Sinopsis
Jovan, seorang pria muda pewaris perusahaan besar, harus menjalani hidup yang penuh intrik dan bahaya karena persaingan bisnis ayahnya membuat musuh-musuhnya ingin menjatuhkannya. Suatu malam, ketika Jovan dikejar oleh orang-orang suruhan pesaing, ia terluka parah dan berlari tanpa arah hingga terjebak di sebuah gang sempit di pinggiran kota.
Di saat genting itu, hadir Viola, seorang wanita sederhana yang baru pulang dari shift panjangnya bekerja di pabrik garmen. Kehidupannya keras, dibesarkan di panti asuhan sejak kecil tanpa pernah mengenal kasih sayang keluarga kandung. Namun meski hidupnya sulit, Viola tumbuh menjadi sosok kuat, penuh empati, dan berhati lembut.
Melihat Jovan yang berdarah dan terpojok, naluri Viola untuk menolong muncul. Ia membawanya bersembunyi di rumah kontrakan kecilnya yang sederhana. Malam itu menjadi titik balik dua dunia yang sangat berbeda.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lili Syakura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 31Identitas yang Tersembunyi
Malam itu, kediaman keluarga Adiwangsa diliputi ketegangan yang tebal. Sejak peristiwa penangkapan Davin, keadaan bukannya mereda — justru semakin panas. Maya, yang awalnya merasa berada di atas angin, kini justru mulai kehilangan kendali.
Ia duduk di ruang tamu mewahnya, gelas kristal berisi anggur merah di tangannya bergetar halus. Matanya yang tajam menatap laporan dari orang-orangnya. Dua pria — Jovan dan Davin — semakin gencar memperebutkan satu nama yang kini membuatnya kehilangan pijakan, yaitu Viola.
"Siapa sebenarnya gadis itu…?”?" gumam Maya penuh amarah. "Apa yang dia punya sampai semua orang rela bertarung demi dirinya?"
Tak lama kemudian, suara langkah terburu-buru terdengar dari luar ruangan. Asisten kepercayaannya, Ira, masuk dengan wajah pucat.
"Nyonya… kita punya masalah besar," katanya tergagap.
"Masalah apa lagi?" bentak Maya tak sabar.
"Ada… ada sekelompok orang yang datang ke kota. Mereka membawa tanda keluarga "Marcovelli .—
Maya mendadak membeku. Nama itu bukan nama sembarangan. "Marcovelli" adalah keluarga mafia besar yang dikenal menguasai jaringan internasional, tapi selama bertahun-tahun mereka menghilang dari radar.
"Kamu yakin?" tanya Maya dengan suara rendah, nyaris serak.
"Mereka datang dengan kendaraan pengawalan penuh dan langsung menyebut satu nama…"
"Nama siapa?"
"…Viola."
Di Tempat persembunyian
Di sisi lain kota, Jovan sedang menemani Viola yang mulai pulih. Mereka berdua duduk di taman kecil di balkon apartemen persembunyian itu. Udara malam terasa tenang, tetapi jantung Jovan tak pernah benar-benar bisa tenang sejak pertempuran terakhir.
"Aku masih nggak percaya semua ini," bisik Viola pelan. "Hidupku dulu cuma tentang bertahan hidup di panti asuhan. Tapi setelah aku kenal kamu… semua berubah cepat sekali."
"Karena kamu bukan orang biasa, Viola,"jawab Jovan serius. "Ada sesuatu dalam dirimu… sesuatu yang orang-orang takutkan."
Viola tersenyum getir. "Aku bahkan nggak tahu siapa aku sebenarnya.aku hanya gadis miskin yang di besarkan di panti asuhan, bahkan aku sendiri tidak pernah tau siapa kedua orang tua ku...!"
Belum sempat Jovan menjawab, suara sirene mobil hitam terdengar di kejauhan. Andre masuk tergesa-gesa.
"Bos… kita kedatangan tamu besar. Ini bukan orang biasa."
Jovan terdiam sesaat, siapa?gerangan orang besar yang di katakan oleh Andre dan mengapa bisa menemukan mereka di tempat persembunyian mereka....?
Jovan menatap kearah viola,dan meminta untuk tidak keluar,dan tetap berada di dalam kamar, Viola mengangukkan kepalanya, Jovan pun melangkah keluar.
Tak lama kemudian, tiga mobil hitam berhenti di depan gedung. Dari sana keluar beberapa pria berpakaian formal dengan aura berbahaya namun sangat terlatih. Salah satu dari mereka — pria paruh baya berjas hitam dengan cincin lambang ular melingkar di jarinya — melangkah ke depan.
"Kami datang bukan untuk berperang,"ucapnya dengan suara berat. "Kami datang untuk menjemput putri kami."
Semua orang menegang. Viola yang berada di balik pintu spontan berdiri.
"Putri… siapa?"tanya Viola langsung keluar dari balik pintu.
Pria itu menundukkan kepala dengan hormat.
"Nona Viola..Nama asli Anda bukan hanya "Viola"… tapi "Viola Marcovelli" Putri tunggal mendiang "Don Ricardo Marcovelli"—bos besar keluarga kami yang terbunuh dua belas tahun lalu."
"Deggg....!!"
Viola terhenyak, nama yang pernah menggemparkan dunia dan orang yang paling di takuti, tak pernah sekalipun ia bermimpi kalau ia adalah putri tunggal dari pria yang pernah mengukir sejarah menggemparkan di sepanjang masa itu.
Dunianya seperti berhenti berputar. Andre terpaku. Jovan pun sulit mempercayai telinganya.
"Tak mungkin, pasti anda salah orang..."ujar Viola.
Jovan mengelengkan kepalanya."Itu tidak mungkin…"
bisik Jovan, namun masih bisa terdengar.
Pria itu mengeluarkan sesuatu dari sakunya "liontin perak" dengan ukiran simbol ular melingkar. Liontin itu identik dengan liontin yang selalu Viola kenakan sejak kecil, satu-satunya peninggalan yang ia simpan dari masa lalunya.
"Liontin ini hanya dimiliki oleh darah asli Marcovelli," kata pria itu pelan. "Dan Anda… satu-satunya pewaris sah."
Viola memegang liontinnya sendiri, tangannya bergetar. Kenangan samar masa kecil—api, suara tembakan, seseorang memeluknya sambil berbisik "lari— semua muncul seperti kilatan petir di kepalanya.
"Tapi… aku cuma anak yatim dari panti asuhan…"ucap Viola terbata.
"Panti itu bukan kebetulan," jawab pria itu.
"Itu, merupakan sebuah perlindungan. Kamu sengaja disembunyikan setelah keluarga Marcovelli diserang,dan tempat itu adalah sebuah tempat yang paling di anggap aman.!" ujar pria itu dengan wajah serius.