NovelToon NovelToon
Ayo, Menikah!

Ayo, Menikah!

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Romantis / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Office Romance / Cintapertama
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: QueenBwi

Arkan itu cowok baik—terlalu baik malah. Polos, sopan, dan sering jadi sasaran empuk godaan Elira, si gadis centil dengan energi tak terbatas.

Bagi Elira, membuat Arkan salah tingkah adalah hiburan utama.
Bagi Arkan, Elira adalah sumber stres… sekaligus alasan dia tersenyum tiap hari.

Antara rayuan iseng dan kehebohan yang mereka ciptakan sendiri, siapa sangka hubungan “teman konyol” ini bisa berubah jadi sesuatu yang jauh lebih manis (dan bikin deg-degan)?

Cinta kadang datang bukan karena cocok—tapi karena satu pihak nggak bisa berhenti gangguin yang lain.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon QueenBwi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tiga Puluh

Arkan termangu didepan pusara kedua orang yang paling ia sayang. Meletakkan setangkai bunga mawar hijau yang selalu menjadi kesukaan Arfan dan Emi. Bibirnya menyunggingkan senyuman tipis meski air mata sudah meluncur bebas dipipinya.

Ini sudah dua bulan semenjak pemakaman keduanya.

Semua tampak sama bahkan terasa mati bagi Arkan.

Ayahnya yang tetap egois, bahkan tidak datang di peristirahatan terakhir puteranya.

Juga Elira yang menghilang tanpa kabar.

Tidak ada yang berubah sama sekali.

Meski masih ada Langit, Senja, Salva, Ayana bahkan Raka. Tapi Arkan merasa sendirian, ia merasa begitu hampa dan kosong.

Seolah dirinya sudah tak punya alasan lagi untuk merasa bahagia.

Karena pada akhirnya, semua akan meninggalkan dirinya seperti sang ibu.

"Kak.. Apa yang harus kulakukan tanpamu? Aku sendirian," lirihnya pelan.

Menyeka air matanya dan tersenyum lagi.

"Setidaknya kakak tak perlu menderita lagi karena Ayah. Maaf kak, maafkan aku karena tak pernah bisa melindungimu. Aku pergi," katanya lalu melangkah pergi menjauh.

Saat baru memasuki mobil, ponselnya berdering. Meraih benda kotak itu dengan malas dan mendapati nama 'Ayah' tertera disana.

Kali ini apa lagi?

"Ya?"

"Dimana?"

"Ditempat Kak Arfan."

Terdengar dengusan malas. "Jangan membuang waktumu untuk hal tidak berguna. Cepatlah ketempat yang kusuruh, jangan membuat calon istrimu menunggu. Dan ingat tentukan tanggal pernikahan kalian segera. Aku tak suka menunggu."

Panggilan dimatikan sepihak begitu saja, sementara Arkan meremat ponselnya geram sekali. Jika saja ia tak harus memilih maka Arkan akan menolak melakukan semua yang ayahnya inginkan.

***

Arkan tiba disebuah restoran mewah, langsung berjalan masuk menuju ruang VIP yang sudah dipesan oleh sang Ayah.

Ia tak tahu siapa yang akan dijodohkan dengannya, Arkan sudah tak perduli lagi.

Tidak ada alasan lagi baginya untuk perduli, bahkan Elira meninggalkannya.

Apa lagi yang bisa ia lakukan?

Pria itu membuka pintu dengan raut wajah datar, mendapati seorang wanita anggun yang tengah menyantap makan siangnya.

Wanita itu mendongak dan tersenyum.

"Arkan?"

Arkan tak menjawab, ia hanya berjalan acuh menuju kursinya dan melepas mantelnya. Kemudian langsung memotong daging di piringnya.

"Tidak usah basa-basi. Langsung saja. Kapan kau ingin kita menikah?" tanya Arkan tanpa menatap wanita itu sama sekali.

Si wanita terkekeh sejenak, memutar pelan gelas winenya dan meminumnya sedikit.

"To the point sekali. Aku bertaruh kau tidak tahu namaku."

"Tidak penting untukku."

Lagi, kali ini siwanita mengangguk sambil tertawa pelan.

"Kau benar. Pernikahan ini memang tidak penting. Setidaknya kita sepemikiran, oh—hanya ingin memberitahu.. Aku Sena Amertia Lingga."

Arkan mendongak dengan alis bertaut bingung. "Apa maksudmu?"

"Maksudku, Aku juga dipaksa melakukan ini. Jika mereka menginginkannya kenapa bukan mereka saja yang menikah? Menyebalkan sekali bukan?"

"Jadi?"

Sena tersenyum dan menatap Arkan. "Mau membantuku membatalkan pernikahan ini?"

"Kenapa?" Arkan hanya tidak mengerti.

"Well.. Aku hanya tidak ingin menikah. Pria itu menyebalkan dan egois, jangan tersinggung."

Arkan hanya mengendikkan bahunya saja sebagai respon. Sedikit bersyukur ternyata orang yang dijodohkan dengannya tidak semenyebalkan itu.

"Bagaimana denganmu? Kulihat kau juga membenci hal ini. Apa kau punya kekasih?"

"Ya.. Mungkin—"

Sebelah alis Sena terangkat. "Mungkin? Kenapa? Jangan bilang dia menghilang tanpa kabar."

"Darimana kau—"

Gadis itu mengibaskan tangannya diwajahnya. "Terlihat jelas diwajahmu."

"Ya.. Kurasa aku ditinggalkan," Arkan membuang pandangannya kemana saja.

Sena tertawa. "Kau yakin? Apa kau sudah berusaha mencarinya?"

Hening.

Benar.. Semenjak ponsel Elira tak bisa dihubungi, Arkan tak melakukan apapun untuk mencoba mencarinya.

Dia hanya diam seperti orang bodoh menunggu Elira datang dan menjelaskan padanya.

"Astaga! Kau tidak mencarinya dan berasumsi ia meninggalkanmu?! See? Itulah mengapa aku mengatakan pria itu menyebalkan dan egois," ujarnya dengan bada sedikit sarkas sembari memotong dagingnya lagi dan memakannya.

Tidak ada pembicaraan untuk sementara, Arkan sibuk dengan pikirannya dan Sena terlalu malas untuk bicara lagi.

"Bisakah.. Bisakah kau meminta pada ayahku untuk membatalkan pernikahan ini?" tanya Arkan.

"Tidak— " Jawab Sena santai masih mengiris potongan daging menjadi kecil-kecil.

Ucapan gadis itu membuat Arkan bingung, bukankah ia juga tak menginginkan hal ini? Lalu kenapa?

"Tapi— "

"Tidak. Tapi aku akan membantumu," lanjutnya tanpa membiarkan Arkan menyelesaikan ucapannya.

"Aku tidak mengerti."

Sena menghela nafas dan meletakkan pisau serta garpunya. Kemudian menyenderkan punggungnya dan menatap Arkan.

"Jika perjodohan ini kubatalkan. Ayahmu akan mencari gadis lain dan aku tak yakin mereka mau diajak kerjasama sepertiku. Jadi biarkan saja seperti ini, aku akan mengulur waktu dan kau carilah cara untuk bersama kekasihmu. Bagaimana?"

Ucapan Sena membuat Arkan terkejut. Gadis itu mau membantunya? Tapi kenapa? Mereka bahkan belum benar-benar mengenal satu sama lain.

"—Aku tahu rasanya ditinggalkan menikah oleh orang yang kucinta. Sakitnya itu tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Aku tidak mengenal kekasihmu, tapi dari caramu mencintainya aku yakin dia orang yang baik. Arkan.. Kau belum benar-benar berjuang. Jika dia orang yang penting untukmu, harusnya kau berjuang. Jangan sepertiku.. Menyesal seperti orang bodoh."

Hening lagi.

Ucapan Sena sedikit banyak mengetuk hati Arkan. Membuatnya jadi berfikir kembali tentang banyak hal.

Kemudian deringan ponselnya memecahkan keheningan diruangan itu.

Arkan meraih ponsel dari dalam saku mantel dan mendapati nama Farhan.

"Halo?"

"Tuan.. Tolong Nona muda.. Saya mohon. Beliau membutuhkan anda.."

Arkan sontak menatap Sena dengan tatapan bingung tapi juga cemas. Sementara gadis itu seolah mengerti dan tersenyum.

"Pergilah.. Aku akan bilang pada ayahmu kita melakukan kencan yang menyenangkan hingga malam. Tapi, katakan hal yang sama ketika ibuku bertanya, oke?"

Tanpa kata Arkan berdiri dan meraih mantelnya. Hendak pergi sebelum ia berhenti melangkah dan berbalik menghadap Sena.

"Aku akan berjuang. Terimakasih," katanya sopan sebelum benar-benar pergi.

Sena hanya tersenyum sembari mengangkat gelas winenya seolah sedang cheers. Lalu ketika sosok Arkan menghilang, senyum gadis itu sedikit mengilang.

"Kuharap kalian bahagia."

***

Ucapan Farhan membuat Arkan harus melajukan mobilnya diatas rata-rata. Menuju alamat yang diberikan oleh pengawal Elira.

Tak butuh waktu lama ia sudah tiba disebuah mansion mewah.

Apa Elira disini?

Pantas saja rumahnya selalu kosong ketika ia datang.

Arkan masuk begitu saja ketika gerbang dibuka, seolah kedatangannya sudah diketahui. Berlari tergesa-gesa dan menemukan seseorang yang sepertinya tengah menunggunya didepan.

"Tuan Farhan menunggu anda diatas.. Mari saya antar," kata orang itu.

Mereka berjalan memasuki tempat itu menuju lantai atas. Arkan benar-benar sudah tak sabar bertemu Elira, ingin memeluk gadis itu, melampiaskan rasa rindunya serta ingin bertanya mengapa ia menghilang begitu saja?

Terlalu banyak yang ingin Arkan ucapkan hingga jantungnya terasa berdetak terlampau kuat.

Cklek.

Sebuah pintu kamar terbuka, menampakkan sosok Farhan yang tengah berdiri disamping ranjang besar.

"Apa—Elira?!" Pekik Arkan syok saat mendapati kondisi Elira yang parah. Wajahnya pucat serta ia terlihat cukup kurus, sudah begitu ada infus dipergelangan tangannya.

Pria itu mendekat dengan wajah panik, menatap Farhan meminta penjelasan. Karena bukan ini yang Arkan harapkan jika ia bertemu Elira.

"Nona sudah seperti ini semenjak ia dikurung oleh tuan besar. Ia tak mau makan dan minum, bahkan menangis sepanjang hari karena ingin bertemu dengan anda. Saya tak mengerti kenapa tuan besar melakukan ini, sampai-sampai Tuan besar membiarkan trauma nona muda bangkit lagi," Farhan terdiam sembari menatap Elira yang masih terbaring lemah.

"Saya sudah tak tahan lagi melihat Nona muda seperti ini. Ia sudah seperti adik saya sendiri, jadi meski tuan besar akan membunuh saya, saya akan tetap memohon pada anda untuk datang dan melihatnya.. Saya mohon tuan.. Kembalikan nona muda seperti sedia kala..hanya anda harapan saya," Farhan membungkuk 90 derajat sebagai ungkapan permohonannya.

Sementara Arkan langsung berlutut disamping ranjang Elira dan menunduk untuk menyatukan kening mereka. Ia terisak pelan, hatinya sakit sekali melihat Elira seperti ini.

Gadis itu selalu tertawa bersamanya, menjahilinya, menggoda dirinya, bahkan membuat harinya terasa lebih menyenangkan. Tapi kini ia menderita.. Menderita karena dirinya.

Arkan benci sekali dirinya yang lemah begini. Ia tak bisa melindungi kakaknya, kini ia pun tak bisa melindungi Elira juga.

"Maaf sayangku. Harusnya aku berusaha lebih keras lagi. Maafkan aku. Aku mencintaimu Elira. Aku sangat mencintaimu," bisiknya.

Tanpa disadarinya, Elira membuka kedua matanya pelan.

"Ar-Arkan?"

Suara lirihnya membuat Arkan tersentak kaget. Sedikit mengangkat kepalanya dan melihat kedua mata itu yang menatapnya sayu.

Detik kemudian Elira menangis kencang sekali.

"Rindu, Aku rindu sekali," ucapnya terbata-bata dengan isakan pelan. Kedua tangannya terangkat dan memeluk leher Arkan erat.

"Aku juga.. Aku juga merindukanmu," balas Arkan kemudian dengan pelan mengangkat tubuh Elira hingga terduduk diranjangnya. Ia pun tak kalah erat memeluk tubuh gadis manisnya yang mengurus.

Kenapa Elira jadi sekurus ini?

Ini semua karena kelemahannya. Semua orang yang penting baginya terluka dan menderita karena dirinya.

Jadi dia takkan menyerah. Arkan takkan menyerah pada ayahnya.

Tidak lagi.

Ini hidupnya dan dia yang akan menentukan takdirnya sendiri.

1
QueenBwi
💜
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!