Si Gadis Dingin bernama Zea yang menghadapi banyak masalah didalam keluarganya , menyebabkan dirinya menjadi seorang yang selalu menyendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RANIYAH FAZILA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KASIH SAYANG UNTUK ZEA
Zea terbangun dari tidurnya, matanya mengeluarkan air. Zea bermimpi sedih sampai-sampai menangis.
Zea melihat kakaknya Leo dan Roy, matanya masih berkaca-kaca.
"Untung tadi cuma mimpi" gumam Zea masih menangis.
"Zea nggak mau kehilangan kalian kak Johan, kak Leo, dan kak Roy" ucapnya lirih.
Ternyata Johan sudah berada di depan pintu kamar Zea, berdiri mendengarkan gumaman Zea.
Johan masuk dan langsung mendekati Zea.
Johan memeluk Zea erat.
"Sudah ya! jangan nangis! ini cuma mimpi aja ko " kata Johan lembut.
Leo terbangun, begitu juga dengan Roy.
Roy melihat Zea menangis dipelukan Johan.
"Zea kenapa? " tanya Roy yang baru bangun dari tidurnya.
"Zea bermimpi, bangun-bangun udah nangis" jawab Johan.
Leo berjalan menghampiri mereka.
Zea melepas pelukannya.
"Zea nggak mau kehilangannya kalian bertiga, kalian nggak boleh pergi ninggalin Zea! " ungkap Zea masih menangis.
"Iya Zea, kakak nggak akan pergi ko" ucap Leo.
"Benar Zea, kakak nggak bakal ninggalin Zea " kata Roy.
Zea memeluk kakak-kakaknya erat.
"Beneran ya? kalau nggak Zea bakal marah nih" tanya Zea.
"Iya Zea" ucap Johan.
Zea menatap kakak-kakaknya, hati Zea masih merasa sedih.
"Kalau mau nangis, nangis aja Zea" kata Leo.
Zea yang sudah tidak bisa menahan air matanya pun menangis.
Hingga beberapa saat, tangis Zea mulai reda.
"Oh iya, Zea makan dulu ya! " ungkap Johan yang sudah memegang mangkuk sup ditangannya.
Zea mengangguk dan tersenyum, senyuman yang manis.
Johan menyuapi Zea sampai makanannya habis.
"Kakak-kakak sudah makan? " tanya Zea.
"Sudah Zea" jawab Johan.
"Belum" jawab Leo.
"Hehehe, belum " jawab Roy.
"Kalau gitu, kak Leo dan kak Roy makan dulu aja " ucap Zea.
Mereka berdua menganggukkan kepala dan segera makan.
Johan menemani Zea menonton TV. Zea terlihat tenang, bersandar di sebelah Johan.
Zea tertawa beberapa kali. Johan merasa senang karena Zea tidak memikirkan mimpinya tadi.
Setelah sekian lama menonton, Zea merasa bosan. Terlihat dari ekspresi wajahnya. Johan mengajak Zea memanah, Zea langsung bersemangat.
Johan menggandeng tangan Zea.
Johan mencontohkan Zea bagaimana caranya memanah. Zea terlihat sangat serius. Zea mencoba, tapi anak panahnya meleset.
Walaupun tidak semudah itu melakukannya, Zea tetap berusaha berulang kali. Detik berikutnya, anak panah Zea berhasil mengenai sasaran.
"Huh.. akhirnya Zea bisa juga" kata Zea sambil mengusap keringatnya yang bercucuran.
"Zea hebat! " ucap Johan.
Setelah memanah, Johan mengajak Zea berkuda.
Johan mengambil kudanya, begitu juga dengan Zea.
Mereka menaiki kudanya masing-masing.
"Siap! tiga, dua, satu " kata Johan sedikit menaikkan volume suara.
Kuda berlari dengan penunggang di atasnya, Johan melirik ke arah Zea.
Zea menatap Johan.
Mereka berhenti berkuda, mengembalikan kuda masing-masing ke kandangnya.
"Seru sekali! " seru Zea gembira.
"Iya dong! " ucap Johan, berkeringat.
Zea mengusap keringat Johan dengan handuk.
Zea menggandeng tangan Johan, menuju ke arah kursi untuk duduk. Zea memberikan air kepada Johan.
Johan meminum air itu sampai habis, Johan merasa sangat haus. Zea juga minum air karena haus.
"Eh...kak" kata Zea, air minumnya diambil oleh Johan.
Johan meminum air Zea sampai habis.
"Padahal Zea baru minum sedikit... " ungkap Zea cemberut.
"Nih" Johan memberikan air lagi untuk Zea.
Zea meminumnya sampai habis tak tersisa, Zea juga merasa sangat haus.
Mereka berdua beristirahat sejenak, menikmati angin yang menerpa wajah mereka.