Cinta Sang Mafia
Di sebuah perusahaan garmen di pinggiran kota....
Malam itu hujan turun dengan derasnya, sejak pukul 08.00 Viola sudah pulang dari shift malamnya hanya saja ia tidak bisa menerobos hujan yang kian deras. Akhirnya bersama beberapa orang rekan kerjanya Ia pun berusaha untuk bersabar menunggu sampai hujan benar-benar reda, hanya saja masalahnya ia tidak bisa menunggu lebih lama lagi karena saat itu sudah menunjukkan hampir pukul 11.00 malam, sementara jalan yang ia lalui tidaklah mudah, harus menerobos jalanan yang sepi dan ia sangat khawatir jika terjadi sesuatu bilamana jalanan sudah lengang dan tidak ada lagi yang melintas.
"Lama, sekali sih berhenti nya...!!"terdengar suara yang tidak sabar dari setiap mulut yang menunggu.
"sepertinya aku harus pulang duluan deh, lagi pula juga nggak tahu sampai kapan hujan akan berhenti."katakan Viola lalu membuka jok motornya dan mengambil mantel plastik berwarna pink.
"yakin mau menerobos hujan Vio, kamu lihat kilat yang menyambar di angkasa itu sangat berbahaya loh lebih baik tunggu sebentar lagi."kata rekan kerjanya yang bernama Rara.
"Tapi Ra aku khawatir jalanan yang aku lewati akan semakin sepi dan aku tidak bisa melakukan apa-apa jika sesuatu hal yang buruk terjadi terhadapku.."
"kamu ini terlalu paranoid Vio, nggak usah mikirin yang nggak-nggak, entar beneran terjadi lho .."katakan Rara seolah menakut-nakuti teman baiknya itu.
"udah ah aku duluan ya bye.."katakan Viola selalu berlalu dengan mengendarai motor matic nya...
Akhirnya ia benar-benar berpamitan kepada rekan kerjanya dan dengan mengendarai sebuah motor matic berwarna putih Ia pun melaju dalam derasnya hujan yang hanya menggunakan mantel plastik.
Kepulangannya malam itu tak pernah Viola bayangkan jika malam itu menjadi titik balik—dua dunia yang sangat berbeda dipertemukan oleh keadaan.
saat melintasi jalanan sepi, Ia sempat melihat beberapa orang berlarian entah apa yang mereka cari, namun ia segera melajukan kendaraannya dengan kecepatan tinggi karena ia khawatir orang-orang tersebut memiliki niat jahat terhadapnya.
sampai di persimpangan jalan menuju kediamannya, tanpa sengaja ia mendengar samar suara seseorang meminta tolong.
seorang pria tergeletak di pinggir jalan
dia adalah Jovan Adiwangsa, pria yang terluka berdarah akibat tembakan di punggungnya, dan terlihat cukup parah.
"Tolong aku ..!!"suara Jovan lemah namun masih bisa terdengar oleh Viola
Melihat seseorang yang terbaring setengah tak sadarkan diri, awalnya Viola merasa takut karena khawatir kalau itu adalah modus orang-orang yang berniat jahat, dari sambaran kilat yang sesekali memperlihatkan baju putih pria itu bersimbah darah ia yang memiliki hati nurani yang lembut tidak bisa membiarkan Jovan tergeletak begitu saja.
Ia pun segera mendekati.
"Apa yang terjadi,,? Ya Tuhan kamu terluka..!"ucapkan Viola dengan suara bergetar.
Tanpa di komando gadis yang berusia 23 tahun itu pun membantu dan meminta Jovan naik di atas motornya.
"Ayolah, aku akan membantumu, dan mengobati lukamu..!"katakan Viola kepada pria asing tersebut.
Sesampai di rumah sederhana, saat itu cukup sunyi karena hampir tengah malam tak seorangpun yang mengetahui jika ia memasukkan seorang pria asing di kediamannya.
Viola segera membuka pintu lalu dengan susah payah memapah pria itu masuk ke kediamannya, dengan tetapan yang waspada Ia pun segera mengunci pintu kembali agar tidak diketahui oleh orang-orang di sekitarnya bahwasanya ia telah memasukkan pria asing di kediamannya.
setelah, mendudukkan Jovan di sebuah kursi di ruang tamu, Ia pun segera mengambil baskom yang berisikan air hangat.
Entah dari mana ia mengetahui metode dan pengobatan, namun saat itu terlihat dengan lincah tangannya mengeluarkan sebuah peluru dari punggung sang pria.
Awalnya Jovan sempat ragu, namun saat itu ia tidak memiliki pilihan selain mempercayai gadis sederhana itu.
Dan mulai hari itu Jovan yang masih bersembunyi mulai mengenal Viola lebih dekat, dan merasa berhutang budi kepada sang wanita.
Diam-diam Jovan terpikat oleh kesederhanaan dan ketulusan gadis itu.
Melihat pakaian pria itu yang basah, Viola segera masuk ke dalam kamarnya dan mengambil sehelai baju kaos oblong berwarna hitam.
"Maaf, aku harus membuka bajumu, biar kamu tidak kedinginan ."katakan Viola
dengan perlahan membuka pakaian sang pria dan diganti dengan sehelai kaos lusuh berukuran besar miliknya, bagian bawahnya Ia hanya meminjamkan celana pendek miliknya seukuran lutut, meskipun terlihat sedikit pendek namun cukup muat dikenakan oleh Jovan.
Jovan hanya menatap tak percaya gadis itu berani menyentuh tubuhnya tanpa ragu-ragu, karena keadaannya yang payah,Jovan pun hanya menggangguk.
Seorang gadis polos yang sederhana sungguh,sesuatu yang jarang ia temukan di lingkaran dunianya yang penuh kepura-puraan.
Sementara Viola, meski awalnya canggung dan enggan, karena ia tidak mengenal siapa pria itu sebenarnya, Ia pun hanya berniat untuk membantu dan setelah pria itu sembuh ia akan memintanya untuk pergi, karena ia tidak ingin menimbulkan masalah di lingkungan tempat tinggalnya...
"Siapa gerangan pria itu, sepertinya ia orang kaya, tapi Apa kesalahannya sehingga ia dikejar dan ingin dibunuh,? Atau mungkin ia korban bengal...?!"racau batin Viola
Viola tak bisa menyangkal jika pria itu memiliki tubuh yang sempurna, jujur sebagai seorang wanita yang normal, ia tak bisa menolak pesona Jovan, tubuh yang sixpack sempurna, kulit halus yang bersih meskipun saat itu wajahnya terlihat pucat.
Setelah mengeluarkan timah panas yang bersarang di punggungnya, dan mengganti pakaian Jovan Ia pun meminta pria itu untuk beristirahat, karena ia pun sudah sangat lelah dan ingin segera beristirahat.
Malam itu Jovan tidur di kamar tamu, sementara ia sendiri kembali menuju kamarnya.
Setelah membersihkan diri Ia pun segera beristirahat...
namun dalam benaknya terus bertanya-tanya siapa gerangan pria itu, dan Bahkan ia sendiri lupa untuk menanyakan namanya.
"ah sudahlah biar besok saja aku tanyakan siapa namanya..!"katanya sambil perlahan memejamkan matanya...
Keesokan hari....
Matahari pagi berwarna keemasan menyilaukan matanya menembus dari balik gorden di celah-celah jendela kaca.
Seketika ia teringat seorang pria yang tadi malam Ia tolong, pelan dan sangat perlahan dia melangkah membuka pintu kamar tamu dan memastikan pria itu masih berada di sana.
Setelah melihat pria itu masih berbaring dan memejamkan mata ia pun kembali ke dapur untuk membuat sarapan.
Dengan lincah tangannya menyiapkan bubur untuk sarapan pagi, dan tidak perlu waktu lama Ia pun membawa semangkuk bubur menuju kamar tamu dan meminta pria itu untuk sarapan.
"Selamat pagi..!"katakan Viola sambil tersenyum.
Jovan hanya tersenyum samar melihat gadis itu mengenakan piyama berwarna krem dengan bunga lili yang menghiasi dengan motif yang sangat indah.
Viola meletakkan bubur di atas meja lalu duduk di sebuah kursi yang tak jauh dari tempat tidur.
"Oh ya spa boleh aku tahu, apa kamu bukan orang sini, dan apa beberapa orang yang semalam itu mengejar kamu..? Maaf jika aku lancang bertanya, tapi kalau kamu tidak ingin menjawabnya juga nggak apa-apa, nggak perlu dijawab.,Namaku Viola, dan aku tinggal seorang diri, jadi aku mohon, jika kamu sudah sembuh sebaiknya segera pergi dari sini atau kalau kamu memiliki keluarga biar aku hubungi mereka untuk menjemputmu.!"katakan Viola.
Suaranya lembut namun terdengar tegas.
Jovan yang mendengar ucapan Viola hanya terdiam.
"Hmmph... Panggil aku Tama boleh aku menginap untuk beberapa hari disini,setelah itu aku janji akan pergi dan tidak akan menimbulkan kekacauan di tempat ini.!"katakan Jovan yang tak ingin menyebutkan nama aslinya, meskipun nama panjangnya Jovan pratama Adiwangsa.
"Tapi,hari ini aku harus kerja, tidak ada yang menemanimu dan merawat kamu, Aku khawatir saat kamu memerlukan sesuatu aku tidak bisa membantu.!"katakan Viola beralasan.
"Kamu jangan khawatir aku hanya luka tembak kaki dan tanganku masih berfungsi dengan baik.!"katakan
Jovan dengan tatapan memohon.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments