Last Punishment : DEATH

Tak berselang lama, terdengar suara seseorang yang mengetuk pintu kamar mereka. Abimanyu menghapus air matanya dan bergegas membuka pintu itu.

"Abi. Anak buah Chaturvedi sudah tiba, " ucap Karan, paman Abimanyu. Mendengar itu, Rasika terkejut dan mulai kebingungan.

"Baik paman. Katakan pada mereka untuk menunggu ku sebentar." Karan langsung pergi untuk menyampaikan pesan Abimanyu.

"Abi, kau mau kemana bersama anak buah pak Chaturvedi?"

"Dia mengajak ku untuk pergi membersihkan nama baikku." Walau hanya masalah kecil, tapi Rasika tetap merasa khawatir. "Abi, aku tidak mau kau menyakiti orang lain, " ucap Rasika. "Kau tenanglah Rasika. Aku bukan lah Gaurav yang menghukum siapa saja yang berbuat dosa, " sahut Abimanyu yang langsung keluar meninggalkan kamar. Rasika kembali kebingungan. Dia terus memikirkan cara agar bisa menyadarkan Abimanyu yang terpedaya oleh Chaturvedi.

Sementara itu, Abimanyu bersama Diljit anak buah Chaturvedi pergi ke kantor polisi. Setibanya di sana rupanya Chaturvedi sudah di sana, dengan menahan Prasad dan juga Prathap yang nampak babak belur habis di pukuli. Abimanyu merasa kebingungan saat melihat mereka berdua lemah tak berdaya.

"Pak. Apa ini?"

"Kau bilang ingin membersihkan nama mu kan?"

"Tapi bukan begini caranya pak. Aku tidak ingin menyakiti mereka berdua. Aku tau mereka juga menjebakku dan bekerja sama dengan Gaurav, t-tapi.. "

"Abi. Kau ini seorang polisi.. Mana Abimanyu yang tegas dan berani itu? Kenapa mendadak dia menjadi lemah seperti ini?"

"Pak ini bukan soal kelemahan atau ketegasan. Kita bisa selesaikan dengan kepala dingin. Tujuan kita hanya menangkap Gaurav lalu memenjarakannya. Tapi kalau gini caranya-"

"Sudah Abimanyu. Ikuti saja perkataan ku, " ucap Chaturvedi. Ia juga meminta Prathap untuk menelpon Gaurav guna memancingnya. Awalnya Prathap menolak karena tidak mau membahayakan nyawa Gaurav, tapi setelah mendapatkan satu pukulan Prathap pun tak berdaya dan menuruti kemauan Chaturvedi.

...***...

"Halo Prathap. Ada apa?"

"Ga-gaurav. Kau di mana?"

"Aku sedang di jalan. Ada apa?"

"Kemarilah. Ada hal penting yang harus kita bahas, "

"Apa yang mau di bahas?"

"Ini soal kasus ancaman pada pak Sutarji." Mendengar itu, Gaurav sedikit merasa kebingungan. "Ah baiklah. Aku akan segera ke sana, " sahut Gaurav yang kemudian mengkahiri panggilan itu. Sepanjang perjalanan, Gaurav terus memikirkan perkataan Prathap. Dia juga merasa ada yang tidak beres dengan cara bicara Prathap.

"Nada bicara Prathap tidak seperti biasanya. Dia seperti ketakutan. Dan kasus ancaman? Pak Sutarji? Siapa dia, dan kasus apa?" batin Gaurav. Namun tiba-tiba, Gaurav menyadari satu hal. Setiap kali mereka membahas soal Chaturvedi, Gaurav menggunakan nama Sutarji sebagai nama samaran agar tidak ada yang mencurigai mereka. Kasus ancaman, itu mengartikan bahwa Prathap di bawah pengaruh ancaman. Gaurav pun mengetahui bahwa saat ini Chaturvedi berada di kantor dan kini mengincar dirinya. Gaurav ingin sekali kabur, tapi dia tidak mungkin meninggalkan Prathap dan juga Prasad.

Gaurav tiba di kantor polisi, dan benar saja. Chaturvedi dan puluhan anak buahnya langsung mengepung mobilnya. Gaurav di paksa keluar sambil mengangkat kedua tangannya. Dia pun di giring masuk ke dalam kantor untuk menemui Chaturvedi.

"Gaurav, Gaurav.. " ucap Chaturvedi sambil tertawa dan mendekatinya.

"Untuk pertama kalinya aku ingin sekali memberikan tepuk tangan kepada penjahat negara seperti mu, "

"Simpan saja tepuk tangan itu untuk dirimu sendiri. Bukan kah kau penjahat negara itu?"

"HEI, " tegur Diljit yang ingin menghajar kepala Gaurav. Namun Gaurav langsung menahan pukulan itu.

"Apa gunanya kau sebagai pejabat menteri tapi kau hanya bisa melecehkan, membunuh, bahkan memakan uang rakyat. Aku turut bersyukur atas kematian istrimu, dengan begini dia tidak melihat betapa bejatnya aksi suaminya selama di belakangnya, " gumam Gaurav. Cahturvedi merasa di permalukan, dia lalu meminta anak buahnya untuk memulai membersihkan nama Abimanyu.

Prasad di minta untuk mengakui seluruh kesalahannya dan mengungkapkan kebenaran tentang Gaurav. Serta membersihkan nama baik Abimanyu.

"Berhenti, " ucap Gaurav.

"Paman Prasad dan Prathap tidak bersalah. Mereka hanya menjalankan apa yang ku perintahkan, " ucap Gaurav membela Prasad dan Prathap. Chaturvedi lalu meminta anak buahnya untuk melepaskan ikatan Prasad dan Prathap. Dan kini, Gaurav yang berbicara di depan kamera bersampingan dengan Abimanyu.

"Namaku Gaurav. Aku merupakan pembunuh asli yang melibatkan banyak nya kematian pejabat. Bukan cuma para pejabat, anak-anak mereka, keluarga mereka, semua aku yang melakukan nya sendiri. Selama dua tahun ini, aku menjalankan aksi ku tanpa meninggalkan jejak sama sekali, "

"Apakah ini siaran langsung?" bisik Diljit pada juru kamera.

"Iya Tuan." Gaurav yang tadinya ingin berhenti mengakui perbuatannya, mengangkatkan kepalanya saat tau bahwa ini sedang siaran langsung.

"Satu hal yang harus kalian tau. Aku melakukan ini bukan kepada sembarang orang. Aku hanya membunuh mereka yang sudah melakukan tindakan kotor di tanah air kita. Kalian semua pasti tau, kebanyakan korban ku adalah mereka yang sudah menindas kita. Merampas hak kita, melecehkan putri-putri kita, dan berlaku tidak adil terhadap kita, keluarga, dan seluruh masyarakat rendah." Mendengar perkataan Gaurav, Chaturvedi meminta kameramen untuk menghentikan siaran langsung itu. Tapi Chaturvedi telat, siaran langsung itu sudah di tonton oleh ribuan orang. Semua orang yang melihatnya terharu dengan apa yang sudah Gaurav lakukan.

"Pak, " teriak salah satu anggota polisi yang berlari masuk.

"Kenapa?"

"Ada kerumunan masa di depan pak, "

"Kerumunan masa?" Cahturvedi dan yang lainnya keluar untuk memeriksa keadaan. Ternyata banyak warga yang menutup agar Gaurav di bebaskan. Abimanyu yang melihatnya, langsung berbalik menoleh ke arah Gaurav. Terlihat Gaurav hanya duduk dengan wajah yang nampak biasa saja. Dia tidak takut di hukum mati atas perbuatannya. Dia juga siap keluar menunjukkan wajahnya kepada masyarakat.

"Pak. Kita harus segera memindahkan Gaurav ke kantor polisi pusat kota. Saya rasa di sini sudah tidak aman, " ucap Rajesh. Cahturvedi memberi izin dan Rajesh pun bergegas memerintah anak buahnya untuk menyiapkan mobil. Gaurav lalu di borgol dan di bawa keluar. Saat di luar, terlihat semua orang berteriak dan menyoraki Gaurav. Mereka terus menyebut nama Gaurav, dan banyak dari wanita lanjut usia yang memberikan doa untuk Gaurav. Tanpa kesedihan dan penyesalan, Gaurav berjalan keluar dengan senyuman yang lebar. Di tengah kerumunan, Nainaa menangis bercampur haru melihat Gaurav. Ia di puji banyak orang, tapi harus di penjara. Nainaa takut hukuman apa yang akan Gaurav dapatkan.