"Untukmu, seluruh waktuku. Dariku untuk menantimu"
____________________________
Yumi tak pernah mengira dirinya akan menjalin kasih dengan lelaki yang bahkan tak dikenalnya. Lelaki aneh, yang seakan tau segalanya tentang dia.
Berulang kali Yumi berusaha kabur, menjauh, bertindak tak semestinya agar lelaki itu merasa ilfeel dan meminta putus, tapi justru lelaki itu semakin melabelinya sebagai miliknya!
Aneh. Hampir tak masuk logika.
Apa alasan dibalik hubungan yang terbentuk dengan cara ekstrim ini?
Dan akankah Yumi berhasil membuat lelaki itu pergi?
Atau akankah dirinya terjebak selamanya dihubungan yang tak nyaman bersama lelaki asing itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rumachi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tiga Hal
...• Bab 30 •...
...»»——⍟——««...
..."Tidak harus selalu mengerti atau kamu bisa terus tersakiti"...
...。・:*:・゚★,。・:*:・゚☆...
"Hei~cewe belagu! kita ketemu lagi... "
Alan bersama keempat lelaki lainnya datang mengerumuni Yumi. Gadis itu mendelik, dia hampir tersedak roti yang sedang dikunyah nya. Lelaki aneh itu duduk begitu saja disamping Yumi tanpa izin. Ia merangkul pundak gadis itu yang langsung ditepis kasar.
"Ngapain lu deket-deket gue setan!"
"Galak banget. Cuma mau ngobrol bentar kok"
Yumi berdiri, ia hendak pergi namun tangan nya segera dicengkram Alan dengan kuat. Lelaki itu menyeringai melihat wajah takut Yumi.
"Jangan pergi dulu dong, kan kemarin pembicaraan kita belum selesai"
"Males banget ngomong sama orang aneh kaya lo"
Alan tertawa sinis membuat beberapa temannya ikut tersenyum miring, "Padahal orang paling aneh itu ya pacar lo sendiri! Si pembawa kutukan sial. Gimana? Udah kedapetan sialnya? Jatuh, kecelakaan, sakit?"
Yumi menautkan kening nya dengan napas berat. Tidak. Sakit nya kemarin sudah pasti tidak ada hubungan dengan hal konyol ini. Tidak mungkin.
"Liat wajah panik lo kayanya udah ya" ujarnya sembari kembali tertawa garing. Tangannya tak melepas cengkraman di pergelangan tangan Yumi. Membuat gadis itu meringis karena kuatnya lelaki itu menekan.
"Lepasin!"
"Tunggu dulu dong, ayo kita hubungin pacar lo dulu"
Alan merogoh saku jaketnya, mengoperasikan dengan cepat dan menunjukan layar nya ke Yumi. Disana tertera nama kontak 'Kutukan Sialan' membuat darah Yumi mendidih hanya dengan melihatnya.
Nampak dering telfon terus mengulang, tanpa ada yang mengangkatnya. Alan sempat mendecak kesal saat dering telpon berhenti karena penerima tidak kunjung menjawab.
"Kita coba lagi. Dia harus tau, gue lagi sama siapa sekarang, ya kan?"
Yumi bergidik, seringai lelaki ini bak manusia yang kerasukan raja iblis. Menyeramkan sekali. Alan kembali menekan tombol hijau, menunggu dering dijawab dengan pengeras yang diaktifkan.
Sampai akhirnya telpon pun diangkat. Yumi sempat mendelik saat Maga mau mengangkat telpon dari saudara tiri nya ini. Bukankah hubungan mereka buruk? Dan benar saja, meski sudah terangkat Maga sama sekali tak mengatakan apapun. Hanya keheningan.
"Halo, brother.. cukup heningnya, mari kita bicara"
Masih hening. Tak ada jawaban atau perkataan apapun. Yumi bahkan sampai ikut menahan napas agar tak menimbulkan suara. Bagus lebih baik seperti itu Maga. Dan segeralah matikan telponnya. Berurusan dengan orang ini tidak akan ada gunanya.
Alan tertawa, hanya tawa keras yang kosong. Ia melirik Yumi dengan tatapan kesal, namun bibirnya masih membentuk sabit sinis.
"Oke, kalo lo masih milih diem, tapi dengerin dulu dong suara siapa yang lagi sama gue.. ayo ngomong sayang"
"SAYANG PALA LU PEYANG!!!" pekik Yumi mendelik ia reflek menutup mulutnya begitu tersadar.
"Yumi?" tanya Maga dari seberang telepon. Alan tersenyum kemenangan. Pancingan nya berhasil.
"Bagus sayang, suara mu emang cantik banget. Lihat saudaraku aja langsung terpana dibuatnya"
"Mi, lo dimana sekarang?"
"Gue di..hmphh!...."
Alan melepaskan cengkeraman nya beralih membungkam kasar mulut Yumi, "Sshhht.. belum aku suruh bicara lagi sayang, diem dulu ya"
"Lan, cewek itu. Tahan emosi lo" ujar salah satu teman Alan dari belakang. Ia nampak memiliki wajah paling ramah diantara mereka semua.
Teman lainnya mengangguk setuju, ia menghisap rokoknya dan berjalan mendekat ke arah Alan berdiri, "Lepasin Lan, ini tempat umum bego!"
"Diem bangsat! Urusan gue ini, gak usah ganggu!"
Terdengar helaan napas berat serta frustasi dari ponsel, Yumi melirik layar yang masih menampilkan menit dan detik waktu sambungan telepon, "Lepasin dia Lan, gue minta maaf. Tolong ya, gue mohon"
"Anjing lo! Giliran gini lo baru mau ngomong sama gue"
"Iya gue minta maaf. Sekarang lepasin dulu dia. Dan ayo kita bicara apapun itu"
Alan mendecih, tapi ia melepaskan tangan nya yang membungkam keras mulut Yumi, gadis itu langsung mengelus kedua pipinya yang terasa tebal. Ia menatap singut penuh emosi.
"Oke sayang, urusan kita udah selesai sekarang kamu boleh pergi"
"Dasar manusia terkutuk lo emang!"
"Yumi!! Pergi sekarang, gak usah ngomong apapun lagi"
"Lo salah apa sih, Maga?! Orang kaya gini emang harusnya lo diemin, kok malah minta maaf!"
"Pulang sekarang, Mi!"
Alan tertawa tanpa suara, ia nampak menikmati obrolan kedua sejoli itu. Menyenangkan sekali mendegar suara ketakutan dari lelaki yang sangat dibencinya itu.
"Pengecut lo, Ga! Kenapa ga berani lawan? Lo gak bisa gelut? Takut babak belur? Cemen lo jadi laki!"
Alan semakin tertawa kencang mendegar perkataan Yumi barusan. Ia mengacungkan jempol nya ke depan muka gadis itu seakan memberinya nilai sempurna atas hinaan nya pada Maga.
"Iya terserah lo mau mikir apa. Tapi, dengerin gue, pulang sekarang juga. Pergi dari sana"
"Yaudah jemput! Gue di Muar------"
"KARIN!!!!"
Deg!!
"Shit! Rin bangun!! Karin!!.... Teguh! Jodie! Berto! Karin pingsan lagi!"
Tut!
"Bajingan tengik! Cewek dia gak cuma satu ternyata, nikmatin hidup banget lo ya ternyata"
Alan menoleh ke arah Yumi yang memasang wajah terkejut, tangan terlihat mengepal kuat seperti menahan sesuatu, "Kasian ya lo adik kecil, udahlah pacaran sama orang terkutuk, ikut kena sial, di duakan lagi, malang nya..."
"Itu temen Maga, gak usah sok tau soal kehidupan orang lain"
"Oh ya? Terus kenapa lo kaya nahan emosi gitu? Cemburu kan? Adik kecil, mending sama gue aja. Gue setia kok orangnya"
"Cih! Mending gue jadi biksu!"
"Hati-hati ya, sekali lagi gue ingetin. Hubungan lo sama laki-laki pembawa kutukan itu cuma bakal buat lo ngerasain tiga hal"
Alan mencondongkan tubuhnya, menatap dalam menusuk namun berseringai nakal, "Luka, sakit, dan mati."
...• TBC •...
...。・:*:・゚★,。・:*:・゚☆...