Mafia Itu Suamiku

Bella mengedarkan pandangannya ke segala arah. Ia bingung, restoran yang begitu besar kini kelihatan sepi pengunjung.

Sebuah genggaman tangan seseorang menyadarkan Bella dari kebingungannya. "Ayo," ucap suaminya.

Bella hanya menganggukkan kepala, mengikuti langkah suaminya memasuki restoran itu.

"Kenapa restoran ini gelap?" ucap Bella, dan baru sadar suaminya ternyata sudah tidak ada di sampingnya.

"Suamiku, kamu di mana? Mencari Alex sudah pergi entah ke mana."

Restoran yang gelap membuat jantung Bella mulai berdetak kencang. Takut dan gelisah sudah pasti mulai melangkahkan kakinya ke depan dengan pelan dan waspada.

"Dor... dor... Ahkkk!" teriak Bella, menutup kedua telinganya dengan mata terpejam. Seketika, semua lampu di restoran itu menyala, memperlihatkan kemewahan dan dekorasi yang begitu cantik.

"Happy birthday!" ucap banyak orang secara bersamaan, terdengar begitu ramai di telinga Bella, hingga dengan pelan ia membuka kedua matanya.

Seketika, kedua mata Bella berkaca-kaca melihat seluruh keluarga suaminya berkumpul, menatapnya dengan bahagia.

"Aku tak menyangka, di hari yang spesial, yang mana aku lupa, ternyata mereka mengingatnya."

"Selamat ulang tahun, sayang," ucap suaminya.

Bella menatap suaminya dengan perasaan haru. "Terima kasih, suamiku."

Alex hanya mengangguk, kemudian menyerahkan sebuah buket bunga kepada Bella.

"Terima kasih, kamu telah mempertemukan aku dengan keluarga kandungku. Mungkin aku belum bisa mewujudkan keinginanmu, tapi aku berjanji, mereka akan mendapatkan balasan dari semuanya," ucap Bella, hanya bisa diungkapkan dalam hati, kemudian membuka kedua matanya, langsung meniup lilin di atas kue ulang tahun itu.

"Selamat ulang tahun, Bella, putri Jonathan."

"Sayang, selamat ulang tahun, Bella," menyambut pelukan mom Ana dengan haru.

"Makasih, mom."

Bella senang, mom Ana hanya menganggukkan kepala, tersenyum melihat kebahagiaan menantunya itu.

"Beginilah rasanya memiliki keluarga yang menyayangi dan saling mendukung. Aku bahagia bisa menjadi bagian dari mereka."

Sedang Alex, yang melihat istrinya yang terdiam menatap keluarganya, langsung menggenggam tangannya dan tersenyum ke arah Bella. Bella menoleh ke arah suaminya dan membalas senyuman itu.

Hufff... rasanya sangat nyaman," ucap Bella, membaringkan tubuhnya ke dalam kasur setelah perayaan ulang tahun. Kini mereka sudah di hotel kembali.

"Bersihkan dulu dirimu, baru berbaring."

Mendengar itu, Bella langsung beranjak menuju kamar mandi, sedang Alex hanya tersenyum menatap istrinya itu.

"Bagaimana, Ben?"

"Maaf, tuan. Sebagian gudang persenjataan kita hangus terbakar."

"Sial! Apa yang lain sudah tahu?" tanya Alex.

"Sudah, tuan. Ketiga tuan muda sudah menuju ke sini."

"Baiklah, urus semuanya. Aku akan segera ke sana."

Panggilan terputus. Alex melangkahkan kakinya, memasuki kamar, bertepatan dengan istrinya yang selesai berpakaian.

"Suamiku, kamu dari mana?" tanya Bella.

"Sayang, aku akan keluar sebentar. Ada urusan mendadak bersama Ben."

"Baiklah, tapi hati-hati, suamiku."

Setelah melihat kepergian suaminya, Bella mulai bersiap.

"Ini kesempatan untuk aku keluar sebentar, hehehe."

"Hey, kamu mau ke mana?" tanya seseorang, melihat Bella yang hendak memasuki lift.

Gawat, kenapa dia bisa melihatku?" ucap Bella, pelan melangkahkan kakinya dengan cepat memasuki lift.

Sial, dasar perempuan udik! Mau ke mana dia? Gue harus ikutin!" ucap Mega.

CK, rupanya dia mengikuti aku. Jangan harap, hahahaha!" tawa Bella.

Dito, tambah kecepatan mobilnya! Jangan biarkan dia bisa mengejar kita!"

"Baik, nona," jawab Dito.

Sial, apa dia tahu kalau aku mengikutinya hingga menambah laju mobilnya?" kesal Mega karena kehilangan jejak Bella.

"Nona, dia sudah tidak mengejar lagi," ucap Dito.

"Baiklah, kita kemasion sekarang," ucap Bella.

.

.

"Kamu dari mana, sayang? Kenapa muka kamu cemberut seperti itu?" tanya Ara, yang melihat anaknya Mega baru datang dari luar.

"Mega dari luar, mi. Mega lagi kesal sama..." ucapnya langsung terpotong. Ia tidak mungkin mengatakan ia habis mengikuti Bella.

"Kesal sama siapa, hmm?" tanya mami Ara, mengelus rambut Mega.

"Oh, iya, mi. Mega mau nanya, jika suatu saat nanti mami sudah ketemu dengan anak kandung mami, maksudku Queen, apa mami akan tetap menganggap aku putrimu?"

"Kenapa seperti itu? Kamu akan tetap menjadi putriku, meski tidak terlahir dari rahimku. Namun, jika Queen sudah ketemu, kasih sayang mami akan bertambah pada kalian berdua."

"Tapi, mi, aku takut mami mencampakan aku dan tidak percaya sama aku setelah ketemu putri mami. Bisa jadi mami akan mengusirku," ucap Mega, menangis.

"Heh, sayang, dengarkan mami. Kamu adalah putri mami. Tidak ada anak yang akan dicampakkan. Mami sayang sama kamu, bagaimanapun kamu lah yang menemani mami selama ini," ucap mami Ara, mengelus air mata Mega.

Mendengar itu, seketika Mega tersenyum. "Aku harus pandai mengambil hati mami."

Ikuti terus karya author ini!

Jangan lupa:

Like

Vote

Subscribe

Dan komentar di bawah ini!

Terima kasih atas perhatian dan dukungannya!"🤗🤗