TV nya, kamu harus tidur. “ ujar mas galen sambil beranjak mematikan TV membuatku manyun.

Mas galen terkekeh melihatku manyun dan..

Cup!

“ Heeee..” apaan nih tiba-tiba nyosor, biasanya juga ngga pernah. Tindakannya itu bahaya banget buat jantungku..

Mas galen tak memerdulikan keterkejutanku malah tidur dengan mengeratkan pelukannya, heloo... ini apa kabar jantungku? Ngga mau tanggung jawab gitu? Malah tidur...

“ Tidur sayang... “ bisik mas galen di telingaku

“ Gimana bisa tidur.. jantungku deg-degan terus.. “ lirihku membuat mas galen terkekeh.

“ Mau di cium lagi? “ bisiknya lagi

“ Nanti jantungku malah berhenti gimana.. ? “ jawabku balas berbisik

“ Hahahaha... aduh, kamu ini ada-ada aja... udah yuk tidur.. “ bukan lagi terkekeh, tapi mas galen tertawa dengan keras mendengar jawaban asalku.

Bisa ku rasakan usapan tangan mas galen di kepalaku dan sesekali dia mencium dahiku, gimana bisa tidur kalo kelakuan mas galen aja kayak gitu hemm..

***

Keesokan harinya, bapak dan ibu datang ke rumah sakit tempatku dirawat.

Bohong kalo aku bilang ngga kangen sama mereka, terutama ibu tempatku berkeluh kesah selama ini.

“ Ibu.... naya kangen.. “ ujarku dengan mata berlinang air mata.

Saat ini hanya ada kedua orang tuaku dan mas galen di dalam ruang rawatku.

“ Ibu juga kangen... kamu gimana bisa jatuh nduk? “ pertanyaan ibu justru membuat tangisku pecah.

“ Cerita ya nduk... ada apa? Bener ada yang bully kamu di kampus? Hem? “ tanya ibu

Akhirnya mengalirlah semua cerita yang tadinya mau aku simpan sendiri saja, tapi ternyata begitu bertemu dengan ibu mulutku dengan lancarnya malah berkhianat dan membeberkan semua hal yang telah terjadi padaku.

Selesai bercerita kulihat wajah mas galen mengeras dengan tatapan seolah berkata ‘kenapa kamu ngga cerita ke mas?!’yang membuatku jadi merasa bersalah. Padahal niat awal memang ngga pengen ngerepotin orang lain.

Aku melihat bapak dan ibu menghela nafas..

“ Sebelumnya maaf nak galen, naya memang tipikal anak yang seperti itu sering memendam masalahnya sendiri  karna ngga mau ngrepotin orang lain padahal sebenernya dia butuh orang lain paling tidak untuk dengerin cerita dia. “ ujar bapak

“ Makanya sampe sekarang dia ngga ada temen yang deket banget, biasanya juga kalo cerita seringnya ke ibu.. “ lanjut ibu

“ Dengan adanya kejadian ini, bapak punya permintaan nak galen.. “ ucap bapak pada mas galen yang masih diam mendengarkan.

“ Bapak minta pernikahan kalian tetap dirahasiakan setidaknya sampai naya lulus. “ ucapan bapak membuatku dan mas galen terkejut.

“ Ini demi kebaikan naya nak, bapak ngga mau kejadian kaya gini keulang lagi.. “ lanjut bapak

“ Tapi pak... “

“ Ini demi kamu naya, bapak ngga mau kalo sampe putri bapak satu-satunya terluka lagi. “ ujar bapak memotongku yang akan protes

“ Bapak tau kalo nak galen ini termasuk dosen muda yang di senangi banyak orang, makanya untuk antisipasi lebih baik pernikahan kalian tetap di sembunyikan untuk sementara waktu ini. “ lanjut bapak

“ Hufft.. baik pak.. “ sahut mas galen

“ Kamu mending keluar aja dari organisasi itu nay.. “ ucap bapak

“ Yaah.. masa gitu, bentar lagi juga selesai kok pak, jangan keluar yaa... “ mohonku

“ Ya sudah terserah kamu, tapi mulai sekarang harus lebih hati-hati.. kalo ada apa-apa bilang ke nak galen jangan di pendam sendiri... “ perintah bapak yang langsung aku iyakan.

Aku sebenarnya ngga masalah kalo harus mempublikasikan hubunganku dengan mas galen, tapi kalo bapak dan ibu meminta demikian ya sudah lah, semoga saja mas galen ikhlas. Aku ngga mau membuat bapak dan ibu khawatir dengan putrinya ini.