Di dunia kultivasi, Lin Chen, seorang pemuda dari Desa Hutan Bambu yang dianggap cacat karena tidak memiliki Dantian, menemukan sebuah kristal misterius di danau dekat rumahnya. Kristal itu menyatu dengan mata kanannya, memberinya kekuatan Mata Dewa—artefak ciptaan Sang Maha Pencipta yang mampu mengendalikan sembilan hukum di alam semesta.
Dengan kekuatan barunya, Lin Chen perlahan bangkit dari posisi terendah menuju puncak kekuasaan, menjadi sosok yang berpengaruh besar dalam menjaga keseimbangan alam semesta.
Namun, warisan ini membawa tanggung jawab besar, menempatkannya di tengah takdir yang akan mengubah dunia, juga dirinya, selamanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jin kazama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22. Berlatih Keras Bagian 2.
Bab 22. Berlatih Keras Bagian 2.
"Oh iya, Paman. Bagaimana perkembangan anak itu?" tanya Zhao ZhiQing.
Mendengar pertanyaan tersebut, pria paruh baya yang menjadi penjaga bayangannya tersenyum ringan dan berkata,
"Perkembangannya lumayan bagus. Meskipun masih memerlukan jalan yang panjang, dia menunjukkan potensi luar biasa sebagai calon kultivator hebat di masa depan. Jika diberi waktu, mungkin dia akan menjadi kultivator mengerikan yang bisa mengguncang dunia," ucapnya dengan nada penuh apresiasi, terlihat dari kilauan ringan di matanya.
Mendengar jawaban itu, Zhao ZhiQing sedikit terkejut. Matanya bersinar, dan ia tersenyum tipis sebelum bergumam dengan nada setengah bercanda,
"Oh, baru kali ini aku melihatmu begitu menghargai seseorang. Apakah pemuda itu benar-benar seberbakat itu?"
"Ya," jawab penjaga bayangan itu dengan penuh keyakinan.
"Jika tidak ada kendala atau bahaya di masa depan, aku bisa menjamin pemuda itu akan menjadi sangat luar biasa. Bukan hanya karena kekuatan atau bakatnya, tetapi juga karena sikapnya yang rendah hati. Temperamennya sangat terkontrol dan stabil. Singkatnya, dia jauh lebih dewasa dibandingkan usianya. Meskipun dia kuat di antara sebayanya, dia tidak pernah sombong atau angkuh. Sebaliknya, dia menghargai orang lain dan menunjukkan rasa rendah hati yang jarang dimiliki anak seusianya," jelasnya dengan nada penuh kepuasan.
Mendengar itu, Zhao ZhiQing hanya tersenyum kecil dan berkata,
"Terus awasi pemuda itu. Lindungi dia sebagaimana Paman melindungiku, karena aku punya firasat bahwa suatu hari nanti dia akan menjadi sosok luar biasa yang membawa kejayaan bagi Kerajaan Singa Emas kita," ucapnya.
Pernyataan itu membuat penjaga bayangan terkejut. Ia tidak menyangka bahwa nona mudanya juga sangat menghargai pemuda tersebut. Setelah terdiam sejenak, ia menjawab dengan penuh hormat,
"Saya mengerti, Nona. Saya akan menjaganya dengan baik sebagaimana saya menjaga dan melindungi Anda selama ini. Kalau begitu, saya permisi."
Zhao ZhiQing mengangguk pelan. Bersamaan dengan itu, sosok bayangan itu menghilang, tubuhnya menyatu dengan angin, berubah menjadi hembusan bayangan yang lenyap dalam kehampaan, seolah-olah ia tak pernah ada.
◦~●❃●~◦
Lima Hari Kemudian. Kembali ke Lin Chen.
Langit di atas hutan bambu mendung, seolah-olah menyadari bahwa sesuatu yang luar biasa akan terjadi. Di tengah hutan yang sunyi, Lin Chen berdiri tegak, dikelilingi aura Qi yang bergejolak. Tiga elemen—Kehidupan, Air, dan Angin—berputar di sekeliling tubuhnya, menciptakan tekanan yang membuat daun-daun bambu berguguran tanpa disentuh.
Tinjunya terulur ke depan, energi terkondensasi hingga batas sempurna, tampak seperti bola cahaya berwarna hijau kebiruan yang berdenyut-denyut dengan kekuatan tak terukur. Dengan tatapan tajam dan tekad yang membara, dia berseru dengan suara yang menggema di seluruh hutan:
"TINJU OMBAK MENGHANCURKAN LANGIT!"
"WUSH!"
Seketika, tinjunya melepaskan energi dahsyat yang melesat seperti badai besar. Gelombang energi itu menghantam tanah dengan kekuatan yang mengguncang bumi, menciptakan ledakan beruntun.
"BOOM! BOOM! BOOM!"
Angin topan yang dihasilkan dari serangan itu menyapu pohon-pohon bambu di depannya, mencabutnya dari akar dan menghancurkannya menjadi serpihan kecil yang beterbangan di udara. Tanah di sekitar Lin Chen merekah dalam pola radial, menciptakan kawah besar yang memanjang jauh ke depan. Sungai kecil yang mengalir di dekat situ bergolak, airnya tersapu oleh angin hingga terpecah menjadi kabut tebal yang menyelimuti area tersebut.
Langit yang mendung sebelumnya kini seolah terbuka. Gelombang energi terakhir dari tinju itu menciptakan tekanan udara yang begitu besar hingga memaksa awan untuk terbelah, menampakkan langit biru di tengah pusaran awan gelap.
Saat debu dan kabut mulai mereda, hutan di depan Lin Chen sudah tak lagi tampak seperti sebelumnya. Hamparan bambu yang menjulang tinggi kini berubah menjadi lahan kosong penuh kawah besar. Tanah yang dulunya hijau kini bergelombang dan hitam, menandakan betapa besar kekuatan destruktif dari serangan itu.
Lin Chen berdiri tegap, napasnya sedikit terengah, tapi matanya berbinar dengan semangat. Dia menatap hasil dari serangannya dengan puas, tahu bahwa ini adalah pencapaian besar.
“Ini… akhirnya sempurna,” gumamnya sambil mengepalkan tangan.
Dia tahu bahwa tahap pertama dari Tinju Ombak Menghancurkan Langit telah mencapai puncaknya. Kekuatan destruktifnya kini benar-benar tak terbantahkan, memberikan Lin Chen kepercayaan diri untuk melawan musuh yang lebih kuat.
Setelah berhasil, Lin Chen menyeka keringat di dahinya dengan punggung tangannya. Tubuhnya terasa lelah, tetapi semangat dalam matanya tetap membara. Ia mengamati kehancuran di sekelilingnya—hamparan bambu yang rata dengan tanah dan kawah besar yang menjadi bukti nyata kekuatan Tinju Ombak Menghancurkan Langit.
Dia menghela napas panjang, lalu bergumam,
“Teknik tinju ini ternyata jauh lebih sulit dikuasai dibandingkan Tinju Gelombang.”
Matanya menatap kosong ke depan, seolah-olah mengingat semua latihan berat yang telah dilaluinya selama lima hari terakhir. “Tinju ini memerlukan konsentrasi yang sangat tinggi, ditambah kontrol elemen yang harus seimbang satu sama lain,” lanjutnya dengan nada lelah namun penuh kepuasan.
Senyum pahit muncul di wajahnya. Ia menyadari bahwa teknik ini bukan hanya soal kekuatan, tetapi juga harmoni. Elemen Kehidupan, Air, dan Angin tidak bisa dipaksakan bekerja sama; mereka harus menyatu dalam keseimbangan yang sempurna.
“Namun...” Lin Chen menggenggam tinjunya erat, merasakan sisa Qi yang masih mengalir di tubuhnya. “Begitu kau menguasainya, kekuatan ini benar-benar layak diperjuangkan, semuanya sepadan.”
Ia tersenyum kecil. Rasa lelah yang semula menguasai dirinya perlahan tergantikan oleh rasa bangga. Namun, dengan cepat ia segera menstabilkan diri. Lin Chen menyadari bahwa dirinya saat ini masih lemah dan tidak boleh terlalu terbawa suasana sesaat.
Akhirnya, setelah menarik napas dalam-dalam, ekspresinya kembali berubah menjadi tenang dan biasa saja.
Lin Chen tahu, dengan bantuan Mata Dewa, ia memiliki potensi yang tak terbatas. Dua puluh jalur meridian yang aktif, ditambah dengan akar elemen Kehidupan yang mampu bersinkronisasi dengan berbagai elemen lainnya, menjadi kekuatan yang mengalir dalam dirinya.
Ia yakin, meskipun langkahnya terasa lambat, satu hal yang pasti: ia akan terus tumbuh, menjadi lebih kuat lagi dan lagi.
...◦~●❃●~◦...
Satu bulan berlalu dengan cepat. Selama periode ini, Lin Chen terus berkultivasi dengan tekun. Akhirnya, semua usahanya membuahkan hasil. Empat hari yang lalu, kultivasinya berhasil menerobos dari Pengumpulan Qi level 1 kesuksesan kecil, naik satu tingkat menjadi kesuksesan besar. Kini, hanya tinggal satu langkah lagi menuju kesempurnaan di ranah Pengumpulan Qi level 1 tahap awal.
Hal ini membuat Lin Chen tersenyum puas. Ia menyadari bahwa semakin tinggi levelnya, jumlah energi Qi untuk menerobos juga semakin besar. Tidak seperti kultivator lainnya, akar elemen kehidupannya menyerap energi Qi dalam jumlah yang sangat besar selama dia berkultivasi.
Namun, bagi Lin Chen hal ini bukanlah masalah. Akar elemen Kehidupan menjadi sumber energi tambahan selain energi Qi yang ada di dalam dantiannya. Meskipun kultivasinya terkesan lambat, akar elemen ini memungkinkan dia memiliki cadangan energi Qi yang jauh lebih besar dibandingkan kultivator biasa.
Karena itu, dalam pertarungan, daya tahannya jauh lebih kuat daripada kebanyakan kultivator lain. Keunggulan ini membuat Lin Chen semakin percaya diri untuk melangkah maju di jalur kultivasi, belum lagi tambahan kekuatan sembilan kali lipat miliknya. Ini adalah kartu truf lainnya yang bisa membuatnya semakin percaya diri dalam bertarung. Setidaknya, dia memiliki modal yang lebih untuk menantang lawan yang lebih kuat darinya.
Di suatu pagi, setelah berkultivasi, Lin Chen membuka matanya, lalu seulas senyum terukir di bibirnya.
Tinju Ombak Menghancurkan Langit lapisan pertama sudah dia kuasai dengan sempurna. Tinju ini dibagi menjadi enam lapisan. Sama seperti Tinju Gelombang, tinju ini menghasilkan enam kali hantaman gelombang yang seperti ombak besar yang dapat menghancurkan segalanya.
Namun, karena teknik ini ternyata lebih sulit dibandingkan Tinju Gelombang, masih dibutuhkan waktu untuk menguasai lapisan kedua dari Tinju Ombak Menghancurkan Langit.
Setelah menarik napas dalam-dalam, dia bergumam,
"Saatnya menjalankan misi dan bertarung dengan monster yang sesungguhnya di Lembak Pedang Menggigil," ucapnya dengan kilatan tekad di matanya.