Nayanika memang tidak pandai mencari kekasih, tapi bukan berarti dia ingin dijodohkan.
Sialnya, kedua orangtuanya sudah merancang perjodohan untuk dirinya. Terpaksa Naya menikah dengan teman masa kecilnya itu, teman yang paling dia benci.
Setiap hari, ada saja perdebatan diantara mereka. Naya si pencari masalah dan Sagara si yang paling sabar.
⚠️NOTE: Cerita ini 100% FIKSI. Tolong bijaklah sebagai pembaca. Jangan sangkut pautkan cerita ini dengan kehidupan NYATA.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon widyaas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
"Nay Nay! Besok aku pulang loh! Kamu mau oleh-oleh apa nih?!"
Naya tersenyum lebar mendengar seruan Loli. Dia sudah sangat merindukan sahabatnya yang satu ini.
"Boleh request?!" tanya Naya dengan mata berbinar.
"Boleh dong!"
"Umm ... aku mau coklat! Terserah apapun itu, asal makanan khas Jerman!"
"Gak mau baju? Baju di sini cantik-cantik banget! Cocok buat kamu Nay Nay!"
"Makanan aja, Lol. Yang banyak tapi."
Loli mengangguk di seberang sana. Gadis itu sedang berada di luar untuk membeli oleh-oleh, makanya dia langsung menghubungi Naya. "Oke kalau begitu! Bye bye, sampai ketemu di sana ya!"
Naya melambaikan tangannya dengan riang. Dan setelah itu, sambungannya terputus.
"Sayang, aku ke luar sebentar." Sagara datang tiba-tiba dan mengecup kening Naya. Gadis itu sedang rebahan di sofa depan TV.
"Mau ke mana? Beliin bakso, ya?"
"Gak ingat apa kata Rahayu kemarin? Yang lain aja, jangan bakso," kata Sagara.
"Ya udah terserah!" ucap Naya pada akhirnya.
"Aku pergi dulu, kalau ada apa-apa langsung telpon, oke?"
"Jangan lama-lama, ya."
Sagara mengangguk, dia mengelus kening Naya sebelum keluar dari rumah dan melajukan mobilnya.
"Katanya libur kerja, kok malah pergi?" cibir Naya. Dia mengambil remot TV untuk mengganti channel nya.
Drrtt drrtt
Naya menoleh ke arah ponselnya yang tergeletak di atas meja. Dengan malas dia meraihnya dan melihat siapa yang menelpon.
"Nomor asing? Siapa?" gumam Naya. Karena penasaran, Naya pun menjawabnya.
"Halo?"
"Nona Naya, sudah lama saya tidak menyapamu."
Ah, Felix ternyata. Pantas saja tidak ada namanya, orang dia tidak menyimpan nomor pria itu.
"Ada apa, Pak?"
"Bisa kita ketemu sekarang? Saya baru pulang dari Bali kemarin dan ada oleh-oleh buat kamu."
"Oleh-oleh apa? Makanan?" Mata Naya berbinar.
"Banyak. Ada makanan, aksesoris, dan yang lainnya. Kalau kamu mau, saya tunggu di taman kota. Bagaimana?"
"Saya ke sana sekarang!" ucap Naya kegirangan.
Di seberang sana, Felix tersenyum. "Ya, saya tunggu. Hati-hati."
Setelah sambungannya terputus, Naya langsung menyambar cardigan nya dan juga tas selempang. Gadis itu hanya memakai kaos putih polos dengan celana pendek di atas lutut juga dipadukan cardigan panjang se lutut, rambutnya dia cepol asal. Simpel, tapi Naya terlihat lebih cantik dengan penampilan seperti ini.
Setelah menempuh perjalanan hampir 15 menit, Naya pun sudah sampai di taman kota. Terlihat ada Felix yang sudah duduk di sebuah bangku di sana.
"Tunggu sebentar ya, Pak. Kalau Bapak mau santai-santai dulu boleh," ucap Naya pada sang supir. Tanpa menunggu balasan, Naya segera keluar dan menemui Felix.
"Pak Felix," panggil Naya.
Felix yang duduk membelakangi Naya pun menoleh. Dia tersenyum dan menyuruh Naya untuk duduk di sampingnya.
"Mana oleh-olehnya?" tanya Naya tanpa tau malu. Bukankah dia memang tidak punya malu?
Felix terkekeh mendengar ucapan Naya. Dia pun memberikan 3 paper bag besar pada Naya.
"Hah? Banyak banget! Ini nggak apa-apa?" tanya Naya. Dia jadi tidak enak sekarang.
"Itu sedikit. Kalau kamu mau lagi, saya belikan buat kamu," ujar Felix.
"Ini aja kebanyakan! Ikhlas gak kasihnya?" tanya Naya.
Felix mengangguk. "Saya memang beli buat kamu. Di dalam ada banyak makanan, pasti kamu suka."
Naya menggaruk pipinya. "Umm ... makasih banyak, Pak. Padahal kita baru kenal," ujar Naya.
"Saya emang mudah akrab dengan orang baru. Melihat kamu, saya jadi teringat adik saya," ucap Felix, dia tersenyum tipis dan menerawang jauh ke depan sana.
"Oh ya? Terus adik Bapak ke mana?" tanya Naya.
Felix hanya tersenyum saja. "Panggil nama aja, Nona. Saya gak setua itu," katanya. "Jangan terlalu formal juga. Bicara santai aja."
Naya mengangguk paham. "Kamu mau langsung pulang?"
"Kalau kamu sendiri gimana?" Felix menoleh ke arah Naya.
"Mau pulang aja."
Felix mengangguk paham. "Mau diantar?" tawarnya.
"Gak perlu, aku sama supir tadi." Naya beranjak berdiri, begitupun Felix. "Makasih banyak oleh-olehnya, aku jadi bingung balas nya gimana, hehehe..."
"Sama-sama, semoga kamu suka. Banyak jajanan di sana, jangan lupa dihabiskan," balas Felix. Dia menepuk-nepuk puncak kepala Naya.
Naya mengangguk antusias. "Sekali lagi terimakasih, Felix! Aku pergi dulu, ya!"
Felix melambaikan tangannya pada Naya yang berlari ke arah mobil gadis itu. Selalu sama seperti awal mula pertemuan mereka. Cara berlari Naya membuat Felix terkekeh geli. Terlihat begitu menggemaskan.
"Cantik," gumamnya. "Tapi sudah punya orang." Dia tertawa.
"Mengambil milik orang lain? Hmm ... tidak buruk juga," lanjutnya dan tersenyum miring.
****
"Loh, Alzio?" Naya mengerutkan keningnya saat melihat Alzio sedang duduk di kursi yang ada di teras.
Melihat sang tuan rumah sudah datang, Alzio pun berdiri.
"Kamu ngapain?" tanya Naya kebingungan.
"Cari Pak Gara, ada? Ada yang mau saya bicarakan dengan beliau," ujar Alzio.
Naya semakin bingung. "Loh, bukannya dia ke kantor? Tadi bilangnya mau ke luar, aku kira mau ke kantor," balas Naya.
Alzio menelan ludahnya dengan kasar. Astaga, kalau begini, Naya bisa overthinking nanti dan dirinya yang akan menjadi sasaran bosnya itu.
"O-oh, iya! Saya belum nelpon Pak Gara, sih." Alzio mengusap tengkuknya sambil tersenyum canggung.
Melihat gelagat aneh Alzio, Naya semakin curiga. "Kamu beneran gak tau Mas Saga di mana?"
"Saya belum hubungi, nanti saya coba telpon beliau, mungkin benar ada di kantor. Soalnya setelah dari rumah, saya langsung ke sini," jelas Alzio.
"Gitu kah? Coba kamu telpon aja nanti, ya," ujar Naya.
Alzio mengangguk cepat, syukurlah kalau Naya percaya. "Kalau begitu saya permisi."
"Iya."
Naya terus memperhatikan Alzio hingga pria itu masuk ke dalam mobil.
"Kalau gak di kantor, Mas Saga ke mana?" gumamnya bertanya-tanya.
Alzio menghela nafas gusar. Semua yang dia katakan pada Naya adalah bohong. Jika Sagara bisa dihubungi tak mungkin dia repot-repot mendatangi pria itu di rumahnya.
Meski sudah tau tidak bisa dihubungi, Alzio tetap berusaha menghubungi Sagara. Bahkan lebih dari 10 panggilan tak terjawab darinya.
Mobilnya berhenti saat lampu lalu lintas berubah merah. Alzio berdecak kesal karena Sagara masih tidak bisa dihubungi. Matanya bergerak liar ke jalanan. Hingga saat ia menoleh ke samping, Alzio dibuat terkejut karena melihat kehadiran bosnya.
Tidak, bukan itu yang membuatnya terkejut, melainkan karena Sagara bersama Nabila di dalam mobil.
"Pak Gara dan Nabila? Bukannya hari ini gak ada jadwal pertemuan apapun?" gumam Alzio. Melihat Nabila yang tertawa tanpa beban, membuat Alzio susah untuk berfikir positif.
Bagaimana kalau Naya tau hal ini?
****
Ponsel Naya berbunyi beberapa kali. Entah siapa yang mengirim pesan spam.
Naya yang sedang menikmati oleh-oleh dari Felix pun merasa terganggu. Dengan malas ia menyalakan ponselnya dan mengecek siapa yang mengirim pesan.
08632xxxxxxx: Send 5 pict
"Banyak banget, foto apa?" gumamnya lalu menekan pesan tersebut dan melihat foto apa yang dikirim.
Deg!
Jantung Naya berpacu dengan cepat. Matanya memanas melihat dua insan yang ada di foto tersebut. Nafas Naya memburu, kecewa, sedih, dan marah menjadi satu hanya karena foto tersebut.
Jika hanya satu foto, tentu Naya tidak akan percaya begitu saja, tapi ini ada lima foto dan semuanya tidak ada ciri-ciri editan.
"Gak mungkin...," lirih Naya. Tangannya yang memegang ponsel terlihat gemetar dan terasa dingin saking terkejutnya dia.
Berulang kali Naya mengucek matanya untuk memastikan apa yang dia lihat, tapi tetap saja tidak ada yang berubah sama sekali.
Seketika Naya membanting ponselnya tanpa belas kasih sampai berbunyi brak! Dia menutup wajahnya dengan kedua tangan yang bergetar. Berusaha menahan air mata yang mendesak keluar. Inilah yang Naya takuti ketika menikah.
"Sagara sialan!" desisnya penuh amarah.
Di foto itu, ada Sagara yang merangkul Nabila. Terlihat mesra seperti sepasang kekasih.
bersambung...
Jangan lupa LIKE. Sampai jumpa besok lagiiii😗