Dokter Cinta Sang CEO

Sepeninggal dokter dan kedua orang perawat dari kamar Delia,Rey duduk di samping Delia sambil mengelus lembut tangan Delia yang terpasang slang infus.Ditatapnya tubuh yang terbaring lemah itu dengan raut yang campur aduk,ada keraguan dan ketakutan yang tampak di wajah Rey. Entah mengapa ia takut jika Delia sadar dari tidur panjangnya,ia takut Delia tidak akan mau menerima pernikahan mereka,ia takut Delia akan meninggalkannya jika mengetahui fakta hubungan mereka.Delia pasti akan sangat marah dan kecewa dengan keadaan ini,Rey menarik nafas pelan lalu menghembuskan ya perlahan.Terlihat begitu banyak beban yang nanti akan ia hadapi,kemarahan Delia dan kekecewaan keluarganya,dan satu lagi keluarga Mona yang kini berstatus tunangannya,tidak.....bukan tunangan lagi karna ia kini telah menikah.Keluarga Mona pasti akan sangat marah dan kecewa dengan keputusan yang di ambilnya.

" Aku tidak tahu harus memberi jawaban apa Padamu ketika kamu sadar nanti, aku tahu dan sadar keputusan ini akan membuat banyak hati yang akan terluka dan kecewa. Aku akan menghadapi semua ini , aku akan bertanggung jawab dengan keputusan ini , tapi......!!"

Rey menjeda ucapannya, ada keraguan dan kebimbangan ." Aku mampu menghadapi kemarahan keluargaku dan keluarga Mona, bahkan aku sanggup menghadapi seluruh dunia , tapi satu tak mampu aku hadapi, menghadapi kemarahan mu , jika kamu mengetahui status kita sekarang, aku tidak akan sanggup menerima penolakan mu , jadi ku mohon tetaplah berada di sisiku dan jangan meninggalkan ku, aku tidak akan sanggup ."

Rey terguguh , ia terlihat begitu lemah saat ini , ketakutan akan kehilangan Delia, satu-satunya wanita yang membuatnya bertekuk lutut, untung saja hanya dia dan Delia yang berada di ruangan itu , jika ada orang lain di ruangan itu harga dirinya akan jatuh melihat keadaannya saat ini yang begitu lemah dan tak berdaya hilang sudah wibawa seorang Rey.

Rey masih saja setia duduk di samping Delia ,ia menatap wajah cantik itu dengan lekat lalu mengecup dahi sang istri dengan lembut. Ada rasa bahagia yang begitu menbuncah di hatinya, kekalutan dan ke khawatiran lenyap seketika di gantikan senyum kebahagiaan yang terlukis jelas di wajahnya.

" Tidurlah , sayang..." Rey kembali mengecup dahi istrinya lalu berpindah mengecup kedua pipinya yang cubby itu sangat menggemaskan pikir Rey .

Rey pun beranjak dari tempat nya menuju sofa untuk mengistirahatkan tubuh dan fikirannya yang lelah seharian ini.

" Hheemmmm...air....a...ku....mi.....n....ta a...ir... " Samar- samar suara seorang wanita terdengar di telinga Rey yang masih terlelap,antara berada dalam mimpi atau kenyataan Rey tak bisa membedakannya,namun semakin lama suara itu seolah nyata.

"Air.....a...ir...." Suara itu semakin jelas terdengar di telinga Rey , perlahan Rey membuka matanya karna suara itu menggangu tidurnya , namun suara itu semakin terdengar jelas kala Rey sudah terbangun dari lelapnya, ia menoleh mencari suara yang terus saja mengganggu tidurnya , ia bangkit dari sofa saat kesadaran nya sudah terkumpul , ia lalu berdiri meski sedikit oleng dan mata yang masih berat enggan untuk terbuka , ia bangkit dan betapa terkejutnya saat matanya tertuju pada Delia , rasa kantuknya seolah menghilang lalu menguceka matanya guna memperjelas pemandangan yang ada di hadapannya.

" A...ir...a...ku mau...a...ir." Lagi suara itu semakin mengejutkan Rey , antara bahagia sekaligus takut dirasakan olehnya , ia kemudian menghampiri Delia dan memencet tombol darurat.

Tidak membutuhkan waktu yang lama , dokter dan perawat sudah berada di ruangan Delia untuk memeriksa kondisi nya .

" Bagaimana, dok..?"

" Syukurlah, dia sudah melewati masa kritisnya dan baik - baik saja ."

" Itu artinya istrinya saya sudah sadar dari komanya ?"

" Iya , tapi kita tunggu sampai istri anda bangun."