Wanita yang sering menangis dalam sujudnya, dia adalah Syifa Salsabila, seorang istri yang selalu dihina dan direndahkan ibu mertua dan saudara iparnya lantaran ia hanya seorang ibu rumah tangga tanpa berpenghasilan uang membuatnya harus berjuang. Dengan kesabaran dan perjuangannya yang tak kenal lelah akhirnya kesuksesan pun berpihak padanya. Akankah ia balas dendam setelah menjadi sultan? ...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FAMALIN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
"Nggak setia kamu, Tom?"
"Sorry, Fahri. He he ..."
Di tengah Fahri dan Tommy lagi asyik ngobrol tiba-tiba Tania datang dengan menenteng tas sambil menyempurnakan penampilannya.
"Mas Fahri, ikut saya!" titahnya dengan tegas.
"Kemana, Bu Tania?"
"Ikuti saja perintahku, buruan!!"
Fahri tidak menjawab namun ia bersedia bersiap mengikuti langkahnya sang manager itu dengan kesal.
"Masuk!" Tania membukakan pintu mobilnya.
"Maaf saya harus tahu dulu, kita ini mau kemana sih?"
"Nggak usah banyak tanya, Mas! pokoknya kamu ikuti saja perintahku!"
"Maaf, nggak bisa! karena aku takut kepergian kita ini bukan dari bagian tugas kantor??"
"Kita mau meeting bersama buyer di hotel."
"Tapi bukan kah hari ini tidak ada schedule meeting di luar?"
"Ini meeting dadakan. Kalau kamu nggak percaya, silakan buktikan setelah sampe disana nanti dan kamu juga boleh kok yang menyetir mobil ini!"
"Maaf, Saya belum bisa menyetir mobil."
"Kalau gitu duduk disampingku!"
"Nggak. Saya duduk dibelakang saja."
"Kalau kamu duduk dibelakang aku seperti driver taxi online dong? yang sedang mengantar customernya??"
"Nggak apa-apa gitu, daripada ..."
"Apaaa? kamu takut aku akan berbuat buruk padamu?"
"Maaf. Sebenarnya saya juga nggak mau berprasangka buruk tapi ..."
"Mas Fahri ..."
"Saya mohon jangan panggil saya Mas! didengar orang nggak baik! di kantor hubungan kita adalah partner kerja bukan tetangga atau pun yang lainnya!"
"Tapi aku ingin kita bisa lebih akrab, Mas. Dan aku nggak suka dengan obrolan kita pake nama saya ataupun anda!"
"Bu Tania, sebenarnya kamu itu cantik, pintar dan berkarir. Jadi tidak akan sulit mencari lelaki yang lebih dari aku?!"
"Tapi aku maunya tetap kamu. Mas Fahri. Andaikan hatiku ini tahu caranya mengikhlaskanmu pasti sudah dari dulu aku melupakanmu, tapi sayangnya semakin aku ingin melepaskanmu semakin sakit pula rasa di hatiku ini, hiks ..."
"Itu karena kamu kurang mendekatkan diri pada Tuhan, sehingga laki-laki yang sudah beristri pun tetap kamu dekati??"
"Bukankah dalam Islam poligami itu boleh ya? Dan Aku rela kok menjadi istri keduamu, Mas?"
"Itu nggak mungkin! Karena aku sangat mencintai istriku, aku nggak ingin menyakiti hatinya!"
"Sebenarnya apa sih kelebihannya wanita pengangguran itu dibandingkan aku, Mas?"
"Hanya aku yang tahu! intinya aku tidak akan mencintai wanita manapun selain hanya pada istriku itu! Semoga Bu Tania paham?!"
"Tidak, pokoknya aku akan terus berusaha sampe Mas Fahri bersedia menikah denganku juga!"
"Jangan terlalu berharap, supaya sakitmu juga tidak berlebihan!"
"Kalau kamu hanya nggak ingin menyakiti hati istrimu itu, kita bisa kok nikah diam-diam, Mas? Dan nanti kita tinggal di apartemenku saja??"
"Bu Tania, Aku tegaskan sekali lagi bahwa aku tidak akan mencintaimu sedikitpun, paham?? jadi jangan terlalu terobsesi denganku lagi!!"
"Pokoknya aku tidak perduli dengan perasaanmu itu, Mas. Kalau aku tidak bisa mendapatkanmu secara baik-baik maka aku akan menggunakan cara lain!"
"Apa maksudmu?" tanya Fahri keras mulai tersulut emosi.
"Aku bisa memecatmu kapan saja dan aku juga akan membuatmu tidak bisa melamar kerja dimana pun!"
"Kamu benar-benar sakit mental, Tania?? berani menghalalkan semua cara hanya untuk mewujudkan keinginan konyolmu itu?!" rutuk Fahri mulai hilang hormat pada atasannya itu sehingga menyebutnya dengan nama saja.
"Biarkan saja, pokoknya aku tidak akan menyerah!"
"Berhenti mobilnya! Aku ingin turun disini!"
"Kalau minta turun disini, apa kamu siap di pecat? Ingat istri dan ibumu selalu mengharap uang darimu loh, Mas??" Tegasnya dengan senyum menyeringai.
"Aaarrrgg ..." teriaknya dengan sangat kesal.
"Sebentar lagi kita akan sampe di hotel, persiapkan saja sikap terbaikmu untuk memenangkan proyek kali ini!"
Fahri tidak menggubris perkataan managernya itu lagi, ia benar-benar kecewa dengan sikap Tania yang ternyata lebih berani daripada dulu.
"Yess, kita sudah sampe. Yuk buruan! Buyer sudah menunggu kita dari tadi!"
Fahri turun dari mobil itu dan segera mengiringi langkah Tania untuk menemui sang buyer yang sudah di ruang meeting sejak tadi.
Walaupun kondisi hati Fahri baru tidak baik-baik saja, namun ia berusaha tetap profesional dalam bekerja.
Dua jam berlalu, meeting selesai. Tania berhasil memenangkan proyek itu dengan kecerdasannya dalam berstrategi, ia mampu mengalahkan beberapa perusahaan lainnya yang ikut bersaing untuk mendapatkan proyek yang sama.
Tania adalah wanita yang berpendidikan dan cerdas, setiap jenjang sekolah ia dulu selalu menjadi bintang kelas dan berprestasi, namun saat duduk di bangku SMA masa puber sudah membuatnya harus merasakan jatuh cinta pada Fahri hingga membuatnya sangat terobsesi untuk memiliki laki-laki yang sangat dicintainya itu.
Tania dan Fahri jalan berdua menuju ke parkiran mobilnya sambil masih membahas tentang proyek yang baru saja dimenangkannya.
"Mas Fahri, nggak mau mengucapkan selamat padaku gitu?"
"Selamat untuk apa?"
"Ya atas kecerdasanku tadi dalam berpresentasi."
"Tidak perlu memberikan selamat, dulu Pak Darmoko juga sering menenangkan proyek."
"Tapi khusus proyek kali ini beda, Mas. ini proyek besar yang baru pertama di raih oleh perusahaan kita, iya kan?"
"Heum."
"Berarti?"
"Ya. Kamu memang berkompeten dalam bidang strategi dan presentasi."
"Lalu, apa yang menjadi alasanmu masih kekeh tetap menolakku?"
"Karena aku tidak pernah mencintaimu!"
"Jangan terlalu yakin gitu dulu, Mas. Karena untuk kedepannya kita nggak akan tahu perkembangan hubungan kita akan seperti apa,"
"Sudahlah, Tania. Please ... jangan memperumit hidupku, aku ini sebagai laki-laki sudah mati-matian menundukkan pandangan, jadi aku mohon benar-benar ke kamu juga bisa jangan menggoda terus!"
"He he ... Akhirnya kamu sadar juga dengan kelemahanmu itu,"
"Oh Ya Allah, jangan biarkan setan-setan terus menggoda hamba untuk tidak setia, Hamba nggak sanggup Ya Rabb, jika harus mendapat balasan apabila tergoda dengan bisikan-bisikan setan yang terkutuk itu,"
"Apa maksudmu, Berdoa seperti itu, Mas? kamu menganggap aku setan??" tanya Tania menuntut jawaban.
"Jujur aku tidak ingin menduakan cinta istriku, Tania. Maka jangan rayu-rayu aku lagi!"
"Sebenarnya aku juga tidak ingin begini, Mas. Tapi perasaan ini selalu menyiksaku, bahkan aku rela di jadikan istri simpanan atau istri kedua yang penting kita bisa bersama?!"
"Konyol! Udahlah capek ngomongin ini terus, lebih baik kencangkan mobilnya supaya kita cepat sampai dikantor!"
"Okay, tapi kalau terjadi apa-apa jangan salahkan aku!"
"Tapi jangan ngebut-ngebut juga!"
"Biarin, kalau aku tidak bisa mendapatkan dirimu di dunia maka ..."
"Sstttt ... Ngomong apa sih?? kita tuh lagi di jalan, bukannya minta doa keselamatan, eh malah mengharap yang tidak-tidak! aneh kamu, Tania?? Di depan buyer bisa cerdas tapi di sini malah kurang waras?!"
"Ya. Aku memang kurang waras karena terlalu mencintaimu, Mas fahri!"
"Pak Darmoko, tolong kembalilah, Pak. Penggantimu ini membuat pikiranku jadi terganggu terus"
"He he ... Syukurin! Siapa suruh juga menolakku berkali-kali, tinggal bilang iya Tania, Sayang. Besok kita menikah. Dah beres tuh? Malah pake acara sok setia lah, sok ingat Tuhan lah, hingga akhirnya terhimpit kondisi sendiri, ha ha ..."
'Kalau aku tetap bertahan di perusahaan ini bisa-bisa aku di jinakkan oleh Tania, ah nggak! Aku harus mencari pekerjaan baru sebelum Tania berbuat nekat padaku.' pikirnya menyusun rencana.
Bersambung ...