Rumah?
Ayra tidak memiliki rumah untuk benar-benar pulang. Rumah yang seharusnya menjadi pelukan hangat justru terasa seperti dinding-dinding dingin yang membelenggunya. Tempat yang semestinya menjadi surga perlindungan malah berubah menjadi neraka sunyi yang mengikis jiwanya.
Siapa sangka, rumah yang katanya tempat terbaik untuk pulang, justru menjadi penjara tanpa jeruji, tempat di mana harapan perlahan sekarat.
Nyatanya, rumah tidak selalu menjadi tempat ternyaman. Kadang, ia lebih mirip badai yang mencabik-cabik hati tanpa belas kasihan.
Ayra harus menanggung luka batin yang menganga, mentalnya hancur seperti kaca yang dihempas ke lantai, dan fisiknya terkikis habis, seakan angin menggempurnya tanpa ampun. Baginya, rumah bukan lagi tempat berteduh, melainkan medan perang di mana keadilan tak pernah berpihak, dan rumah adalah tangan tak terlihat yang paling kejam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @nyamm_113, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PART TIME
HAPPY READING
Serin dan Novia menatap Ayra untuk yang kesekian kalinya setelah gadis berambut panjang dengan tinggi 155 cm itu menghela napasnya, ucapan Ayra membuat mereka berdua meringis.
“Gue pengen hujat bokap lo Ay,” ucap Serin.
Novia merangkul Ayra dari samping, lalu berakata. “Tenang aja, gue bantu lo cari pekerjaan yang nga full. Bang Bima udah pulang dari luar Kota, nanti gue tanya siapa tahu ada lowongan di kafe bang Bima.”
Ayra menatap Novia dengan mata berkaca-kaca, bukankah dia sangat beruntung dalam hubungan persahabatan?
“Kamu benaran mau bantuin aku?” Tanya Ayra dengan wajah penuh harapan.
Novia mengangguk cepat dengan senyum lebar. “Iya, lo tenang aja.”
“Abang lo benaran udah pulang?” Tanya Serin dengan pelan. Senyum tipis tiba-tiba saja muncul, bahkan rona merah pada kedua pipinya terlihat dengan jelas.
Novia menatap Serin dengan satu alis terangat, mengapa Serin bertingkah seolah sedang salah tingkah. Lalu, tatapannya beralih menatap Ayra, mencoba meminta penjelasan mengapa sikap Serin tiba-tiba saja seperti itu.
“Lo kenapa, sih?” Tanya Novia sedikit meninggikan volume suaranya agar Serin berhenti bertingkah aneh di depannya.
“Iya, kamu kenapa senyum begitu? Seperti salah tingkah,” timpal Ayra.
Serin yang mendengar pertanyaan dari kedua sahabatnya pun kembali menetralkan wajahnya, benar juga ya, kenapa dia bertingkah aneh seperti itu tadi.
“Ee-ngak apa-apa, gue kenapa memangnya?”
Novia menatap Serin penuh selidik, tatapannya seolah mengendus kebohongan Serin. “Lo, jangan bilang lo naksir... bang Bima?”
Ayra ikut menatap Serin, sedangkan Serin yang ditatap seperti itu pun berusaha memalingkan wajahnya kesegala arah, menghindari tatapan kedua sahabatnya.
“He! Mau kemana lo?”
Serin meninggalkan meja kantin dengan terburu-buru hingga menghiraukan panggilan kedua sahabatanya, sepertinya Novia menyadari bahwa dia mengagumi saudara dari Novia itu.
“Serin kenapa pergi duluan?” Bisik Ayra.
&&&
Bagas tidak percaya jika Maverick kembali mengajak Kaliyah setelah sekian lama wanita itu tidak pernah ikut Maverick melihat mereka latihan basket, lalu pada hari ini Bagas dibuat risih kembali oleh Kaliyah yang sedari tadi terus saja lengket dengannya.
“Sorry, dia yang maksa ikut.” Maverick hanya tersenyum kecil.
Bagas hanya memutar bola matanya dengan malas, niat hati ingin bolos untuk tidur siang. Dia harus mendapati ujian ditengah siang bolong seperti ini dengan kedatangan makhluk seperti Kaliyah ini.
“Lo ngak masuk?” Tanya Bagas dengan pelan. Berusaha untuk tidak mendorong tubuh Kaliyah yang memeluk lengannya.
“Emang udah bel masuk, ya?” Tanyanya kembali. “Aku ngak dengar.”
“Dari tadi neng bel masuknya, lo aja yang ngak dengar karena sibuk bermanja-mana sama ici bos gue.” Lion ikut duduk di sebelah Marsel setelah dia kembali dari menuntaskan panggilan alamnya.
Mereka seperti biasa menghabiskan waktu istirahat hingga sengaja menambah waktu di rooftop sekolah, markas mereka tentunya. Kaliyah memainkan ponselnya dengan kepala yang bersandar pada bahu milik Bagas, sedangkan Bagas hanya diam saja.
“Bagas,” panggil Kaliyah masih dalam posisinya yang menurutnya sangat nyaman.
Bagas tidak menyahut, dia sibuk bermain game bersama sahabatnya. Ada Maverick, Adam, Marsel, dan Lion tentunya.
Kaliyah berdecak pelan karena Bagas tidak meresponnya, hingga dia mengubah posisi duduknya lalu menatap sepenuhnya Bagas.
“Bisa singkirin tangan lo,” pinta Bagas menatap kedua tangan Kaliyah yang mengusap lengannya pelan. Itu membuatnya risih, benar-benar risih.
“Kamu nanti mampir ke rumah aku ya, ayah sama bunda mau ketemu sama kamu.” Kaliyah menghiraukan tatapan penuh tanda tanya dari Maverick.
“Ngak.”
Kaliyah menatap kesal Bagas, belum apa-apa dirinya sudah ditolak lebih dulu. Tetapi bukan Kaliyah namanya jika tidak memaksa, dia harus berhasil mengajak Bagas bertemu dengan Syan.
“Kenapa ngak mau? Ayo dong,” rengeknya penuh dramatis.
Bagas bangkit hingga Kaliyah pun ikut, mengikuti setiap langkah Bagas hingga membuat sahabat-sahabatnya menatap heran dua si joli itu.
“Kaliyah, lo mending balik kelas sekarang.” Maverick mengerti tatapan yang dilayangkan Bagas kepadanya.
“Balik gih, nanti gue jemput lo pas pulang sekolah.”
“Bagas, mampir ya. Bentar aja,” bujuk Kaliyah tanpa menghiraukan ucapan saudaranya. Dia hanya ingin Bagas mengiyakan ajakannya, itu saja.
“Ngak, gue sibuk.” Bagas melihat ponselnya yang berdering menandakan ada panggilan masuk. “Hm?”
“Lo mendingan balik, Bagas memang sibuk hari ini,” timpal Adam.
“Ho’o, kapan-kapan kita mampir lagi ke rumah lo.”
&&&
Ayra, Serin, dan Novia memandang laki-laki jangkung didepan mereka dengan kagum. Bahakan ketiganya tidak menghiraukan sosok lain yang sedari tadi menatap mereka dengan lelah.
“A-bang kenapa ngak bilang kalau punya teman seganteng ini, sih?” lirih Novia masih dengan tatapan kagumnya.
“Gue juga mau kerja di sini,” timpal Serin. Sedangkan Ayra hanya tersenyum tipis menatap sosok didepannya yang terasa tak asing baginya seolah pernah melihat laki-laki ini.
“Kalian lucu, hahah.”
“WHAT!”
“Hahah, gue boleh baper ngak, sehhhh?”
“Ih, Serin suara kamu.”
“Ayra, mulai besok kamu sudah bisa masuk kerja.” Bima menatap Ayra dengan senyum kecilnya.
Masih ingat Bima? Kakak dari Novia yang membantu Ayra mendapatkan pekerjaan karena Novia. Kafe milik Bima sebenarnya tidak mempekerjakan seorang siswa, tapi karena mendengar cerita dari adiknya membuatnya bersimpati atas kehidupan yang dijalani Ayra.
“Iya pak, sekali lagi terimakasih banyak.” Ayra benar-benar bersyukur karena berkat Novia dia bisa bekerja di kafe ini walau harus mendengar karangan cerita dari Novia.
“Tidak masalah, hm, tolong juga jangan memanggil saya dengan “pak”. Saya belum setua itu, hahah,” tutur Bima.
“Halla, gaya lo Bima. Panggil saja dia dengan seperti itu, itu cocok untuknya.”
Ayra tersenyum kiku, menatap bingung kedua orang didepannya ini dengan mata jernihnya. Sedangan Serin tidak bisa mengalihkan tatapannya dari kedua laki-laki didepannya, bibirnya tidak berhenti tersenyum.
“Diam Rio.”
“Owh ya, sejak tadi kita satu ruangan. Tapi, belum saling mengenal ya.” Rio menjulurkan tangannya dengan maksud ingin berjabat tangan dengan ketiga siswi didepannya.
“Perenalkan, saya Rio Agisto, sahabat Bima.” Rio menatap Novia lalu tersenyum tipis. “Saya sudah tahu siapa nama kamu, abangmu selalu menceritakan tentang adik kecilnya ini.”
Novia menjadi salah tingkah sendiri, menatap Bima yang juga menatapnya dengan tatapan penuh kasih sayang.
Serin menjabat tangan Rio dengan cepat, lalu menyebutan namanya. “Salam kenal pak, a-ku Serin Alexandra.”
Rio tersenyum, kemudian menatap Ayra. “Adik cantik ini, siapa namanya?”
“A-ku Ayra Avery Calantha, salam kenal pak Rio.”
“Ayra Avery Clantha? Apa kita pernah bertemu sebelumnya ya, namamu seperti tidak asing.” Rio melepaskan tangannya lalu kembali duduk ditempatnya.
&&&
“Gue ngak ngerti sumpah, ini benaran?”
“Benar tuan muda, data itu cukup sulit saya dapatkan karena sepertinya seseorang sengaja menghapus atau menyembunyikan datanya.”
“Tapi kenapa?”
“Untuk itu saya juga tidak tahu tuan muda.”
“Lo boleh pergi.”
“Baik tuan muda, kalau begitu saya pamit.”
Pemuda itu sekali lagi menatap map yang berisikan data diri seorang yang membuatnya semakin penasaran. “Kenapa mereka menyembunyikan faktanya?”
“Gue syok, sumpah.”
BAGAS SYOK KENAPA TU?
SEE YOU DI PART SELANJUTNYA👋👋👋
keren ceritanya 👍
singgah juga di novelku ya Thor
thor . . bantu dukung karya chat story ku ya " PUTRI KESAYANGAN RAJA MAFIA "