Seumur hidupnya Anne selalu hidup dalam tekanan, dia tumbuh menjadi gadis lemah dan penakut. Kata-kata andalannya hanya satu, "Maafkan Saya."
Anne percaya hanya kata maaf yang mampu membuat hidupnya selamat.
Hingga sebuah peristiwa membuatnya terjebak dengan seorang Presdir dingin, Jackson Wu.
"Maafkan Saya, Tuan. Saya mohon jangan pecat Saya. Saya mohon maaf."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ILKP Bab 18 - Tiga Detik
"Iya, aku tidak akan menyalahkanmu," jawab Jackson dengan suaranya yang terdengar sangat lembut. Tak ada yang tahu bahwa sebenarnya dia sedang menahan kekesalan pada dirinya sendiri.
Sebab mengharapkan sesuatu yang tak mungkin terjadi pada Anne.
Setelah berpikir Jackson mulai bisa memahami sudut pandang wanita lemah tersebut, Anne menikahinya karena takut di penjara, status Anne hanyalah OG dan dia Presdir.
Tentang cinta pasti sekalipun tak pernah terlintas di benak wanita tersebut, apa yang paling Anne inginkan adalah sebuah kebebasan.
Masih untung Anne tidak kabur seperti di pernikahannya yang terdahulu.
Namun dari kejadian yang tak sesuai harapan ini akhirnya Jackson berani mengakui diri bahwa dia memang tertarik pada Anne.
"Astaga, sepertinya aku sudah gila," gumam Jackson setelah Anne keluar dari ruangannya. Kegilaan yang Jackson maksud adalah tak menyangka bahwa Anne membuat standarnya tentang wanita jadi rusak.
Dulu Jackson selalu yakin bahwa wanita yang mampu membuat hatinya tergerak adalah wanita yang berkelas, berpendidikan dan berasal dari keluarga yang terhormat.
Tapi Anne, wanita itu bahkan seorang janda, yatim piatu tanpa kejelasan siapa kedua orang tuanya. Tak berpendidikan dan sangat lemah, begitu jauh dari kriteria yang selama ini Jackson bentuk. Bahwa wanita itu harus cantik, cerdas dan mandiri, seperti seorang nona muda pada umumnya.
Tapi semakin ke sini Jackson semakin paham, bahwa dia memang mulai memikirkan Anne. Tentang hal ini Jackson tak ingin mengingkarinya, dia hanya akan mengikuti kata hati.
Tak berselang lama kemudian Anne kembali ke ruangan Jackson, seperti permintaan pria tersebut bahwa setelah membereskan gelas kopinya Anne harus kembali ke sini.
Bicara dengan Anne, Jackson seperti seorang guru yang sedang mengajari muridnya Harus dijelaskan dengan rindu tiap tahapannya.
"Sudah selesai?" tanya Jackson setelah Anne berjalan mendekat ke arahnya.
Anne berhenti di saat jarak mereka sekitar lima langkah lagi darinya.
Benar-benar posisi seperti murid dan guru.
"Sudah Tuan."
"Aku akan menunggumu di basement kantor, selesai mengganti baju kamu langsung ke sana. Ya?"
"Tapi ... Bagaimana jika ada yang tak sengaja melihat kita, Tuan?" tanya Anne lirih. Pernikahan ini adalah pernikahan yang harus dirahasiakan, pemahaman tersebut telah tertanam kuat di dalam otak Anne.
"Tidak apa-apa, banyak seribu alasan yang bisa digunakan oleh Willy," jelas Jackson dengan apa adanya. "Aku hanya ingin kita pulang bersama, agar orang rumah tidak meragukan tentang pernikahan kita, kamu memahami apa maksudku kan?"
"Iya, Tuan."
"Kalau begitu ayo pulang, ingat aku menunggumu di basement kantor. Basement kantor."
Anne mengangguk dan segera keluar lebih dulu dari ruangan tersebut, sepanjang perjalanan Anne menatap sekeliling. Sebagian karyawan memang telah pulang, tapi masih ada beberapa yang lembur. Ada juga karyawan bagian OG yang mulai beres-beres.
Anne tiba di ruangan dan langsung mengganti baju, dia terus merasa waspada. Berikan kali melihat ke kiri dan ke kanan. Jangan sampai kepulangannya kali ini diketahui oleh satupun karyawan.
Karena terlalu hati-hati Anne sampai butuh waktu cukup lama untuk tiba di basement kantor. Bahkan saat menuju mobil milik Jackson, Anne masih mengendap-ngendap seperti maling.
Jackson dan Willy sampai terheran-heran melihat sikap Anne dari dalam mobil.
Padahal jelas-jelas tak ada siapapun di sini selain mereka bertiga.
Willy hendak keluar dan membukakan pintu untuk Anne, tapi pergerakannya seketika terhenti saat Jackson sudah lebih dulu keluar.
"Tuan! Jangan keluar, cepat masuk!" titah Anne, sampai reflek mendorong Jackson untuk kembali ke masuk ke dalam mobil.
Jackson yang diseruduk tubuh Jackson jadi gelagapan sendiri, sumpah demi apapun selama ini tak pernah ada wanita yang memperlakukannya serendah ini.
"Bagaimana jika ada yang lihat? Tuan harusnya jangan keluar!" bentak Anne tanpa sadar, jantungnya sudah berdegup tidak karuan. Lalu saat menyadari perbuatannya Anne langsung menunduk.
"Ma-maaf Tuan, saya tidak bermaksud mendorong Anda. Tapi, saya hanya, saya tadi reflek."
"Tidak apa-apa," balas Jackson yang selalu mampu memahami Anne.
Tapi Willy sampai ternganga mendengar jawaban sang tuan. 'Apa? Tidak apa-apa? Astaga,' batin Willy.
Seharusnya Jackson marah, seharusnya Jackson langsung mengusir Anne keluar dari mobil ini.
Sungguh, kini Willy tak mampu memahami sang Presdir. Secara mendadak tuan Jackson seperti tak pernah dia kenal.
"Duduklah dengan benar, kita pulang sekarang," ucap Jackson lagi.
"Maaf Tuan."
"Jangan terlalu sering mengucapkan kata maaf."
"Baik."
Jackson masih ingin bicara, tapi Anne terlalu singkat menanggapi tiap ucapannya. Membuat pria itu pun mati kutu.
Sementara Willy mulai melanjukan mobil untuk keluar dari area perusahaan.
Sepanjang perjalanan pulang ketiga orang itu hanya diam, namun di kepala masing-masing mereka memiliki banyak sekali pemikiran.
Willy masih tak habis pikir dengan segala sikap tuan Jackson pada Anne, dia ingin menduga bahwa tuan Jackson mulai menyukai Anne tapi rasanya tidak mungkin. Willy selama ini adalah orang yang paling dekat dengan Jackson, Willy bahkan seolah mampu memahami Jackson dibandingkan Jackson sendiri.
Tapi tentang tuan Jackson terhadap Anne, ternyata sulit untuk dipahaminya.
Sedangkan Jackson terus memikirkan bagaimana caranya memahami Anne, membuat wanita itu tidak takut dan bisa membalas tatapannya.
Dan Anne sendiri di benaknya masih penuh dengan masalah pekerjaan, dia merasa pengangguran jika bekerja sebagai OG pribadi tuan Jackson, jadi Anne ingin posisinya digantikan Dosma saja. Tapi bagaimana cara mengungkapkannya?
Tiga kepala dengan pemikiran yang berbeda-beda, sampai tak terasa mobil telah memasuki halaman rumah utama keluarga Wu.
"Anne, aku mohon di dalam nanti jangan menundukkan kepalamu. Angkat dengan penuh percaya diri," ucap Jackson sebelum turun.
Anne tentu tak menjawab pertanyaan tersebut, namun rasa takut tergambar jelas di raut wajahnya.
"Sebenarnya kenapa kamu selalu menunduk seperti itu, apa kamu takut?" tanya Jackson lagi dan kali ini Anne hanya mampu mengangguk.
"Sekarang angkat wajahmu dan coba tatap aku," pinta Jackson.
Bukannya langsung turun tapi mereka menjadikan mobil itu sebagai tempat untuk bicara.
"Lakukan Anne," pinta Jackson sekali lagi dengan lebih lembut.
Anne yang sudah terpojok akhirnya memberanikan diri untuk mengangkat wajahnya, terus sampai kedua mata mereka saling bertemu satu sama lain.
Deg! Jantung Anne berpacu cepat, sebab ketakutan itu seolah mengerubungi dirinya.
Bahkan bayang-bayang masa lalu kembali menyerang dengan ganasnya. Di saat Anne kecil dia tidak diizinkan menatap sang paman dan seluruh keluarganya. Kepala Anne akan langsung dipukul jika melakukan hal itu.
Sungguh, Anne tak mampu melakukan kontak mata pada siapapun.
Reflek Anne menunduk dengan cepat, tatapannya dengan Jackson hanya bertahan tiga detik.
"Kenapa? Apa aku terlihat mengerikan?" tanya Jackson, dia juga heran tentang hal ini. Karena seharusnya Anne terpesona.
"I-iya Tuan, Anda sangat mengerikan."
🤣🤣🤣🤣🤣🤣
😀😀❤❤😉😉
good job Anne
😀😀😀❤❤😉😉😍😙😗😗
Kak Jackson adl suamimu,, dan selamanya akan begitu....,, yakini itu,, dan qta meyakini juga bahwa kak Jackson skrg hatinya sedang penuh dgn kembang setaman Krn saking bahagianya mendengar ucapan mu 🥰💐💐💐💞