NovelToon NovelToon
Seindah Cinta Bulan Dan Bintang

Seindah Cinta Bulan Dan Bintang

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Sekolah/Kampus / Teen / Diam-Diam Cinta / Persahabatan / Kisah cinta masa kecil / Idola sekolah
Popularitas:508
Nilai: 5
Nama Author: NdahDhani

Apa jadinya jika dua orang sahabat memiliki perasaan yang sama, tapi sama-sama memilih untuk memendam perasaan itu daripada harus mengorbankan persahabatan mereka? Itulah yang saat ini dirasakan oleh dua orang sahabat, Bulan dan Bintang.

Bulan, sahabat sejak kecil seorang Bintang, menyukai pemuda itu sejak lama tapi perasaan itu tak pernah terungkap. Sementara Bintang, baru menyadari perasaannya terhadap gadis cantik itu setelah dirinya mengalami kecelakaan.

Keduanya terjebak dalam perasaan yang tak terungkap. Mereka tidak tahu harus melakukan apa. Keduanya hanya tahu bahwa mereka saling membutuhkan satu sama lain. Tapi, akankah persahabatan itu berubah menjadi sesuatu yang lebih?

---------------------------------------------------------------------------

"Lo keras kepala banget! Lo gak tau apa gue khawatir, gue sayang sama lo." gumam gadis itu lirih, bahkan hampir tak terdengar.

"Lo ngomong apa tadi?"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NdahDhani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10: Rumah sakit

Mendengar kabar dari Alvian, Bulan pun langsung bergegas menuju rumah sakit dengan sang kakak. Ia benar-benar panik, sehingga keluarga Bulan tidak mengizinkannya pergi ke rumah sakit sendirian.

"Lo sekhawatir itu sama Bintang. Fiks, lo sayang sama dia." Ujar Aksa sambil mengendarai motornya.

Bulan yang masih panik merasa tidak suka dengan ledekan sang kakak. Bahkan, ekspresi kesalnya terlihat jelas di balik wajahnya yang basah oleh air mata.

"Bang! Bukan saatnya ngobrolin itu! Gue khawatir sama Bintang, lo bisa-bisanya bercanda!" Ujar Bulan yang memukul punggung Aksa cukup kuat.

Aksa yang terkejut, tanpa sadar menggerakkan setang motornya bahkan hampir kehilangan keseimbangan untuk sejenak.

"Dek! Lo jangan gila! Kita butuh nyawa untuk liat Bintang, bisa-bisa kita juga sama kayak dia!" Geram Aksa.

"Ya sorry. Lagian lo sih bang, orang lagi panik juga." Ujar Bulan lirih.

"Ya maaf, udah jangan khawatir gue yakin Bintang akan baik-baik aja." Ujar Aksa lembut mencoba menenangkan sang adik.

Bulan mengangguk perlahan, harapannya semoga Bintang baik-baik saja. Motor pun melaju membelah jalanan menuju rumah sakit.

Setibanya di parkiran rumah sakit, keduanya turun dan langsung berjalan memasuki gedung rumah sakit. Mereka berhenti di resepsionis untuk menanyakan ruang Bintang. Setelah menemukan informasi tentang ruangannya, keduanya berjalan menuju ruang rawat Bintang.

"Alvian!" Ujar Bulan ketika melihat Alvian yang duduk di bangku depan ruangan.

Alvian yang terlihat cemas, langsung berdiri menghampiri Bulan dan Aksa. Ia bisa melihat wajah Bulan yang begitu mengkhawatirkan Bintang. Entah karena khawatir sebagai sahabat atau mungkin sesuatu yang lebih, Alvian tidak bisa menebak itu.

"Vian, Bintang gimana?" Ujar Bulan yang terlihat tidak bisa tenang.

"Bintang lagi ditangani sama dokter. Gue harap dia baik-baik aja." Jelas Alvian.

Bulan melirik ke arah ruangan, terlihat samar-samar dokter dan beberapa suster yang sedang menangani keadaan Bintang. Aksa yang memahami kekhawatiran adiknya, langsung memegangi kedua bahu Bulan dengan lembut.

"Tadinya gue mau pulang ke rumah, tapi di jalan ada rame-rame. Gue berhenti dan ternyata liat Bintang yang lagi di tolongin sama warga." Ujar Alvian langsung menjelaskan.

Bulan langsung menoleh ke arah Alvian, matanya terlihat berkaca-kaca. Ia tidak mengerti mengapa Bintang bisa mengalami kecelakaan itu.

"Hp gue lagi di konter, jadinya gue pake hp Bintang buat hubungi lo. Kebetulan hp nya gak dikunci." Jelas Alvian kemudian.

"Ya ampun Bintang..." Ujar Bulan lirih. "Lo tau penyebab Bintang kecelakaan?"

Alvian menggelengkan kepalanya, ia sama sekali tidak tahu penyebab pasti kecelakaan Bintang. Ia pun menjelaskan sesuai saksi dari salah satu warga yang menolong Bintang.

"Gue gak tau sih kecelakaannya itu karena apa. Tapi yang pasti, kata salah satu warga Bintang melaju dengan kecepatan tinggi terus mengalami kecelakaan tunggal."

Bulan menghela nafas dan ia semakin syok. Ia yakin pasti terjadi sesuatu di rumah Bintang yang menyebabkan dirinya jadi seperti ini.

Bulan memejamkan matanya, berusaha mengumpulkan pikirannya yang berkecamuk. Sementara Aksa, ia mempererat pegangannya di bahu Bulan. Ia bisa melihat jelas Bulan yang sedang mengkhawatirkan Bintang saat ini.

Tiba-tiba, dokter dan suster keluar dari ruangan, menatap ketiga orang itu dengan tatapan serius.

"Apa disini ada yang merupakan keluarga dari pasien?" Tanya dokter.

"Iya dok, kami keluarganya." Ujar Aksa langsung mengambil alih pembicaraan, mengingat ayah Bintang yang tidak ada di sana.

Alvian terkejut mendengar penuturan Aksa, tapi ia tidak memberikan pendapat apa-apa karena ia sendiri tidak tahu persis apa yang terjadi dalam keluarga Bintang.

Sementara Bulan sendiri diam tanpa kata, ia membiarkan Aksa yang berbicara. Tapi, kilasan matanya yang berkaca-kaca sudah menunjukkan bahwa ia takut terjadi sesuatu terhadap Bintang.

Dokter menarik nafas dalam-dalam sebelum akhirnya ia berujar. "Kami sudah melakukan pemeriksaan terhadap pasien. Tapi sayangnya, karena kecelakaan tersebut pasien mengalami cedera serius pada kakinya, sehingga pasien tidak akan bisa menggerakkan kakinya lagi. Dan, pasien harus menggunakan kursi roda untuk kegiatan sehari-hari."

Mendengar penjelasan dokter, ketiganya ternganga tidak percaya apa yang mereka dengar. Bahkan, Bulan terlihat menitikkan air matanya.

"Apa?!" Ujar ketiganya kompak.

Dokter mengangguk perlahan, membenarkan apa yang baru saja ia katakan. "Kerusakan pada kakinya terlalu parah. Kami sudah melakukan yang terbaik tapi... Pasien memerlukan waktu lama untuk pulih atau mungkin tidak akan pernah bisa berjalan lagi seperti semula."

Bulan menutup mulutnya dengan tangan, berusaha untuk menahan tangisnya. Aksa yang juga syok, langsung memeluk Bulan untuk menenangkannya. Sementara Alvian, ia terlihat terguncang, ia tidak menyangka bahwa Bintang akan mengalami hal seperti ini.

"Kami memberikan waktu kepada kalian untuk menemui pasien. Tapi, harap berhati-hati karena kondisinya masih sangat lemah. Kalau begitu, mari." Ujar dokter itu sebelum akhirnya berjalan pergi.

"Terima kasih, dok." ujar Aksa.

"Bintang..." Lirih Bulan bahkan ia jatuh berlutut. Aksa dan Alvian yang panik langsung membantunya untuk berdiri.

"Bulan, lo oke?" ujar Alvian memastikan.

Bulan tidak mengatakan apa-apa, ia hanya menggeleng pelan. Bulan pun akhirnya berdiri setelah Aksa dan Alvian menariknya untuk berdiri.

Ketiganya berjalan masuk ke dalam ruangan dan mendapati Bintang yang tak sadarkan diri berbaring di atas ranjang rumah sakit. Bulan pun duduk di kursi dan mengelus tangan Bintang lembut. Ia berharap bahwa Bintang akan kuat menghadapi kenyataan ini.

...✧✧✧✧✧✧✧✧✧✧...

Beberapa jam berlalu, kini Bintang membuka matanya perlahan. Ia terkejut ketika melihat dirinya berada di dalam ruangan rumah sakit. Tapi, yang paling mengejutkannya ketika ia melihat Bulan yang tertidur di sampingnya sambil memegangi tangannya.

Ia menoleh ke arah lain, tepatnya di sebuah sofa yang terletak di pojok. Ia bisa melihat jelas Aksa dan Alvian yang juga tertidur di ruangan itu.

Bintang merasa bingung apa yang telah terjadi pada dirinya. Ia belum bisa mengingat-ingat kejadian apa yang membuatnya harus berbaring di atas ranjang rumah sakit seperti ini.

Bintang ingin mencoba untuk duduk, tapi karena tubuhnya yang lemah ia pun tidak bisa melakukannya. Karena pergerakan singkat Bintang, Bulan pun terbangun. Perlahan ia membuka mata, dan terkejut melihat Bintang yang sudah siuman.

"Bintang, lo udah sadar?" Lirih Bulan sambil mengucek matanya.

Bintang hanya mengangguk perlahan, ia masih tidak mengerti apa yang sudah terjadi. Ia menatap Bulan serius, seolah ingin tahu.

"Kenapa gue ada di sini?" Ujar Bintang.

Bulan terdiam, baginya untuk memberitahu Bintang saat ini sepertinya bukan waktu yang tepat. Ia tidak ingin membuat Bintang syok, terlebih kondisinya saat ini masih melemah.

"Lo kecelakaan, Bintang. Alvian yang bawa lo ke sini." Bulan hanya memberi tahu itu sambil menoleh ke arah Alvian yang tertidur.

Bintang terlihat bingung, ia mencoba untuk mengingat kecelakaan yang dimaksud Bulan. Ia hanya mengingat bahwa ia kabur dari rumah setelah pertengkaran dengan ayahnya. Lalu setelah itu? Bintang sama sekali tidak bisa mengingat apa-apa karena kepalanya yang terasa sangat pusing.

"Lo jangan mikirin apa-apa dulu, Bintang. Lo masih lemah." Ujar Bulan khawatir.

Bintang hanya mengangguk singkat tanpa kata. Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan, tapi ia sama sekali tidak menemukan seseorang yang seharusnya ada di sana.

"Dia kemana?" Ujar Bintang.

Bulan yang memahami seseorang yang dimaksud Bintang, terdiam sejenak. Ia tidak tahu harus mengatakan apa, terlebih memang ayah Bintang tidak ada di sana, bahkan tak sedetik pun ayah Bintang hadir untuk sekedar tahu kondisi anaknya.

"Saat gue kayak gini aja dia gak ada. Kayaknya memang gue gak penting di hidupnya." Ujar Bintang ketika tak kunjung menemukan jawaban dari mulut Bulan.

Bulan terdiam, matanya kembali berkaca-kaca. Hatinya terasa sakit melihat kondisi Bintang saat ini, terlebih ayahnya terlihat sama sekali tidak peduli dengan Bintang.

"Udah jangan mikirin yang aneh-aneh dulu. Lo harus banyak istirahat." Ujar Bulan mengalihkan pembicaraan.

"Istirahat pun gue gak pernah bisa tenang, Lan. Tiap harinya selalu aja ada konflik yang gue rasa dengan Papa. Gue capek Bulan." Lirih Bintang bahkan suaranya hampir tidak terdengar karena kondisinya yang masih lemah.

Bulan merasakan hatinya yang semakin sakit ketika mendengar kata-kata Bintang. Bulan sendiri tidak tahu harus melakukan apa untuk menghibur Bintang saat ini.

Tiba-tiba saja pintu ruangan terbuka, menampilkan dua orang yang juga mengkhawatirkan Bintang. Keduanya menoleh ke arah suara. Bintang berharap itu adalah ayahnya, tapi ternyata yang jauh lebih peduli padanya adalah kedua orang tua Bulan, bukan ayah kandungnya sendiri.

"Bintang, bagaimana keadaanmu saat ini?" ujar ibu Bulan sembari menghampiri Bintang.

Bintang tidak tahu harus mengatakan apa, perasaannya tentu saja sedang berkecamuk saat ini. Ayah dan ibu Bulan yang memahami, tidak bertanya lebih lanjut, mereka hanya duduk untuk membesuk Bintang.

"Bintang masih lemah, Bunda. Dia baru aja siuman," ujar Bulan yang akhirnya menjawab pertanyaan ibunya.

"Kasihan sekali kamu, Bintang. Semoga lekas sembuh," ujar ayah Bulan mencoba untuk menghibur.

"Aamiin, terima kasih om." ujar Bintang dengan anggukan singkat.

Kedua orang tua Bulan pun duduk bersama di ruangan itu, mereka membiarkan Aksa dan teman Bulan itu tertidur tanpa mengganggu mereka sedikitpun. Bulan sendiri juga merasa senang karena keluarganya perduli dengan Bintang. Mereka pun mengajak Bintang untuk sekedar mengobrol ringan, setidaknya dengan perbincangan itu Bintang sedikit lebih rileks terlebih melihat kondisinya saat ini.

^^^Bersambung...^^^

1
JJ Official
Hai Kak, Saya Sudah membaca Novel Kaka dari Bab 1 - 7 dan saat saya baca novel Kaka, Saya sedikit Kebingungan, sebenarnya Konflik Apa yang sebenarnya Dihadapi Oleh bintang sehingga dia menjadi anak yang nakal dan acuh tak acuh? dan apa pekerjaan Orang Tua Bulan sehingga dia bisa tinggal di keluarga yang Tidak Terlalu Kaya dan tidak terlalu Miskin? dari Bab 1 Bintang dan Bulan Tampaknya sudah Kenal, tidak dijelaskan bahwa mereka ketemu dimana? kenalan dimana? dan suka ngobrolin apa? begitu ya kak. itu saja kritik dari saya semoga Kaka bisa Up Episode 8 Dengan Alur yang Lurus ya kak 😊
ndah_rmdhani0510: Sudah di revisi, semoga suka ya sama ceritanya... Happy reading 🤗
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!