Sistem: Pembalasan Pengantin Yang Dibuang

Begitu tiba di lantai dasar gedung utama sekolah, Kyrann menempelkan sebuah kartu, membuka pintu khusus yang terhubung dengan lorong panjang.

Selma yang digendong Kyrann di punggung mengernyit heran. Dia tidak tahu kalau sekolah ini punya lorong rahasia.

Lorong itu remang dan sunyi, hanya diterangi lampu dinding kecil berwarna keemasan yang menyala bergantian di sepanjang sisi kanan.

Walau sedikit gelap, cahaya biru Eri mampu memberi penerangan. Tentu hanya Selma yang bisa melihat wali sistemnya itu.

Udara di sana sedikit dingin, bau logam lembap bercampur wangi parfum maskulin Kyrann.

"Ini di mana?" tanya Selma, terisak sekilas. Air matanya mulai kering di pipi.

"Masih di sekolah," sahut Kyrann, menatap lurus ke depan.

"Iya, tahu masih di sekolah, tapi aku nggak tahu kalau ada lorong rahasia kayak gini di sekolah." Selma mendongak sedikit, menyapu sekitar. "Makanya aku nanya."

"Memang ada dan cuma bisa diakses orang tertentu."

"Ahhhh, karena kamu ketos yah."

Kyrann tidak langsung menjawab. Ketos memang memiliki akses khusus, Kyrann bisa mengakses ruangan rahasia yang ada di Mirell International High School karena sekolah itu milik keluarganya, tentu dia tahu seluk beluknya.

"Bisa dibilang gitu." Kyrann melangkah  tenang, di tangan kirinya dia membawa tongkat bantu jalan berwarna baby blue Selma yang gagangnya berlapis busa empuk.

Namun, Kyrann sedikit menahan napas saat merasakan tubuh Selma menggeliat kecil di punggungnya.

"Kamu bisa jangan banyak gerak nggak," gumam Kyrann pelan. Dia sedikit gugup.

Selma mendengus, wajahnya menempel di bahu Kyrann. "Iya, aku tadi cuma merhatiin lorong yang kita lewatin. Rasanya kita kayak di film-film thriller misteri gitu loh."

"Aku nggak larang kamu merhatiin, cuma jangan kebanyakan gerak."

Selma tersenyum jahil. Sepertinya si ketos cupu ini gugup karena punggungnya menempel dengan beda kembar Selma yang kenyal itu. "Kenapa?" bisiknya di telinga Kyrann. Lantas cowok itu menelan saliva dan mempercepat langkahnya.

"Nggak apa-apa."

Selma tertawa kecil. Dia tidak menyangka kalau si ketos cupu ini manis dan imut juga kalau salting. Tapi, baguslah, dia jadi bisa sedikit terhibur karena kekesalannya pada Julio dan Debora.

Langkah Kyrann berhenti di depan panel logam tua di ujung lorong. Cowok itu menekan tombol tersembunyi di sisi dinding. Panel itu bergeser pelan, memperlihatkan lift sempit tanpa tanda.

Begitu pintu tertutup, suara mekanis halus terdengar, lift itu turun sebentar, lalu bergerak ke samping. Cahaya biru redup menyorot wajah kedua Kyrann dan Selma, menciptakan bayangan samar di dinding logam.

Ketika pintu kembali terbuka, mereka sudah berada di lorong lain, lebih terang, dengan lantai marmer putih dan logo sekolah yang terukir di setiap tiang. Di ujung sana, sebuah pintu ganda besar berlapis kaca buram dan bingkai emas berdiri angkuh.

Cowok itu mendorong pintu perlahan, dan aroma khas ruangan berAC langsung menyambut.

Mata Selma berbinar. Ini kali pertama dia memasuki Ruangan Ketua OSIS yang tak sembarangan siswa masuk ke sini, lewat jalan rahasia pula. Dindingnya dipenuhi rak buku, jendela besar yang menampilkan panorama taman tengah sekolah dan di tengah ruangan ada meja kerja modern dari kaca gelap dengan emblem lambang sekolah terukir di bawahnya.

Kyrann menurunkan Selma dengan hati-hati ke sofa panjang di sisi ruangan, lalu meletakkan tongkat bantu di sebelahnya.

Eri lagi-lagi melayang menyusuri tiap sudut.

Tak lama, Kyrann kembali dengan  segelas air putih di tangan.

"Minum dulu," katanya lembut, menyerahkan segelas air tersebut pada Selma.

"Makasih," ujar Selma, menyesap air dalam gelas.

"Kamu kenapa bisa ada di rooftop tadi?" tanya Selma.

"Aku lihat kamu naik tangga sendirian, makanya aku ikutin." Kyrann duduk di sofa single.

"Oh… berarti kamu liat itu yah…"

"Apa? Pacar dan sahabat kamu yang lagi ciuman?"

Selma mendongak. "Kamu lihat ternyata."

"Tunggu…" Selma menyipitkan mata sembari meletakkan gelas di meja, "kamu kok nggak kaget, ketos cupu?"

Kyrann diam.

"Jadi kamu tahu yah kalau pacar aku selingkuh sama sahabat aku sendiri," sahut Selma.

"Tahu, padahal kamu bareng mereka terus, kamu nggak nyadar ada yang aneh di antara mereka?"

Selma melipat bibirnya dan mengeluarkan napas ringan dari hidung. "Aku terlalu percaya sama mereka… tapi, sekarang udah enggak kok, aku udah tahu kalau mereka selingkuh."

"Jadi sekarang gimana? Kamu mau putusin Julio?" tanya Kyrann blak-blakan.

"Nggak semudah itu."

"Kenapa?"

"Keluarga aku sama dia punya ikatan yang deket, aku nggak bisa tiba-tiba mutusin dia."

"Tapi bukannya kamu tadi rekam perbuatan mereka, kamu punya bukti."

"Iya, tapi bukti aja nggak cukup, aku mau bikin Julio dan Debora terjebak dalam keadaan yang bikin mereka nggak berkutik."

"Jadi kamu nggak bakalan tunangan sama Julio dan batalin perjodohan kalian?"

Selma mengangguk. "Emm, aku nggak bakalan maulah sama cowok tukang selingkuh."

"I see…"

Selma menatap Kyrann dari sudut matanya. "Oh… also… kok kamu bisa tahu aku mau tunangan sama Julio? Kamu juga kayak keliatan mau aku putus sama dia?" Gadis itu berambut merah itu mencondongkan tubuh sedikit. "Jangan-jangan tebakan aku bener, kalau kamu emang naksir sama aku."

Kyrann rasa jantungnya mau copot karena wajah Selma sedekat itu dengan wajahnya. Dia sendiri masih abu-abu dengan perasaannya. Dia kesal dengan Selma yang berisik dan suka melanggar dari dulu. Apalagi kalau sudah memamerkan kedekatan dengan Julio. Tapi, ketika gadis itu tidak ada, dia selalu mencarinya. Saat mendengar Selma kecelakaan dan koma, dia kerap kali singgah untuk menjenguk gadis itu setelah melihat papanya.

Kyrann berdeham dan merapikan posisi kacamatanya. "Aku tahu karena kamu dari dulu selalu ngumumin ke orang-orang kalau kamu pacarnya Julio. Aku punya telinga dan suara kamu berisik, jadi jelas aku tahu."

"Soal putus, aku memang pengen kamu putus sama dia, karena aku nggak suka orang yang membenarkan perselingkuhan."

Selma menyenderkan siku di sandaran sofa. "Ohhh gitu… terus kalau soal naksir?"

Kyrann diam sebelum menjawab. "Aku nggak naksir sama kamu."

"Ohhh, yaudah," Selma menegakkan punggung, "kalau kamu emang naksir, aku bakalan masukin ke group fanboy aku, aku rencana mau buat."

"Lebih baik pikirin ketinggalan kamu yang banyak daripada buat grup fanboy," sinis Kyrann.

"Oh iya, soal kamu tahu Julio dan Debora deket, kamu tahu dari mana?" tanya Selma tiba-tiba.

"Aku liat rekaman CCTV mereka yang masuk ke gedung belakang sekolah berdua. Kamu pikirin aja cowok sama cewek berduaan ke tempat sepi ngapain."

"Emmm, kita lagi berduaan di tempat sepi dan kita lagi ngobrol," ujar Selma.

"You know what i mean."

"Iya, iyaaaa, tahu, kamu emang kaku banget, yah, ketos cupu." Selma beranjak pelan dari sofa dan memegang tongkat bantunya. Dia menunduk, menatap Kyrann.

"Boleh nggak, aku minta rekaman CCTV yang kamu maksud tadi?"

Kyrann mendongak sedikit, menatap Selma, lalu beranjak dan melangkah menuju meja kerjanya. "Come here."

Selma menyusul segera.

Begitu tiba di meja, Selma terkejut karena ternyata Kyrann punya akses CCTV di sekolah mereka.

"Hwaaaa, kok kamu bisa punya semua ini."

"Anggap aja keuntungan jadi ketos."

"Woaahh…"

Beberapa saat kemudian, Kyrann memperlihatkan rekaman CCTV Julio dan Debora memasuki gedung belakang sekolah berdua.

"Ternyata sejak grade 10 mereka udah main-main di belakang aku," kata Selma.

Suara mekanis menggema di kepala Selma, seiring Eri yang hinggap duduk di pundaknya.

[DING]

[Bukti kedua ditemukan]

Pening terasa lagi di kepala Selma, tapi tidak sesakit sebelumnya.

"Kamu perlu satu bukti lagi untuk menyelesaikan misi, Selma," kaya Eri.

"Hm, satu lagi."