NovelToon NovelToon
Yuan Chen Penguasa Tiga Alam

Yuan Chen Penguasa Tiga Alam

Status: sedang berlangsung
Genre:Kebangkitan pecundang / Romansa Fantasi / Action / Budidaya dan Peningkatan / Dikelilingi wanita cantik / Fantasi Timur
Popularitas:97.1k
Nilai: 5
Nama Author: APRILAH

Yuan Chen, seorang yatim-piatu yang hidup dilanda kemiskinan. Direndahkan, dikucilkan, dihina, dan diperlakukan tidak baik oleh semua orang, sudah menjadi makanan sehari-hari baginya.
Di dunia yang mengandalkan kekuatan sebagai hal utama, Yuan Chen tak mempunyai kesempatan untuk berlatih, ia selalu sibuk setiap harinya hanya untuk mencari sesuap nasi.
Namun, kehidupannya perlahan berubah, di saat takdir mempertemukannya dengan seorang Kakek tua yang memberinya Batu Hitam yang memberikannya kekuatan dan menjadikannya sangat kuat. Dan saat itulah Yuan Chen pun bangkit dari keterpurukannya dan memulai perjalanannya di dunia kultivasi yang kejam ini. Inilah kisah Yuan Chen, seorang pemuda yang berhasil menguasai Tiga Alam.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon APRILAH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 27

Hari itu, Yuan Chen berjalan dengan kepala tertunduk, dikawal oleh beberapa pengajar Akademi Tujuh Warna dan juga Tetua Xue Beng. Ia tidak bisa mengelak dari kenyataan bahwa dirinya telah dikeluarkan dari akademi yang pernah menjadi kebanggaannya.

Di gerbang akademi, Yuan Chen disambut oleh tatapan sinis dan hinaan dari murid-murid lainnya. Mereka semua tahu apa yang telah terjadi, dan tidak ada yang bisa membela Yuan Chen dari kesalahan yang telah diperbuatnya. Dengan langkah terhuyung, Yuan Chen meninggalkan akademi yang telah memberikannya banyak pengalaman dan kenangan, tidak tahu apa yang akan menanti di masa depan. Kehilangan status sebagai murid akademi yang prestisius itu membuatnya merasa kehilangan arah dan identitas. Bahkan, ia tak mempunyai kesempatan untuk sekedar berpamitan kepada gurunya dan juga kakak seniornya yang masih tak sadarkan diri.

Hingga beberapa jam kemudian. Hari sudah sore, awan kelabu menggantung rendah, nampaknya akan turun hujan. Dan Yuan Chen pun kembali ke desanya, Desa Embun Pagi.

"Ayah, ibu, aku pulang." katanya, berbicara kepada dirinya sendiri.

Saat itu, di depan makam kedua orang tuanya, Yuan Chen bertekuk lutut dengan sejuta kesedihannya, dan dia telah berada di tempat itu selama satu jam. Tetapi ia tidak berbuat apa-apa. Hanya terdiam di depan makam tanpa berbicara sedikitpun.

Namun, Yuan Chen tahu bahwa ia tidak dapat terus berlarut-larut dalam kesedihan dan juga kekecewaan. Ia pun bangkit berdiri, dan membungkukkan tubuhnya, seolah-olah ia berpamitan kepada orang tuanya, kemudian segera kembali ke desa tempat ia tinggal yang berada tidak jauh dari lokasi makam kedua orang tuanya.

Langit sore hari yang kelabu perlahan memudar, meninggalkan jejak senja yang lembut. Matahari telah terbenam di balik cakrawala, meninggalkan dunia dalam kegelapan malam yang semakin pekat. Namun, malam ini terasa berbeda. Bulan, yang biasanya menjadi penerang utama di langit malam, sekarang tidak terlihat. Tidak ada cahaya perak yang memancar, tidak ada sorotan lembut yang menerangi bumi.

Bintang-bintang juga seakan-akan bersembunyi. Tidak ada kilauan cahaya yang berkelap-kelip di langit yang gelap. Langit malam yang biasanya dipenuhi dengan jutaan bintang yang berkelap-kelip seperti berlian, kini hanya terlihat sebagai hamparan kegelapan yang tak berujung. Tidak ada cahaya yang menembus kegelapan, tidak ada tanda-tanda kehidupan di langit.

Kegelapan malam ini terasa begitu pekat, seolah-olah menelan segala sesuatu dalam kegelapannya. Dunia terasa sunyi dan gelap, tanpa ada cahaya yang menerangi jalan. Suara-suara malam yang biasanya terdengar jelas, kini hanya terdengar samar-samar, seolah-olah diserap oleh kegelapan itu sendiri. Malam ini terasa seperti sebuah selimut hitam yang menyelubungi bumi, tanpa ada celah sedikit pun untuk cahaya masuk.

Di atas tanah kering bebatuan, Yuan Chen berdiri di depan gerbang rumahnya. Tetapi itu bukan gerbang yang mewah, melainkan gerbang kayu yang hampir rubuh, tembok pagar terbuat dari tembok batu bata yang dipenuhi tanaman merambat yang hijau. Rumah yang tak terurus, peninggalan kedua orang tua Yuan Chen.

"Ah, Chen Chen, akhirnya kamu pulang!"

Seorang Kakek tua berjalan dengan tongkat kayunya. Dia nampak berusia lebih dari enam puluh tahunan, rambut putih panjang, kulit keriput, dan tubuhnya sedikit bungkuk.

Kakek itu adalah Kakek Ji, seorang Penatua Desa Embun Pagi yang sangat dihormati oleh semua warga desanya.

"Oh, ternyata Kakek Ji," kata Yuan Chen, ia pun tersenyum kecil sembari membungkuk memberi salam hormat.

Namun, Kakek Ji menyadari bahwa telah terjadi sesuatu terhadap Yuan Chen, lalu ia pun bertanya, "Apa yang terjadi padamu, Chen Chen?"

Yuan Chen tersenyum, ia pun berjalan ke samping Kakek Ji. Sembari menggandeng Kakek Ji, ia pun berbicara, "Hari sudah gelap, Kakek, sebaiknya kita berbicara di dalam rumah." ajaknya, lalu membantu Kakek Ji berjalan memasuki rumahnya.

Namun, di saat pintu gerbang kayu terbuka, tiba-tiba papan nama yang bertuliskan kediaman keluarga Yuan itu terjatuh saking sudah sangat tua nya.

"He he he... aku akan membetulkan nya nanti," kata Yuan Chen, wajahnya menyeringai.

Di sisi lain, di Akademi Tujuh Warna. Tetua Xue Beng menatap Kepala Akademi Yang Jian, dengan mata yang tajam, penuh dengan kekhawatiran dan tuduhan tersirat. "Kepala Akademi, saya rasa Anda tidak bisa begitu saja melepaskan Yuan Chen, setelah apa yang telah terjadi. Apa yang Anda pikir akan terjadi jika dia benar-benar memiliki potensi yang sama dengan orang itu?" katanya dengan nada yang sengaja dipilih untuk menimbulkan kesan serius.

Kepala Akademi Yang Jian menanggapi dengan tenang, "Apa maksud anda, Tetua Xue?"

Tetua Xue Beng menggelengkan kepalanya, "Anda tidak mengerti, Kepala Akademi. Ini bukan hanya tentang mengendalikan kekuatan. Ini tentang sejarah yang berulang. Saya tidak ingin melihat kejadian 20 tahun yang lalu terulang kembali. Anda tahu apa yang saya maksud." Tatapannya penuh dengan ketegangan, menunjukkan bahwa ada sesuatu yang lebih dalam dari sekadar kekhawatiran biasa.

1
Adifa
aku suka banget sama fantasi 🥰
Adifa
lariii😅
Suci Nurhanifah
Lanjut thor, satu vote meluncur /Determined/💪💪
APRILAH: terimakasih kak
total 1 replies
Wang Qiu'er
Waduh, kalo di usir gitu, apa bakal jadi dendam buat Yuan Chen ?
Syah Raman
Dalam segi narasi sih bagus, cuman pas di dialog kenapa agak lama nunggu jawaban, sebaiknya, kalau ada karakter yang bertanya, karakter yang satunya langsung jawab.🤣
Alyanceyoumee
banyak bahasa yang asing... biasa bergelud di dunia romansa. baca yang fantasi harus banyak mencerna. 🤧
CumaHalu
udah 30th terakhir jadi ahli bela diri tapi usianya baru 18th?? itu sejak dalam perencanaan gitu kah thor jadi ahli beladirinya🤭
CumaHalu: ooh begitu...😁🙏 jadi dia nanti bakalan jadi temen Yuan Chen
total 2 replies
CumaHalu
wah, kakek main ngilang aja, napa ga nunggu Yuan Chen pergi dulu sih kek...
Kutipan Halu
keliatannya dekat tapi ternayata jauh yaaa, kerennn sih bisa jalan dia tas air. ini pertama kalinya aku baca novel gendre ini kk maaf yaa kalu komennya rada2 ngaur🙏🙏🙏
APRILAH: siyap, aman kak
total 1 replies
Syah Raman
mungkin ada beberapa narasi yang tidak aku mengerti, tapi cerita ini cukup menarik
Syah Raman: ya, semangat terus 💪
total 2 replies
ig: kekeutami2829
desa embun pagi sm kek desa dkt rmh ku thor. disana lbih dingin dan dataran tinggi
APRILAH: /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
total 1 replies
Ndra Yoha
tambah lg Up nya
APRILAH: otw kak
total 1 replies
ig: kekeutami2829
inti mksdny apa? 🙄
ig: kekeutami2829
capek bgt pasti
Tulisan_nic
duh main bunuh aja/Scowl/
Saila Alka
siapa yang bocah bau🤣🤧
Bulanbintang
Kaum pembully😤
TokoFebri
ceritanya semakin seru dan menarik. 🤭
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Yeaaah
Goresan_Pena421
belum keliatan aja mungkin potensinya.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!