Kisah tragis harus dialami oleh wanita bernama Bilqis Adara Alkyara Putri, disaat usianya yang masih berusia 20 tahun ia harus menerima kenyataan pahit, hidupnya hancur akibat ulah kekasih dan Sandra Oktaviani, wanita yang sudah ia anggap sudah seperti saudara kandungnya sendiri.
Mengandung darah daging dari Lelaki bernama Rahendra Wijaya, tapi nasib malang menghampiri wanita itu sadar sang kekasih tak mau mempertanggung jawabkan perbuatannya, dibenci bahkan tak dipedulikan keluarga akhirnya wanita itu memilih pergi meninggalkan kota dimana ia dilahirkan.
Memutuskan menetap dan memulai kehidupan baru di kota ( J ) siapa sangka ia dipertemukan dengan sesosok nenek yang sangat baik sudah menganggapnya seperti cucu kandungnya sendiri.
Tak hanya bertemu nenek, ia juga bertemu Elgar Kenanndra Putra, lelaki menyebalkan yang siapa sangka ia cucu kandung dari nenek tersebut.
Akankah cinta Adara akan berlabuh pada Elgar, ataukah malah bersatu kembali dengan Hendra?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Fatimah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 07 [ Tinggal bersama ]
DIDALAM RUANGAN RAWAT
"Gimana kondisi kamu?" Pria itu menanyakannya ketika Adara dan juga pria itu saling berhadapan.
"Alhamdulillah aku baik-baik saja Om, ini sudah kedua kalinya Adara merepotkan Om, jujur Adara tidak tau lagi gimana cara untuk membalas semuanya?"
"Siapa Ayah dari anak yang kamu kandung?"
Dengan mata berkaca-kaca Pria itu menanyakan akan kejadian sebenarnya yang dialami gadis muda dihadapannya ini.
Sekejap mimik wajah Adara tak seceria tadi, kini raut wajahnya berubah mengkerut, ia bingung bagaimana bisa Pria ini tau tanpa ia yang mengasih tau.
"Om ...darimana tau soal ini?"
"Dari Dokter, Om juga kepikiran dengan apa yang dilontarkan para warga, jujur kamu bukanlah anak yang seperti itukan?"
"Aku tidak bisa menjelaskan siapa Ayah dari anak yang aku kandung, tapi Adara mohon percayalah dan Adara mohon janganlah berfikiran yang tidak-tidak, Adara berani bersumpah Adara bukanlah Gadis seperti itu, Adara mohon."
"Baiklah Om akan jaga rahasia ini, Om juga salah tidak seharusnya Om membawamu ke kos-kosan itu, dugaan Om mungkin ada seseorang yang mengatur cerita bohong dan mengelabui para warga, tapi kali ini biarkan Om menebus rasa bersalah Om dan ikutlah tinggal di keluarga Om, apa kamu bersedia?"
"Tapi apa itu tidak malah beresiko? Adara takut Adara tidak akan diterima di keluarga Om."
"Om kepala keluarga, jika mereka tidak menerima, Om yang akan urus, bersedia ya?"
Tak memiliki pilihan Adara akhirnya mengiyakan.
*****
BEBERAPA MENIT KEMUDIAN.
"Jadi ini kediaman Om?"tanya Adara.
"Iya ini kediaman Om, sekarang kamu ikut tinggal disini, jadi janganlah sungkan dan anggap saja seperti rumah kamu sendiri."
"Iya Om."
"Papa?"
Suara kini muncul dari belakang keduanya, Adara berserta Pria itu membalikkan badan.
"Sayang ...kamu sudah pulang?"
Istri dari Pria itu beralih berbicara pada pria sedikit berumur, disusul hadirnya wanita tua menghampiri mereka.
"Iya sayang aku sudah pulang."
"Lalu dia siapa Pah?"
Beralih tatapan wanita itu melirik Adara disampingnya, Adara sendiri hanya memberikan anggukan kepala kebawah.
"Kenalin dia Adara, dia g4dis berhati malaikat yang sudah menolong Papa, Papa tidak bisa membayangkan telat sedikit saja mungkin kita akan mengalami kerugian yang sangat besar!"
"Masalah besar gimana, Pa?"
"Tadi siang Papa hampir kecopetan, data-data penting yang Papa tak sengaja taruh didalam mobil hampir raib, untungnya Adara tepat waktu datang dan menggagalkan pencopet itu."
"Om kenapa bicara seperti itu? Ada kalanya takdir manusia itu sudah diatur Tuhan. Adara hanya jadi perantara, jadi Om janganlah memuji Adara terus kan Adara jadi malu."
"Benar kata Suamiku kamu memang g4dis yang berhati malaikat, dari cara bicara kamu saja sudah menunjukkan kamu g4dis yang baik, tapi kedatangannya akankah Adara ikut tinggal disini?" Wanita itu menanyakan.
"Iya, Adara rupanya penduduk baru di Jakarta, aslinya ia dari kampung, tapi karena ingin merubah nasib akhirnya ia memilih kota Jakarta sebagai tempat pilihannya. Banyak cerita yang mungkin akan bikin Mama merasakan iba pada gadis ini, dan itulah yang mendorong Papa membawanya kemari."
"Sebisa mungkin kami akan membantu kamu dan tidak akan kami biarkan kamu kelaparan disini sayang ...biarpun disini kamu tidak memiliki hubungan keluarga dengan kami, kami akan menganggap kamu keluarga kami, semoga betah ya?"
Wanita itu mengelus rambut Adara dengan lembut, dianggap sudah seperti Putri kandungnya sendiri.
"Iya Tante, Adara sangat-sangat berterima kasih atas bantuan kalian, Adara tidak bisa bayangkan jika tidak bertemu kalian apa yang akan terjadi pada Adara, sekali lagi terima kasih."
"Ya sudah kamu beristirahatlah, Bik?"panggilnya.
"Iya Nyonya?"Bibik itu bertanya balik.
"Antarkan non Adara ke kamar tuan muda."
"Baik Nyonya."
"Stop!"
Langkah sang asisten rumah tangga itu seketika berhenti, Adara, Bibik dan juga pemilik kediaman ini seketika membalikkan badannya setelah mendengar suara tersebut.
Iya! Elgar Kenanndra Putra, lelaki berusia 30 tahun itu berjalan menghampiri mereka dengan tatapan mata yang amat sinis.
"Ma! Kenapa harus kamarku yang akan dia tempati? Kan ada kamar pembantu lain?"seru Elgar, Putra semata wayang mereka yang sepertinya tak setuju.
"Kamu harus bisa menjaga sikap! Memang Adara bukanlah keluarga kita, tapi dia yang telah menolong Papa kamu, bagi Mama kamar mewah kamu kita tidak akan sebanding dengan kebaikan yang dilakukan g4dis ini terhadap Papa, jagalah bicaramu."
"Baiklah terserah Mama!"
Lelaki itu pergi tanpa berpamitan, Wanita itu menepuk pundak Adara.
"Apa itu Putra Om?" Pria itu memberikan anggukan.
"Iya Dara, kamu lihat sendiri kan seberapa dingin Putra Om ini?"
"Tapi sepertinya dia juga tidak menyukai keberadaan Adara disini? Tidak apa-apa kalau aku tinggal digudang saja Om ...Tante ..."
"Tidak Nak benar yang dikatakan Menantu ku, kamu juga pantas menempati kamar itu lagian cucu Nenek tidak setiap hari pulang, ketimbang kamar yang banyak kosongnya lebih baik terpakai dan ini keputusan yang pas." Nenek meyakinkan.
"Baiklah, ya sudah bik kamu antar dia ke kamar tuan muda ya."
"Iya Nek, mari non."
"Baik Bik."
*****
SESAMPAINYA DIKAMAR.
"Semoga betah disini ya Non, mereka keluarga baik-baik dan tidak memandang rendah status antar pembantu maupun majikan, hanya saja untuk sikap Tuan muda harus menahan sabar, Tuan memang sifatnya seperti itu."
"Iya Bik, Adara bisa melihatnya kok, sekali lagi terima kasih atas bantuannya."
"Iya sama-sama Non, ya sudah saya permisi dulu."
"Baik Baik."
Perginya Bibik, Adara celingak-celinguk memandangi setiap sisi ruangan dari kamar ini, bisa dilihat pula pemiliknya sangat rapi dan menjaga kebersihan.
Pov Adara.
Aku sadar ini mungkin jalan takdirku. Aku tidak mengira ada banyak rintangan yang harus aku hadapi setelah dikecewakan keluarga kandungku sendiri, tapi aku sadar ternyata dibalik semua itu ada jalan kehidupan yang mendorong ku bisa bertemu dengan keluarga baik ini, terima kasih Tuhan ...terima kasih
BERSAMBUNG
lanjut thor