NovelToon NovelToon
Ayo, Menikah!

Ayo, Menikah!

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Romantis / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Office Romance / Cintapertama
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: QueenBwi

Arkan itu cowok baik—terlalu baik malah. Polos, sopan, dan sering jadi sasaran empuk godaan Elira, si gadis centil dengan energi tak terbatas.

Bagi Elira, membuat Arkan salah tingkah adalah hiburan utama.
Bagi Arkan, Elira adalah sumber stres… sekaligus alasan dia tersenyum tiap hari.

Antara rayuan iseng dan kehebohan yang mereka ciptakan sendiri, siapa sangka hubungan “teman konyol” ini bisa berubah jadi sesuatu yang jauh lebih manis (dan bikin deg-degan)?

Cinta kadang datang bukan karena cocok—tapi karena satu pihak nggak bisa berhenti gangguin yang lain.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon QueenBwi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dua Puluh Tiga

"Nak, Ibu minta maaf.. Maaf membuatmu menderita. Ibu menyayangimu selalu."

***

Tangisan Salva terus terdengar begitu menyayat, memeluk tubuh sang ibu yang sudah tak bergerak. Pada akhirnya ibu mereka menyerah untuk berjuang lagi.

Tak bisa dipungkiri, Arkan pun merasa kehilangan yang teramat sangat. Menangis dalam diamnya, menyesali egonya yang ia junjung tinggi.

Kalau saja ia lebih bisa memaafkan, mungkin Arkan bisa menghabiskan waktu lebih lama dengan sang ibu.

Elira sendiri memeluk tubuh Arkan erat dan menangis disana. Berusaha menenangkan Arkan tapi airmatanya sendiri malah tak bisa berhenti keluar.

Jadi Arkan memutuskan keluar kamar dan membiarkan para dokter yang mengurus jenazah sang ibu, membiarkan Elira untuk menenangkan Salva yang terus menangis histeris.

Ketika diluar, ia terkejut mendapati Arfan yang berdiri dengan kedua mata memerah.

Kenapa Arfan disini?

Apa ia sudah tahu?

Disampingnya ada seorang gadis kecil dengan kuncir dua yang ikut menatapnya polos.

Baru saja Arkan hendak bertanya, Elira dan Salva sudah keluar dengan isakkan.

"Kak Salva, kenapa menangis? Dimana ibu? Sherin mau ketemu ibu," Celoteh gadis kecil itu.

Salva menghampiri gadis kecil itu dan berlutut untuk memeluknya erat.

"Ibu.. Sudah pergi, Sherin. Ibu sudah bersama Tuhan."

Sherin tak mengerti tapi melihat Salva yang menangis membuatnya jadi ikut menangis juga. Bahkan kini ia menangis sembari memanggil-manggil ibu mereka.

Suasana benar-benar menyedihkan sekali, Elira menatap Arkan yang masih terdiam sembari melihat Arfan dan Salva bergantian. Gadis cantik itu menggenggam jemari Arkan dan merematnya pelan untuk mengalihkan atensi pria itu.

Dan berhasil.

Arkan menoleh kearahnya.

"Aku akan menenangkan mereka. Bicaralah dengan Kak Arfan," Katanya lalu mengecup pipi Arkan dan menghampiri Salva serta Sherin yang masih menangis. Membawa mereka berdua kearah kantin untuk sekedar menenangkan saja.

Kemudian Arfan mengajak Arkan ketaman rumah sakit untuk bicara lebih leluasa.

Setelah itu tak ada yang bicara, mereka sama-sama diam.

"Gadis kecil tadi namanya Sherin..adik Salva.." Kata Arfan tiba-tiba.

"Kakak, tahu?"

Arfan tersenyum tipis, "Tadikan Salva baru saja—"

"Tentang ibu," potong Arkan cepat.

Pria berdimple itu menghela nafas sejenak dan mengangguk, "Ya.."

"Sejak kapan?"

"Setahun belakangan," akunya.

Arkan membelalak syok, "Dan Kakak tak memberitahuku?!"

"Arkan—"

"KENAPA?!! KAKAK TAHU AKU SELALU MENUNGGU IBU! KENAPA HANYA DIAM SAJA?! KENAPA—"

"LALU APA GUNANYA?!" balas Arfan mulai emosi.

Teriakan Arfan membuat Arkan tercekat, "A-Apa?"

"Apa gunanya ku beritahu, Arkan?! Kau hanya akan mengabaikannya seperti yang kau lakukan tadi!"

Lagi, airmata Arkan turun perlahan dengan ekspresi wajah tak percaya serta bingung.

"Setidaknya beritahu aku! HANYA CUKUP BERITAHU AKU SAJA!" ucap Arkan frustas, ia menetralkan nafasnya sejenak dan menghapus airmatanya cepat,"Aku memang marah padanya.. Aku.. A-aku memang ingin membalasnya. Tapi aku merindukannya. Kau tahu itu, Kak. Kau tahu betapa aku merindukan Ibu. Ayah membenciku, Kakak tahu itu. Harapanku hanya ibu saja. Seharusnya kakak memberitahuku..aku masih ingin terus membenci ibu. Aku—"

"Kau tahu kenapa Ibu pergi?"

Arfan menatap sang adik telak dimata, memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana miliknya.

"Karena kamu. Ibu pergi karena dirimu."

Kalimat itu meluncur begitu mulus dan membuat Arkan terdiam tanpa ekspresi. Terlalu bingung harus bereaksi seperti apa. Bagaimana bisa itu karena dirinya?

"Kau pintar dan jenius. Dari kecil kau sudah menunjukkan kejeniusan mu. Dan kau terlahir sempurna tanpa cacat sama sekali. Kebanggaan Ayah asal kau tahu. Kau membuatku iri setengah mati, Arkan. Semua kesempurnaan itu membuatku iri sekali."

"Aku anak pertama. Tapi Ayah memprioritaskan mu dan mengabaikan ku. Bahkan Ayah berencana mewariskan semua padamu tanpa menyisakan sedikit untukku. Tahu tidak aku membencimu sekali, Arkan."

"Tapi, Ibu berpikiran berbeda. Ibu tahu kalau kau takkan bisa bahagia jika begitu. Maka ibu memutuskan pergi bersama selingkuhannya. Karena ia tahu, kepergiannya akan membuat Ayah jadi membencimu dan membebaskanmu. Kenapa begitu?"

Hening.

Angin malam yang dingin benar-benar tak menganggu dua saudara yang sedang mengalami konflik.

"Karena wajahmu mirip ibu. Melihatmu membuat Ayah selalu teringat ibu serta rasa sakitnya. Sayangnya perkiraan ibu salah, Ayah mungkin menunjukkan sifat seolah ia membencimu tapi sebenarnya tidak. Bahkan ketika bersamaku yang selalu Ayah bicarakan hanya tentangmu saja. Ayah hanya butuh seseorang untuk melampiaskan rasa marahnya dan itu adalah kau.."

Arfan meraih rokok dan mengeluarkan sebatang lalu mengapitnya dibibir. Membakar ujungnya dan merasakan hawa panas yang menenangkan.

"Kau pikir kenapa Ayah masih mengontrolmu?  Bahkan memberikanmu perusahaan inti dan hanya memberikanku perusahaan cabangnya?"

Pria tampan itu menghembuskan asap rokok ke udara, "Seharusnya aku yang marah dan tetap membencimu. Tapi sifat polos dan baik hatimu membuatku merasa menjadi kakak yang jahat sekali. Padahal aku yang terluka saat jatuh tapi kau yang menangis, padahal aku yang dimarah ayah tapi kau yang menangis. Kau bilang aku terlalu gengsi untuk menangis jadi kau mewakiliku karena hatimu terasa sakit saat aku sedih..lalu aku sadar.. Ah jadi kau malaikat yang diberi Tuhan untukku maka aku bertekad untuk menjagamu."

Ia menghapus airmatanya dan tersenyum tipis, menatap sang adik yang hanya bisa diam dengan wajah basah. Semua informasi itu seperti pukulan bertubi-tubi bagi Arkan yang selama ini tidak tahu apapun.

"Aku ingin membawamu lari dan mengurusmu sendiri ketimbang membiarkan ayah mengurungmu. Tapi saat itu aku masih remaja tanggung, bisa apa aku untuk menghidupimu? Untuk mengurus diriku sendiri saja aku kesulitan. Jadi tak ada pilihan selain membiarkan ayah yang mengontrolmu."

Arkan tak dapat berkata apapun, semua hal yang ia ingin tahu sudah secara gamblang Arfan beberkan.

Ia pikir hanya dirinya yang menderita, ternyata Arkan pun merasakannya. Ia tersiksa tapi menutupi dengan senyuman diwajahnya.

"Ma-maaf Kak.. A-aku—"

"Seperti kataku, Arkan. Kau itu polos dan baik, jadi itu bukan salahmu. Lalu soal ibu, karena kau yang selalu bermimpi tentangnya maka aku berinisiatif mencari ibu kita dan aku menemukannya. Tapi saat bertemu, ibu minta agar aku tak mengatakan apapun, karena saat itu ibu sedang berjuang sembuh. Ibu tak ingin bertemu denganmu dalam keadaan menyedihkan. Lalu aku mengenal Salva dan Sherin. Aku yang memasukkan Salva ke perusahaan, agar ia menuntunmu bertemu ibu tapi ia belum tahu tentangmu. Dia hanya tahu aku adalah kakak tirinya"

Arkan menundukkan kepalanya menyesal. Ibunya selalu memikirkannya tapi ia malah membencinya seperti ini. Bukankah ia anak yang tak tahu diri?

Dirinya yang menyebabkan semuanya, semua karena kehadirannya. Jika saja tak ada dirinya, keluarganya takkan berantakan, Kakak takkan diasingkan. Pasti semua akan bahagia, harusnya begitu. Tapi—

Puk.. Puk..

Tepukan ringan dipucuk kepalanya membuat Arkan membelalak, mendongak dan mendapati Arfan dihadapannya dengan senyuman.

"Bukan salahmu. Keluarga kita memang ditakdirkan begini. Jika kau memang menyesal, bantu aku menjaga Salva dan Sherin. Mereka yatim piatu saat ibu pergi. Ayah mereka meninggal dalam kecelakaan setengah tahun yang lalu. Saat ini, mereka hanya memiliki kau dan aku sebagai pelindung. Jadi.. Bantu aku."

Arkan mengangguk pasti tapi ia mulai menangis lagi hingga membuat Arfan terkekeh. Pria itu menarik adiknya dalam pelukan dan menepuk punggung anak itu lembut.

"Adikku sudah dewasa.. Aku bangga padamu. Sudah, Jangan menangis, pria harus kuat dong."

"Pria juga manusia, Kak," gerutu Arkan sambil melepas pelukan Arfan.

"Benar.. Kkkk~ya sudah. Aku harus mengurus perihal jenazah ibu dan lain-lainnya. Pulang dan istirahat," katanya menepuk pundaknya lagi lalu berjalan memasuki rumah sakit lagi.

Saat Arfan pergi, Arkan menghapus air matanya dengan senyuman tipis. Mendongak menatap langit malam yang penuh bintang-bintang.

"Ibu.. Aku memaafkanmu. Berisitarahatlah dengan tenang."

"Lebih baik, Daddy?"

Arkan menoleh dan mendapati Elira yang berdiri disampingnya sambil tersenyum. Mau tak mau ia pun jadi ikut tersenyum.

"Hmm.. Terimakasih Elira. Berkatmu."

"Kalau begitu hadiah buat Lira mana Dad~?" tanyanya dengan wajah menggemaskan.

Pria itu tertawa sejenak lalu menarik tengkuk Elira dan melumat bibir pink itu gemas. Elira saja sampai melotot kaget, sejak kapan tunangan polosnya bisa mencium se-ahli ini?

Ciuman mereka terlepas diikuti senyuman Arkan yang meledek, "Kaget? Aku latihan sambil membayangkanmu ternyata ampuh juga.."

Wajah Elira memerah, "D-Dad..!! Hadiah yang aku maksud itu jalan-jalan! Daddy mesum!" pekik Elira dengan jantung berdetak cepat.

"Mesum? Hey yang mengirim gambar setengah bugil siapa, hm?"

Ditatap seintens itu membuat Elira semakin malu saja. Karena semakin dilihat malah semakin tampan sekali dan seksi.

"Ngomong-ngomong soal foto itu. Banyak yang harus kita bicarakan, sedikit hukuman kurasa," katanya lalu menarik tangan Elira untuk ia bawa pulang.

Elira panik tapi semangat.

"Daddy! Lira bisa jelaskaaann! Uwaahh Lira belum siap di BDSM!"

Arkan hanya tertawa diam-diam tapi dalam hati bertanya.

BDSM itu apa, ya?

Nanti ia akan bertanya pada Langit.

1
QueenBwi
💜
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!