Betapa hancur hati seorang Alia ketika mendapat tuduhan sebagai pencuri dari Tantenya sendiri, namun yang paling menyakitkan adalah ketika Arya tunangannya percaya akan hal itu.
sehingga untuk membuktikan kebenarannya dilakukanlah ritual oleh seorang dukun, sebuah jarum dimasukkan kedalam sumur, dan siapapun yang menyentuh air sumur itu dan terbukti bersalah maka jarum akan menusuk tubuhnya sampai menemui ajal.
dan hingga akhirnya sampai alia meninggalkan kampung tersebut karena kenyataan anak dari Tantenya telah merebut sang kekasih darinya, dan bagaimana selanjutnya siapakah sebenarnya pencuri itu dan bagaimana kisah cinta dan kesuksesan Alia ikuti kisah serunya disini
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muliati Sherina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Akhirnya di temukan
Bu sari duduk di teras, memandangi Naina putrinya yang baru berumur enam tahun, sungguh di usianya yang menginjak kepala empat, Tuhan menitipkan kembali, adik untuk Raina, yang saat itu telah duduk di bangku SMU.
Naina putri kecilnya, memang bagaikan seorang putri, sangat cantik, matanya bulat bersinar, hidungnya mancung, kulit putih bersih, rambut ikal yang panjang, benar benar bagaikan seorang putri.
Tak ada yang tidak memuji kecantikan Naina, dia selalu diam tak berkata kata, hanya mengangguk dan menggeleng jika di tanya, siapa yang menyangka jika gadis itu bisu.
Karena kebisuannya juga, dia hanya menunjuk nunjuk kearah pohon nangka di sudut rumahnya ketika ditanya perihal cincin nya yang hilang, pohon yang sejurusan dengan rumah Alia, sepupunya.
Bagaimana Bu sari tidak marah, kehilangan cincin Naina, cincin itu dari emas putih yang memiliki permata batu akik, yang di peroleh dari seorang tabib cina, katanya batu itu berkhasiat obat yang bisa merangsang otot otot di mulut Naina, agar bisa berbicara.
Cincin dengan permata batu akik itu, kata sang tabib Sangat langkah, diperoleh dari pertapaan bertahun tahun, makanya Bu sari rela merogoh koceknya dalam dalam demi kesembuhan anaknya.
Dan sampai hari ini pun, dia tidak terima, tidak ikhlas akan cincinnya yang hilang, yang menurut dia diambil oleh Alia, tapi mengapa sampai hari ini, jarum penunggu di dalam sumur tidak memberikan reaksi apa apa.
Naina masih asyik bermain sendiri, Bu sari memperhatikan selokan kecil di samping rumahnya, banyak sampah menyumbat jalannya air, daun daun kering, sampah sampah plastik mengganjal ditepi tepi selokan.
Diambilnya sendok sampah dan sepotong kayu untuk menaikkan sampah, tapi sampah itu seperti sudah karatan, sudah lama memenuhi aliran air.
Kayu bambu yang dipakainya patah, plastik usang bau got melayang ke wajahnya, dan sebuah benda kecil agak keras memantul di jidatnya, dilihatnya benda kecil itu seperti cincin, di ambilnya benda itu, benar cincin.
Emas putihnya masih terlihat, permata berwarna merah sudah Kumal terbalut tanah basah yang menghitam.
Bu sari segera membawa cincin itu masuk ke kamar mandi, di bersihkan, dan di sikat dengan sabun sampai kinclong.
"Ya Allah, dari mana datangnya cincin ini, bagaimana mungkin bisa ada di selokan.
Suara Rania terdengar memanggilnya, buru buru keluar menyambut kedatangan anaknya.
"Rania, lihat ini cincin Naina sudah ketemu.
"Apa?, Rania melotot tak percaya, tapi Bu Rania takut, bagaimana dengan ritual Mbah Sarwo.
"Alaa, itu kan untuk nemu pencurinya, ini kan barang kita sendiri, ya nggak mungkin kita yang nyuri kan.
mereka kemudian bergegas menemui naina, dan berusaha memasukkan cincin itu ke jari Naina, tapi cincin tak bisa di masukkan lagi, jari gadis kecil itu sudah bertambah besar.
"Gimana Bu, cincinnya sudah kekecilan, ucap Rania.
"Besok kita jual saja ke toko emas, pasti harganya mahal, ibu belinya saja mahal.
...****************...
Besoknya pagi pagi sekali Bu sari dan Rania pergi ke toko perhiasan di dekat pasar untuk menjual cincin yang sudah lama hilang.
"Ada yang bisa kami bantu, ucap penjaga toko.
"Ini mbak, kira kira harganya berapa ya, ucap Bu sari memperlihatkan cincinnya.
"Ada suratnya Bu.
"Maaf mbak, suratnya hilang.
kemudian penjaga toko mengambil cincin dari bu sari, memperhatikan dengan kaca pembesar lalu menimbangnya.
"Ini emas putih Bu, kalau di jual harganya nggak sampai tiga ratus ribu.
"Apa?, tiga ratus ribu, semurah itukah, tapi permatanya, itu batu akik yang langkah, harganya mahal loh.
"Mahal dari mananya Bu, itu bukan batu akik, itu batu biasa, tidak berharga sama sekali kalau ibu tidak percaya bisa di cek di toko sebelah, jelas penjaga toko.
Kaki Bu sari terasa lemas tak bisa menumpuh badannya, rasanya lunglai ingin jatuh saja tatkala mendengar penuturan penjaga toko, seingatnya batu itu di beli dengan harga sepuluh juta, dan sekarang hanya di hargai tidak sampai tiga ratus ribu.
Raina memapah ibunya yang hampir jatuh, pasti sakit hati Bu sari mengetahui kebenarannya, jadi orang yang mengaku tabib cina itu penipu.
Bu sari tak bisa menahan kekesalannya dia menangis tanpa air mata, dia terluka tanpa berdarah, "Sakit, sakit hati ibu ran, ibu sudah ditipu, ucapnya penuh drama.
Akhirnya dengan sangat terpaksa Bu sari menerima hasil pembelian cincinnya tiga ratus ribu, itupun karena rasa kasihan dari penjaga toko, karena harga jualnya hanya dua ratus lima puluh ribu rupiah.
Akhirnya Bu sari dan Rania hanya bisa pasrah, mau gimana lagi, di simpan juga percuma, tapi dia masih tidak habis pikir bagaimana bisa cincin itu di temukan di tempat dan waktu yang tidak pernah di sangka sangkanya.
Akhirnya penemuan cincin yang hilang beberapa waktu lalu tersebar juga di kampung Sekar Sari, akhirnya waktu yang membuktikan kebenaran itu.
"Bagaimana Bu sari, cincinnya sudah ketemu, jadi sudah terbukti kalau bukan Alia pelakunya, ucap Bu RT, saat mereka berkumpul di abang penjual sayur.
"Siapa bilang bukan Alia Bu, bisa saja kan untuk menghilangkan bukti cincinnya di buang, buktinya saya Nemu di selokan.
"Bisa jadi, cincin itu terjatuh, saat Naina sedang bermain lalu ikut terbawa arus air selokan, lanjut Bu Tini tetangga mereka.
"Kasihan Alia dituduh pencuri, dan harus kehilangan tunangannya pula ucap yang lain.
"Apa sih, ibu ibu ini, saya tidak menuduh, ibu ibu, ini kenyataan, kalau soal tunangan, Alia memang tidak pantas, Bu sari kemudian menaruh sayuran yang dipegangnya dengan paksa lalu pergi dengan wajah kusut.
"Kenapa Bu, ucap Arya yang kebetulan sedang ada di situ.
"Masa, ibu ibu itu bilang, saya menuduh Alia mencuri.
"Ah sudahlah Bu, itu memang kenyataan, saran Arya, sebaiknya ibu meminta maaf, takutnya nanti terjadi apa apa.
"Maksud kamu apa nak, kamu tidak tau saja siapa Alia itu, ibu yakin dia tau kalau cincin itu palsu, makanya dia melempar nya ke selokan, bagaimana ceritanya benda itu ada di sana, tidak masuk akal.
Mengapa setelah cincin itu ditemukan, justru dia merasa tersudut, orang orang justru menyalahkan dan membela Alia.
"Aaghh, teriak Bu sari, tak habis pikir dengan apa yang terjadi hari ini, mengapa tak ada yang membelanya, mengapa justru Alia yang seolah menjadi korban, belum lagi uangnya yang ditipu oleh tabib gadungan itu, membuatnya semakin stress.
Baginya uang sepuluh juta itu tidak sedikit, tapi demi kesembuhan putrinya dia rela mengeluarkan uang itu, dan sekarang tanpa hasil, Naina tak sembuh, uang sepuluh juta melayang.
Lalu sekarang siapa coba yang menjadi korban, dirinya yang menjadi korban, dirinya yang teraniaya, akhirnya Bu sari hanya duduk sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal, sampai ketombe ketombenya berjatuhan.
Wahh meleyot gak tu si alya