“Arghhhhkkkk mayaaaat!!!’’
Tumini yang sedang mencari rumput untuk makanan ternaknya, tiba-tiba saja mencium aroma busuk dari sekitarannya. Dia yang penasaran meski takut juga memberanikan diri masuk ke kebun lebih dalam.
Saat asik mencari sumber bau busuk, Tumini di buat shock berat karena melihat mayat yang menggantung di pohon cengkeh.
Bagian dada kiri terdapat luka bolong lumayan besar, bagian kaki terus mengucurkan darah, mayatnya juga sudah tidak di kenali.
Apa yang terjadi di kampung Kabut Surem? akankah kematian misterius bisa terpecahkan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Juniar Yasir, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mbok Tukiyem sakit
Makan malam
Pukul 07.15 semua berkumpul di meja makan. Mereka menikmati makan sambil sesekali ngobrol. Denis dan Arum saling usil berakhir ribut.
“Sudah-sudah, ini kalian bercanda terus dari tadi. Kapan selesai makannya.’’ ucap Darma.
“Iya pa, maaf.’’ jawab keduanya bersamaan. Lalu mereka lanjut makan.
“Kamu kok papa lihat akhir-akhir banyak diem nya dim?’’ tanya Darma pada putra sulungnya.
“Eh nggak ada apa-apa kok pa. Lagi sariawan aja ini’’ dustanya. Darma hanya mengangguk saja.
“Besok kita akan membereskan bagian gudang. Mbok Tukiyem dan Lek Saimin tidak bisa ikut karena sakit.’’ timpal mama.
“Sakit? Kok bisa? Nanti papa habis ini mau menjenguknya sebentar.’’ Darma terlihat begitu cemas.
“Nama nya juga manusia, ya bisa sakitlah. Papa ini gimana sih!? Itu juga kok kelihatannya cemas sekali. Kenapa?’’ Ningrum memicingkan matanya menyelidik.
“Ya khawatirlah ma, Mbok Tukiyem itu sudah dari aku kecil kerja disini’’ ujar nya. Ningrum memutar malas matanya.
.
Setelah selesai makan mereka semua berkumpul di ruang tamu.
“Ma, buah-buahan di kulkas papa bawa dulu ya. Besok beli lagi.’’ ucap papa menenteng plastik. Ningrum hanya diam merengut.
Darma langsung keluar rumah menuju rumah Mbok Tukiyem dari arah belakang. Karena memang ada jalanan setapak. Bisa dikatakan Mbok Tukiyem adalah tetangga mereka, tapi karena ukuran tanah Eyang Gayatri yang besar, makanya rumah Mbok Tukiyem agak jauh jadinya.
.
“Mama kenapa sih jadi bengong begitu?’’ tanya Della.
“Mama heran aja kok bisa ya papa kalian cemas sekali pada pembantu itu?!’’ Ningrum masih tak habis fikir dan takut juga.
“Loh, bagus dong ma jika ayah khawatir. mama man tadi dengar sendiri jika Mbok Tukiyem sudah lama kerja di sini. Sudah jelas Eyang Gayatri dan papa menganggapnya keluarga juga.’’ timpal Dimas.
“Ah kalian ini malah bikin mama tambah pusing.’’ Ningrum beranjak masuk kamarnya.
Anak-anak mengedikkan bahu acuh.
.
Darma sudah berulang kali mengetuk pintu ruang pembantu mereka, tapi tidak ada jawabannya. Padahal katanya Mbok Tukiyem sedang sakit tapi malah tidak ada di rumah.
“Ini kemana sih Ibuk?’’ gumamnya pelan. Darma melihat dinding yang berlobang, lalu mendekatkan wajahnya ke dinding untuk mengintip di dalam. Saat Dia akan mengintip tiba-tiba saja lampu mendadak padam.
“Ha?!’’ Darma langsung kaget, karena di dalam ada mata merah juga melihat kearahnya.
“Apa itu tadi?’’ Darma kaget bukan main. Merasa merinding, Dia memutuskan untuk pulang. Tapi saat berbalik Dia kembali di buat terkejut.
“kinanti? Kamu ngapain di luar malam-malam, bukannya kamu kerja di luar negeri?’’ tanya Darma bertubi-tubi, menyorot wajah wanita itu dengan senternya.
“Aku sudah lama pulang mas. Kasian ninggalin Simbok sama bapak.’’ ucapnya manja.
“Lalu dimana Mbok mu dan Bapak? Dari tadi ku ketuk pintu malah tidak ada orang.’’ ucapnya heran.
“Bapak membawa Simbok ke puskesmas mungkin mas. Kinan saja baru pulang dari kerja.’’ jawab gadis itu.
“Ya sudah mas pergi dulu.’’ Darma langsung pergi, karena Tidka ingin jadi bahan gosip warga. Lagipula Dia juga belum mengurus surat kepindahan.
Saat Iya berbalik Iya melihat Kinan tak ada lagi disana, padahal baru beberapa langkah di tinggal.
“Oh mungkin sudah masuk rumah. Tu lampunya saja sudah kembali hidup’’ Darma kembali berjalan menuju rumah Eyang.
.
...🩵🩵🩵🩵...
.
Sementara di lain tempat, seorang pria dewasa sedang nongkrong bersama bapak-bapak lainnya. Setiap malam Jum'at warga mengadakan yasinan dari rumah ke rumah. Setelah pulang mereka pasti akan ngumpul pos ronda. Ada yang bermain domino dan hanya sekedar ngobrol sambil ngopi saja.
Pria yang lebih tua itu langsung beranjak, karena tiba saja perutnya mulas.
“Loh mau kemana kamu kar? Masih siang Loh ini’’ ucap Diki.
“Siang pala mu peang, ini itu malam!’’ timpal Azhar.
“Ya maksud nya ini itu baru jam sembilan.’’ balas nya Diki. sedangkan Kardi langsung menuju motonya.
“Perutku mulas. Aku duluan!’’ ucapnya sedikit berteriak.
Mereka lanjut main domino, tempat Kardi di ganti oleh Bambang.
“Eh kalian tau tidak, Darma kembali ke desa ini. Sekarang Dia mendiami rumah mendiang Eyang Gayatri.’’ ucap Diki mengusap tengkuknya.
“Ah yang benar kamu!? Kan mendiang Eyang Gayatri tidak pernah mengizinkan jika anaknya itu tinggal di rumahnya semenjak menikahi Ningrum.’’ balas Bambang yang agak seram juga jika membahas rumah Eyang Gayatri.
“Aku dengar-dengar dari istriku, jika Dhirendra dan istrinya meninggal dunia. Anak perempuannya itu di titipkan pada Darma. Mana bisa mereka tinggal dirumah lama Darma, rumah itu sempit. Anaknya saja empat’’ ujar Diki yang memang dulu akrab dengan Darma.
“Empat?’’ bukankah anaknya hanya tiga ya?’’ tanya Edi yang ikut menimpali.
Semua saling diam, karena mereka memang tidak tau menau. Kecuali Diki yang kelihatan gugup.
.
👻
Di jalan, Kardi lumayan laju bawa motonya karena memang sudah di pucuk rasa ingin BAB nya. Tiba di tikungan yang lumayan sepi, tiba-tiba saja motornya mati.
“Loh, kok bisa mati ini?! Kan tadi baru sja di isi saat mau pergi yasinan. Masa sudah habis.’’ Kardi heran juga.
Saat di coba menstater hidup, tapi malah tersendat.
“Ah mungkin ini karbu nya. Eh kok ini merinding rasanya.’’ Kardi mengusap tengkuknya yang merinding.
Arrrrrhgkkkkk
Pekiknya, karena ada yang menyeretnya ke semak. Kardi mencoba melihat siapa yang sudah menyeretnya kasar begini, tapi karena suasana yang gelap, hanya cahaya bulan yang menerangi, sehingga hanya terlihat sosok berambut panjang.
“Bangsat! Siapa kamu’’ pekiknya tertahan.
“Apakah kau sudah lupa padaku lelaki bajingan?’’ jawab wanita itu serak. Dia menekan dada Kardi dan menggoresnya dengan kuku tajamnya.
“Arrrghkkk sakit bangsat setan!!’’
“Aku memang setan! Kau lah yang ikut andil membuat ku jadi setan. Kau bahkan seolah tak mendengar permohonan ampun ku. Aku memelas memohon di beri kesempatan untuk menyelamatkan diri. Tapi kau!!! Kau malah turut serta memperkosa ku!’’ ucapnya geram menusuk lebih dalam kuku nya ke dada Kardi.
“Ka-kau? Kau kah itu? A-aku sungguh minta maaf padamu. Aku terpaksa melakukannya, kalau tidak aku di pecat. Ampuni aku, ku mohon’’ Kardi terbata-bata karena Dia menahan sakit. Sementara darahnya terus mengalir dari celah-celah kuku panjang itu.
“Lalu kau mengorbankan kan aku. Aku ini sepupu mu bangsat! Kalianlah iblis yang sesungguhnya!’’ pekik nya memekakkan telinga Kardi.
“Ampun!! Aku berjanji akan menguburkan mu dengan layak dan menyerahkan diri pada polisi. Mohon ampunilah aku’’ Kardi sampai bersimpuh di kaki berlumuran darah tidak menapak tanah itu.
Kresss,,, Kreeeeekkk,,, Byurrrr
Hantu wanita itu tanpa ampun menarik paksa jantung Kardi. Kardi tak lagi mampu berteriak, Dia hanya kejang-kejang dengan mata melotot, lalu kaku.
.
“Tolongggggg!!’’
.
.
Jangan lupa like subscribe vote dan komentarnya