Pernikahan Bocah SMA

Didalam kamar.

"Oh, jadi seperti itu,"

Gisel dan Rima mengangguk setelah Bintang selesai menceritakan apa yang terjadi tadi pagi ditelepon.

Namun Bintang tak sepenuhnya berkata jujur. Ada bagian tertentu yang musti Bintang ubah. Tentu Bintang memiliki alasan karena belum saatnya para sahabat mengetahui kebenaran jika dirinya telah menikah dengan Zo Paksa. Selain umur yang memang belum memadai, Bintang tidak ingin dikeluarkan dari sekolah jika pernikahannya sampai terdengar ketelinga guru dan kepala sekolah.

"Kalian percaya padaku, bukan?"

Bintang menjatuhkan bobot diatas tempat tidur setelah menaruh tiga jus jambu dan satu piring camilan diatas karpet bulu yang terbentang ditengah lantai kamar.

Gisel menggaruk sisi kepalanya, dia merasa bersalah telah berpikir yang tidak-tidak tentang Bintang.

"Tuh kan, kalau bertanya langsung pada orangnya kan jelas, tidak menggiring opini gitu," Rima, dia menatap Gisel, membuat Gisel tersenyum cengengesan.

"Ya, maaf. Aku ini terlalu peduli denganmu Bintang, jadi wajar saja jika aku seperti ini. Maaf ya, Bin, tadi aku sudah sempat mengataimu aneh-aneh." Gisel memeluk Bintang yang berbaring ditempat tidur.

"It's oke. No problem."

Klunting

Ponsel milik Bintang yang berada dalam saku berdenting, Bintang mengambil ponsel dan membuka pesan yang baru saja masuk. " Farel?" batinnya melihat Farel yang mengiriminya pesan. Bintang sedikit menggeser tubuh agar Gisel tak melihatnya.

Bintang membuka pesannya yang berupa video. Bintang memutarnya dan jantungnya berdebar cepat saat divideo tersebut Farel memeluk Gisel dan Gisel terlihat diam saja.

"Apa mereka berhubungan?" batinnya. "Mana mungkin?" l

Tidak tahu kenapa, Bintang merasa tidak rela jika Gisel dan Farel memiliki hubungan. Entah karena cinta atau karena takut Gisel akan mendapat luka yang sama sepertinya. Bintang menghela dia membalas pesan Farel.

"Kalian pa.caran?" send Farel.

"Cemburu?" ~ Farel.

Bintang terkejut dengan pesan balasan Farel yang singkat. "Maksudnya?" send Farel.

Dengan pertanyaan seperti itu, Bintang ingin mengetahui lebih lanjut tentang hubungan antara Farel dan Gisel, serta mengetahui apakah Farel memang benar memiliki perasaan pada Gisel atau tidak.

"Kau cemburu aku bersama Gisel?" ~ Farel.

Bintang kesal dengan jawaban Farel yang kepedean. "Tidak! Hanya saja aku menyarankan dirimu untuk tidak berhubungan dengan Gisel, dia sahabatku!"

"Kau cemburu?" ~ Farel.

"Anda terlalu percaya diri!" send Farel.

"Jika kau tidak cemburu, temui aku diwisata peje nanti jam empat sore," ~ Farel.

...----------------...

Didalam kamarnya, Farel tersenyum geli setelah mengirim pesan balasan pada Bintang, dia yakin sekali jika kali ini akan mendapatkan Bintang kembali. Farel yakin jika Bintang masih mencintainya.

"Cowok bermuka dua itu belum tahu siapa aku. Farel, penakluk cewek. Bhahaaa..."

"Yakin tidak gagal, Rel?" Dilantai kamar, Rey yang tengah sibuk dengan ponselnya karena tengah bermain game, bersuara. "Tawamu itu sangat meyakinkan sekali. Jika hasilnya malah kebalikannya, Apa kau masih bisa tertawa?"

Farel tersenyum sinis dia yakin bahwa Bintang tidak akan bisa menolaknya. "Aku sudah tahu apa yang aku lakukan, Rey. Bintang masih mencintaiku, aku bisa merasakannya," ucap Farel dengan percaya diri.

Rey menggelengkan kepala, dia tidak terlalu yakin dengan rencana Farel. "Kau selalu seperti ini, Rel. Kau selalu yakin bahwa kau bisa menaklukkan hati orang lain," kata Rey dengan nada yang sedikit skeptis. Rey tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika Farel kembali ditolak oleh Bintang.

Farel tidak peduli dengan keraguan Rey. "Aku akan membuktikan bahwa aku benar, Rey. Tunggu saja," Farel sangat yakin.

Rey mengangguk, dia tidak ingin ikut campur dalam urusan cinta Farel. "Aku hanya ingin melihat hasilnya, Rel. Aku tidak ingin ikut campur dalam urusan cintamu," kata Rey dengan nada yang santai.

Farel tersenyum dia yakin bahwa dia akan berhasil mendapatkan Bintang kembali. "Aku akan membuatmu melihat hasilnya, Rey. Aku akan membuktikannya," kata Farel dengan percaya diri.

Dia tidak sabar untuk bertemu Bintang, semenjak kematian orang tuanya, Bintang tidak pernah terlihat disekolah. Bahkan Farel sulit untuk menemuinya.

...----------------...

"Kau kenapa, Bin? Ada masalah?" tanya Rima, dia melihat ekspresi wajah Bintang yang seperti banyak memikirkan sesuatu.

Bintang tersadar bahwa dia terlalu fokus pada ponselnya dan lupa bahwa Gisel dan Rima ada disampingnya. "Tidak, tidak ada apa-apa,"

Gisel dan Rima memandang Bintang dengan curiga, mereka tahu bahwa Bintang tidak berkata jujur. "Bin, kita sudah berteman lama, kita tahu jika kau ada masalah," kata Gisel dengan nada yang lembut.

Bintang merasa sedikit tertekan, dia tidak tahu bagaimana harus menjelaskan situasi yang sebenarnya. "Aku hanya sedikit stres karena kepergian orangtuaku, itu saja," tak sepenuhnya berbohong.

Rima dan Gisel memandang Bintang dengan prihatin, mereka percaya bahwa Bintang pasti terpukul akan kenyataan ini. "Bin, kita bisa membantumu jika kau mau berbagi," kata Rima dengan nada yang hangat.

Bintang terharu, dia tahu bahwa Gisel dan Rima peduli padanya. "Terimakasih, guys. Aku hanya perlu waktu," kata Bintang, tersenyum lembut.

Gisel dan Rima memandang Bintang dengan pengertian, mereka tahu bahwa Bintang perlu waktu untuk dirinya sendiri. "Oke, Bin. Kita akan mendukungmu apapun yang terjadi," ~ Gisel

Bintang sedikit lega, dia tahu bahwa dia bisa mengandalkan Gisel dan Rima. Namun, dia juga tahu bahwa dia harus berhati-hati dalam menghadapi situasi yang sebenarnya, terutama dengan Farel yang tampaknya masih memiliki perasaan padanya.

...----------------...

Sesuai isi pesan dari Farel, setelah Gisel dan Rima pulang kerumahnya masing-masing, Bintang bersiap untuk menemui Farel diwisata Peje yang tidak terlalu jauh dari area sekolahan. Dengan motor matic yang biasa dia tunggangi saat Daddy dan Mommy masih ada, dia meluncur kelokasi.

"Aku datang karena aku tidak cemburu," seru Bintang ketika dia telah sampai dilokasi dan berdiri dihadapan Farel yang duduk diatas motor hijau sport miliknya.

Farel tersenyum manis dia berharap Bintang akan terpesona. "Tambah cantik saja, Bin,"

Bintang mendesis. "Pesanku, jauhi Gisel, dia tidak pantas berhubungan denganmu. Gisel terlalu baik untukmu,"

"Wow! Ceritanya mau jadi pahlawan ya," Farel menjawil dagu Bintang, membuat Bintang sedikit menjauh.

"Sorry, kurasa pembuktianku ini sudah cukup. Jadi aku akan pula... A.. Rel, apa sih? Lepas!" Baru saja akan berbalik badan dan pergi, Farel menarik lengannya, membuatnya menabrak dada Farel dan masuk kedalam dekapannya.

Dan tidak jauh dari mereka, tepatnya diwarung yang tak jauh dari Farel memeluk Bintang, seseorang mengeratkan giginya hingga berbunyi, tangannya mengepal dan siap meninju apa saja saat semata-mata menyaksikan keromantisan Farel dan Bintang yang berpelukan. Dia tidak lain adalah Zo Paksa.

Zo beranjak dan mengambil kerikil, tak segan melemparnya dan tepat sasaran, lemparannya jatuh dibokong motor Farel.