NovelToon NovelToon
Terjebak Dalam Dunia Pria Yang Mengaku Suamiku

Terjebak Dalam Dunia Pria Yang Mengaku Suamiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Dosen / Time Travel / Dokter Genius / Cinta Beda Dunia / Penyeberangan Dunia Lain / Dark Romance
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Azida21

bijak dalam memilih bacaan!


"Kamu... siapa?" bisik Zeya lirih, tangan kirinya memegangi kepala yang berdenyut hebat.

Pria itu tersenyum lembut, menatapnya seolah ia adalah hal paling berharga di dunia ini.
"Aku suamimu, sayang. Kau mungkin lupa... tapi tenang saja. Aku akan membuatmu jatuh cinta lagi...seperti dulu."

*****

Zeya, seorang mahasiswi kedokteran, tiba-tiba terbangun di dunia asing. Ia masih dirinya yang sama,nama, wajah, usia..tak ada yang berubah.

Kecuali satu hal, kini ia punya suami.

Ares Mahendra. Dosen dingin yang terlalu lembut saat bicara, terlalu cepat muncul saat dibutuhkan… dan terlalu mengikat untuk disebut sebagai “suami biasa.”

Zeya tidak mengingat apa pun. Tapi dokumen, cincin, dan tatapan Ares terlalu nyata untuk disangkal. Ia pun mulai percaya...

Hingga satu rahasia terkuak,zeya bukan istri nya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Azida21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3 – Semangkuk Bubur dan Tatapan yang Tak Bisa Lari

"Aku buatkan bubur untukmu," ucap Ares sambil meletakkan semangkuk bubur hangat di depan Zeya.

Uap pelan mengepul dari mangkuk porselen putih itu. Aromanya sederhana tapi menggoda, seperti sesuatu yang biasa dimasak oleh seorang ibu,atau seseorang yang mengenal kebiasaanmu sejak lama. Zeya duduk diam di kursinya, masih dengan piyama dan rambut setengah kering yang menjuntai ke bahunya.

"Terima kasih," ucapnya pelan. Suaranya hampir tenggelam oleh keheningan malam.

Tangan mungilnya meraih sendok, mencoba fokus pada bubur yang mengepul itu, meski pikirannya masih kacau. Ia bahkan belum tahu harus merasa apa terhadap pria ini,pria yang menyebut dirinya suami.

"Apa kepalamu masih terasa pusing?" Ares duduk di seberangnya. Tatapannya intens, nyaris seperti membedah isi kepala Zeya hanya dengan pandangan.

Zeya menggeleng pelan. "Sudah mendingan."

"Baguslah," gumam Ares, suaranya rendah dan terdengar seperti desahan lega. "Cepat sembuh ya, Sayang. Aku ingin kita bisa kembali melakukan hal-hal menyenangkan bersama."

Zeya mengerutkan kening. "Hal menyenangkan apa maksudmu?"

Ares hanya tersenyum tipis. Senyum itu misterius dan ambigu. Tidak ada kehangatan dalam nada bicara Ares."Nanti kamu juga akan tahu."

Zeya tak membalas. Ia hanya menunduk, mulai menyendok bubur perlahan. Suap pertama langsung memenuhi mulutnya dengan kehangatan,rasanya tidak terlalu asin, tekstur nya juga lembut,memudahkan Zeya makan dengan nyaman.

Tapi perasaan di dadanya tetap asing. Rumah ini terlalu sempurna. Laki-laki itu terlalu tenang. Dan dirinya... terlalu bingung untuk mencerna semuanya sekaligus.

"Habiskan makanan mu. Aku akan menunggu sampai kamu selesai," ucap Ares sambil menyandarkan tubuhnya di kursi. Tatapannya tak pernah lepas dari wajah Zeya.

Zeya menyuap perlahan, berusaha tak peduli, meski sorotan mata Ares membuatnya salah tingkah. "Kamu nggak makan juga?"

"Aku sudah makan lebih dulu," jawab Ares ringan. "Sengaja cepat-cepat, supaya bisa mengawasi mu makan."

Zeya berhenti mengunyah sejenak. Jantungnya berdetak sedikit lebih cepat. Ucapan itu... aneh. Manis, tapi juga agak membuat bulu kuduknya berdiri. Seolah, apapun yang ia lakukan, akan selalu dalam pengawasan Ares.

"Kamu nggak perlu repot begitu. Aku bisa makan sendiri. Kamu istirahat saja."

Ares menggeleng dengan tenang. "Aku tidak akan pernah meninggalkanmu sendiri, Sayang. Terutama sekarang."

Zeya terdiam. Ada sesuatu dalam intonasi suaranya yang membuat perutnya menegang. Seolah kalimat itu bukan hanya janji, tapi... peringatan.

Ia memalingkan wajah, fokus lagi ke bubur di depannya. Suapan demi suapan masuk ke mulut, tapi pikiran Zeya justru semakin jauh mengembara.

"Boleh aku tanya sesuatu?" ucapnya, ragu-ragu.

"Hmm?" Ares menjawab tanpa berpaling.

"Apa... aku masih kuliah?"

Ares mengangkat sedikit alisnya, lalu mengangguk. "Tentu. Kenapa kamu bertanya begitu?"

"Dan... jurusanku masih kedokteran?"

Kali ini, Ares tersenyum. Bukan senyum penuh misteri seperti sebelumnya. Tapi senyum yang... nyaris hangat. "Ternyata kamu masih ingat."

Zeya menunduk dalam. Tapi justru itu yang membuatnya gelisah. Kenapa semuanya terasa begitu persis seperti kehidupannya sebelumnya? Kuliah kedokteran, kamar yang nyaman, bahkan bubur dengan rasa yang familiar.

"Bagaimana mungkin aku membawa seluruh kehidupan lamaku ke dunia yang berbeda?,Atau... aku tidak benar-benar berpindah dunia? Apa ini hanya mimpi?"pikir zeya dalam hati,segala kemungkinan mulai terpikir dalam benak nya.

"Kenapa termenung?" tegur Ares lembut, meski tetap dengan nada yang membuat Zeya tak bisa membantah. "Cepat habiskan buburmu."

Zeya mengangguk pelan dan kembali makan. Beberapa suap lagi, dan mangkuk itu pun nyaris kosong. Ia menurunkan sendok, menyandarkan tubuh ke sandaran kursi.

Ares mendekat sedikit, lalu mengulurkan tangan, menyentuh pucuk kepala Zeya.

Jari-jarinya besar tapi hangat. Ia mengelus pelan rambut Zeya yang masih sedikit lembap. "Istriku yang manis..." bisiknya.

Zeya tak berkata apa-apa. Tapi hatinya kembali berdegup tak menentu. Ia bahkan tak tahu harus menjauh atau membiarkan saja.

"Kenapa pria ini begitu yakin bahwa aku miliknya?,Kenapa semuanya terasa akrab, tapi hatiku merasa asing?

Zeya menatap mangkuk bubur yang kini kosong. Ia tak lapar lagi. Tapi pikirannya justru semakin kenyang oleh pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab.

Ares berdiri perlahan, lalu mengangkat mangkuk dan sendok. "Aku akan membereskannya. Kamu bisa kembali ke kamar kalau ingin istirahat."

Zeya berdiri pelan. "Ares..."

"Hmm?"

"Apa aku... pernah bahagia bersamamu?" tanyanya tanpa sadar.

Ares membeku sejenak, sebelum akhirnya menoleh. Mata itu...mata yang biasanya tenang dan penuh kendali,kali ini tampak menyimpan luka yang tidak Zeya pahami.

"Kamu pernah sangat bahagia bersamaku," jawabnya pelan.

Kemudian, tanpa menunggu reaksi, Ares melangkah pergi menuju dapur.

Zeya berdiri diam di ruang makan, tatapannya mengikuti punggung pria itu yang menjauh. Kalimatnya menggantung di udara, menancap di benaknya.

Pernah.

Pernah sangat bahagia.

Tapi... kenapa sekarang semuanya terasa kosong?

Dan saat Zeya berbalik menuju tangga, matanya tanpa sengaja menangkap bingkai foto di dinding lorong. Dalam foto itu, dirinya tersenyum lebar di samping Ares yang merangkulnya dari belakang. Wajahnya bahagia. Matanya berbinar.

Tapi Zeya tak mengingat satu detik pun dari momen itu.

Dan itu... jauh lebih menakutkan dari mimpi buruk manapun.

1
Gedang Raja
bagus
Azida21: terimakasih🥰
total 1 replies
Kem mlem 🍨🍨🍨
Gimana sih thor, nggak sabar ni...
Azida21: Sabar yah,Author usahain update bab nya banyak hari ini❤️
total 1 replies
Kami
Bener-bener nggak bisa berhenti baca!
Azida21: terima kasih sudah baca,di tunggu kelanjutan nya yah🤭
total 1 replies
kawaiko
Jauh melebihi harapanku.
Azida21: terima kasih☺️,Author senang kalau kamu puas dengan karya nya☺️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!