Olivia adalah seorang Desainer terkenal di abad ke-21, saat acara penghargaan dirinya dia tidak sengaja mengalami insiden kecelakaan di tempat acara sampai akhirnya dirinya meninggal dunia. Namun, bukannya dia pergi ke alam baka arwahnya justru terlempar ke zaman di era 80-an, memasuki tubuh istri seorang tentara yang Antagonis. Di komplek militer dia sering membuat onar sampai membuat banyak orang yang tidak menyukai dirinya. Lantas bagaimana jika Olivia masuk kedalam tubuh wanita tersebut, apakah Olivia akan bertahan? atau justru sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rs_31, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keputusan Arka
"Mama," panggil Arka kepada Putri Ayu.
Berjalan masuk kedalam rumahnya dengan langkah tergesa-gesa. Dia berlari kecil untuk mencari ibunya. Tidak sabar untuk berbicara dengan mamanya mengatakan sesuatu yang pasti sangat membuat mamanya bangga kepada Arka.
"Ma, Mama di mana?" tanya Arka sembari berteriak memanggil mamanya.
Putri Ayu yang saat ini sedang mendesain baju pun lansung saja menghentikan kegiatannya. Berjalan keluar dari kamarnya menghampiri Arka yang saat ini sedang mencarinya. Dia heran ada apa dengan anaknya kenapa dia begitu sangat bersemangat sekali.
"Ada apa sayang, kenapa teriak-teriak seperti itu?" tanya Putri Ayu kepada anaknya yang baru saja pulang sekolah.
Dia tersenyum menatap ke arah Putri Ayu sembari memberikan sebuah amplop coklat kepada Ayu.Putri Ayu menerima amplop coklat itu dengan tatapan heran. Menatapnya yang saat ini sudah berada di atas telapak tangannya.
"Arka ini surat apa?" tanya Putri Ayu.
Dia benar-benar bingung saat ini apalagi saat melihat Amplop itu. Perasaan Putri Ayu semenjak pulang ke kampung dia tidak pernah berkirim surat dengan siapapun. Lagian Jendral Rakha tidak ada di tempat sehingga Putri Ayu tidak pernah berharap
apapun lagi.
"Coba buka Ma," kata Arka yang sedari tadi terus saka tersenyum dengan lebar membuat Putri Ayu semakin penasaran dengan isi amplop coklat itu.
Dengan perlahan Putri Ayu membuka amplop coklat itu. Mengeluarkan secarik kertas yang di lipat di dalam sana. Dia dengan hati-hati membuka surat itu dan membacanya dengan pelan.
Dalam surat itu tertulis nama Arka yang mendapatkan beasiswa, dia anak yang sangat cerdas sehingga guru tidak salah memberikan dia penghargaan. Tak hanya itu di sekolah Arka jika dia mendapatkan nilai atau penghargaan terbaik Arka bisa memilih sekolah dan tempat mana yang akan dia kunjungi selanjutnya sebagai bahan dasar untuk melanjutkan masa depannya.
Putri Ayu melototkan matanya, menatap tidak percaya dengan isi dalam surat itu." Arka, apakah kamu yakin akan pindah ke daerah sana, apakah kamu lupa daerah itu adalah tempat di mana ayahmu bekerja sayang," kata Putri Ayu kepada anaknya.
Sungguh dia tidak menyangka kalau ternyata Arka bakal secerdas dan sepintar ini sehingga dari pihak sekolah merekomendasikan Arka untuk pindah ke tempat militer dan sekolah di sana, kebetulan tempat itu adalah tempat dimana Putri Ayu dan Jendral Rakha berdinas dulu. Putri Ayu semakin bimbang pikirannya selalu terpaku apakah Arka akan mengikuti jejak ayahnya?
Raut wajah Arka seketika berubah dia menatap ke arah mamanya dengan tatapan bingung. " Ma, Kenapa apakah Mama tidak suka Arka sekolah di Camp militer? Kalau mama tidak setuju Arka tidak akan pergi kesana," kata Arka kepada ibunya.
Putri Ayi terdiam menatap Putranya dengan lekat, banyak perasaan uang muncul dalam hatinya ketika Putri Ayu melihat surat itu." Arka, apakah camp akan menjadi tentara seperti ayahmu?" tanya Putri Ayu dalam hati.
Ayu sangat terkejut saat mengetahui cita-cita anaknya yang ternyata justru malah mengikuti jejak ayahnya.Ayu tidak pernah ragu kalau Arka itu anaknya dengan jendral Rakha karena dari sikap dan sifatnya mereka berdua sangatlah mirip sekali.Hanya saja menjadi tentara itu tidak mudah, apakah Arka bisa melewati ujian saat masuk militer? Putri Ayu bukan ragu kepada Arka hanya saja dia sedikit trauma atas kejadian dulu dirinya bersama dengan sang Jendral.
Sungguh di tinggal Jendral Rakha tanpa kejelasan itu sangat menyakitkan, apalagi saat itu Arka hilang karena di culik oleh pihak musuh. Perasaan itu menjadi sebuah luka yang mengakibatkan Trauma mendalam bagi Putri Ayu. Tapi Putri Ayu juga tidak boleh karena bagaimana pun juga itu adalah cita-cita putranya Arka.
"Mama," panggil Arka kepada mamanya sembari melambaikan tangannya di depan wajahnya.
Putri Ayu langsung saja tersadar dari lamunannya dia tersenyum manis menatap Arka. Putri Ayu mengangkat tangannya mengelus kepala Arka dengan lembut. Dia ingin tahu apakah Arka sudah yakin akan masuk militer atau hanya suka saja.
"Sayang apakah kamu sudah yakin akan pergi kesana?" tanya Putri Ayu kepada anaknya.
Arka menganggukan kepala dengan kuat sembari menatap wajah mamanya dengan takut. Sedangkan Putri Ayu dia menghela nafas lega menatap surai wajah Putranya yang terlihat begitu sangat berambisi besar untuk sekolah di sana. Jadi apa yang perlu Putri Ayu takutkan? Dia harus ingat kalau Arka saat ini sudah besar bisa memilih apa yang dia inginkan.
"Baiklah Mama akan mengzinkan kamu sekolah di sana, tapi ingat Arka, jika sampai di sana kamu jangan sembarangan memberitahukan identitas aslimu, dan jangan sesekali kamu menyebutkan kalau kamu sebenarnya marga Pratama," kata Putri Ayu mewanti-wanti anaknya.
Mendengar permintaan ibunya Arka menjadi penasaran, sebenarnya kenapa Mamanya meminta jangan menyebutkan marga Pratama apakah ada yang salah.
"Tapi kenapa Ma? " tanya Arka.
Putri Ayu menatap tajam Arka." Semuanya berada di tangan kamu Arka, Pergi dan turuti permintaan mama, atau tidak pergi sama sekali,"Pungkas Putri Ayu kepada anaknya.
Setelah mengatakan itu Putri Ayu langsung pergi meninggalkan Arka yang mematung di tempat menatap kepergian mamanya yang mulai menjauh. Dia sedikit kecewa kepada mamanya kenapa Arka harus menyembunyikan identitasnya? Padahal dia juga ingin seperti anak lain yang bebas tanpa pengawasan. Apakah Arka salah jika dia ingin di akui?
"Ma," panggil Arka. Menghentikan langkah Putri Ayu.
Putri Ayu membalikan tubuhnya menatap ke arah Arka Putranya. Berjalan mendekat kearahnya lalu berdiri di depan putranya sembari bersidekap dada menaikan sebelah alisnya. Seolah bertanya ada apa?
"Arka sudah yakin Ma, Arka sudah yakin akan menempuh pendidikan menjadi militer jadi Arka akan tetap pergi dan sekolah di sana," kata Arka sembari menatap mamanya dengan penuh percaya diri.
Putri Ayu, tersenyum menatap wajah putranya yang begitu sangat mirip dengan ayahnya, itu sebabnya kenapa Putri Ayu melarang Arka untuk membocorkan identitas aslinya karena sekali lihat saja mereka pasti akan menduga kalau Arka itu benar-benar putra Jendral Rakha. Putri Ayu tidak takut Jendral Rakha akan menyadari kalau Arka adalah Putranya tapi, putri Ayu takut musuh lama akan memanfaatkan Arka anak yang tidak tahu apapun.
"Baiklah, Besok Mama akan mengantar kamu ke kota untuk memesan tiket kereta," jawab Putri Ayu sembari tersenyum. Dia menarik tubuh Putranya yang tinggi lalu membawanya kedalam pelukan Putri Ayu.
"Arka kamu memang sangat mirip sekali dengan ayahmu, apakah nanti di sana kamu akan bertemu dengan ayahmu atau justru sebaliknya?"
"Ma doakan saja semoga di sana nanti Arka bisa bertemu cengeng ayah," kata Arka dengan pelan kepada Putri Ayu.
