Setelah bertransformasi menjadi bayi, mantan kepala badan intelijen rahasia, Cheng Yao yang tumbuh besar dan dikenal sebagai Putri Danyang yang malas dan tidak berguna ditipu oleh Kaisar dan dikirim ke perbatasan untuk menikahi Adipati Ning. Adipati Ning adalah adik sepupu Kaisar, dan Cheng Yao menganggap bahwa suaminya adalah pria tua yang jelek.
Namun, setelah melihat wajah asli Adipati Ning, Cheng Yao mengubah pemikirannya dan berkata ingin punya anak dengan Adipati Ning.
Adipati Ning mengabaikannya, namun dia kemudian menyadari bahwa Cheng Yao berkaitan erat dengan Master Qiheng dari Paviliun Zhanbai, organisasi intelijen rahasia nomor satu di dunia persilatan.
Akankah Cheng Yao mendapatkan keinginannya untuk memiliki anak dari Adipati Ning, Ning Ziyu tanpa menyingkirkan bayangan yang ia sembunyikan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhuzhu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps. 31: Gangguan
“Xiuli, apakah Putri menggila lagi?”
Jun Heng bertanya dengan heran pada Xiuli. Hari ini, dia datang untuk memberikan sisa detail informasi mengenai Putra Mahkota Jin ke kediaman untuk Cheng Yao. Tetapi, dia terkejut melihat Cheng Yao yang tidak berhenti tersenyum. Ini sama seperti saat dia pertama kali datang kemari. Tiba-tiba saja Jun Heng merasa sesuatu yang buruk akan terjadi lagi.
“Dia sudah seperti itu sejak bangun pagi.”
“Mengapa kata-katamu ini terasa sangat tidak asing?”
Xiuli dan Jun Heng saling berpandangan. Sesuatu pasti telah terjadi malam tadi. Apakah sang putri telah berhasil mendapatkan malam pertamanya? Dia sudah mendapatkan yang dia inginkan? Tetapi, Xiuli jelas tidak melihat hal aneh ketika dia membereskan kamar tidur majikannya tadi.
“Jun Heng, jika kamu membicarakanku lagi, aku akan mematahkan kakimu.”
Jun Heng bergidik ngeri. Dia buru-buru pergi dari kediaman Adipati Ning setelah menyerahkan informasi. Putri Danyang sekarang lebih aneh dan kegilaannya semakin menjadi. Orang yang selalu menjadi objek pelampiasannya selalu Jun Heng. Kalau dia terus di sini, dia bisa babak belur.
“Putri, apa yang sebenarnya sedang kamu cari dari informasi Putra Mahkota Jin ini?” tanya Xiuli.
“Sesuatu yang sangat penting. Aku ingin tahu rencana yang dia susun di saat pernikahan politik sebentar lagi akan terjadi.”
“Pernikahan politik? Siapa yang diutus menjadi pengantinnya?”
“Aku tidak tahu. Paviliun Zhanbai sangat lambat, informasi mengenai siapa yang diutus menjadi pengantin ke Negara Jin belum diketahui.”
“Putri, Jun Heng dan orang-orang di Paviliun Zhanbai itu manusia. Mereka tidak punya sayap untuk terbang ke negara lain.”
“Oh, benar juga. Mereka manusia.”
Cheng Yao tiba-tiba tertawa. Informasi mengenai Putra Mahkota Jin itu dia simpan di lemari untuk dibaca nanti. Ada hal penting yang harus dia lakukan sekarang: menunggu Ning Ziyu pulang. Apapun alasannya, malam nanti tidak boleh gagal lagi.
“Putri, apakah kamu akan menunggu Tuan Adipati lagi.”
“Tentu saja! Aku bisa menunggu selama aku bersedia menunggunya.”
“Tapi, Adipati sangat sibuk hari ini. Dia mungkin akan pulang larut malam lagi.”
“Aku tahu. Xiuli, berikan aku secangkir kopi. Aku tidak boleh tertidur lagi!”
“Kopi?”
“Aku menyuruh Jun Heng mencarinya.”
Cheng Yao melemparkan serbuk kopi yang dia dapat dari Jun Heng. Kopi itu diimpor dari negara lain, sehingga harganya mahal. Di Kota Feng tidak ada yang menjual kopi, kalau pun ada, pasti sangat langka.
“Seduh dengan air panas. Jangan lupa tambahkan sedikit gula.”
“Oh. Baik.”
Cheng Yao kembali menunggu Ning Ziyu di kamar tidurnya. Secangkir kopi hitam yang disuguhkan Xiuli sudah habis setengah. Rasa kantuk memang tidak datang, tapi Cheng Yao justru gelisah. Entah kenapa dia merasa kalau malam ini akan gagal lagi. Jiwa optimisnya meronta, menyuruhnya untuk berpikiran baik.
Sudah tengah malam, tapi Ning Ziyu tidak juga kembali. Apakah akan gagal lagi?
Cheng Yao sungguh-sungguh kesal dan geram karena setiap kali kesempatan datang, selalu saja ada halangan. Kalau bukan dia, maka masalahnya ada pada Ning Ziyu. Kalau malam ini gagal lagi, Cheng Yao akan benar-benar memaksa Ning Ziyu dengan memberinya obat!
Cheng Yao menyandarkan punggungnya ke sofa, lalu dia memejamkan matanya lagi. Satu jam kemudian, pintu kamar terbuka. Seperti biasa, sosok Ning Ziyu masuk dengan langkah pelan ke dalam ruangan. Melihat Cheng Yao tidur lagi, Ning Ziyu menghela napasnya.
Dia mengangkat tubuhnya, hendak membaringkannya di tempat tidur. Namun, Cheng Yao tiba-tiba membuka matanya. Cheng Yao tiba-tiba mencium Ning Ziyu sambil mengalungkan lengannya pada leher pria itu. Ning Ziyu membeku, dia menatap kosong selama beberapa detik.
“Apa yang baru saja kamu lakukan?”
“Menciummu. Aku tahu kamu akan datang.”
Cheng Yao bersarang dalam gendongan pria itu. Dia sendiri terkejut dengan tindakannya yang tiba-tiba itu. Cheng Yao gemas, karena setiap kali menatap wajah Ning Ziyu yang tampan, jantungnya seperti ingin melompat keluar dari mulut. Sekarang, dia sulit menahan diri untuk tidak mencium pria itu di saat wajah mereka begitu dekat.
“Yaoyao, kamu menantangku?”
Yaoyao? Ini pertama kalinya Cheng Yao mendengar Ning Ziyu memanggilnya seperti itu. Ada jutaan bunga mekar dalam hatinya, semerbak wangi menyebar ke seluruh penjuru hatinya. Astaga, Cheng Yao benar-benar menyukai panggilan ini!
“Menantang? Seperti apa?” Cheng Yao menatap dengan nakal. “Apakah seperti ini?”
Cheng Yao menggigit daun telinga pria itu. Ning Ziyu merasa wanita ini menantangnya, ingin bermain-main dengannya. Dia segera membaringkan Cheng Yao di tempat tidur, mengurungnya di bawah tubuh kekarnya. Masih ada jarak di antara mereka, tapi deruan napas keduanya terasa di wajah satu sama lain.
“Benar-benar kucing nakal. Apakah kamu pikir aku pria pengecut?”
Ekspresi Ning Ziyu agak berbeda malam ini. Dia seperti… pria nakal yang suka menyenangkan istri dan menjadi simpanan nyonya kaya. Cheng Yao tidak tahu apakah ini adalah ilusi yang tercipta dari kegembiraan hatinya atau bukan. Yang jelas, dia merasa Ning Ziyu lebih hangat dari biasanya.
“Hei, bisakah kamu memperbaiki ekspresimu itu? Jangan selalu berwajah datar. Aku bisa-bisa sulit membedakan mana wajahmu dan mana jalan raya.”
“Kamu menyamakanku dengan permukaan jalan raya?”
Dahi Ning Ziyu berkerut tidak terima. Wajah setampan ini, yang membuat seluruh gadis Kota Feng tergila-gila, malah disamakan dengan permukaan jalan raya? Bagaimana bisa?
“Bukan hanya itu. Aku bahkan masih bisa menyamakannya dengan papan cucian.”
“Cheng Yao!”
“Hahahaha… jadi, apakah kamu datang untuk menunaikan janjimu malam ini?”
“Bisakah Putri Danyang memberitahuku janji apa yang harus aku penuhi malam ini?”
“Adipati Ning, jangan pura-pura. Beraninya kamu mempermainkan seorang putri!”
“Oh? Seperti apa? Apakah seperti ini?”
Cup. Ning Ziyu tiba-tiba mengecup bibir Cheng Yao. Cheng Yao membelalak kemudian menutup mulutnya dengan kedua tangan. Suara Cheng Yao teredam, “Kamu-kamu-kamu-”
“Kenapa? Kamu bisa menjahiliku, apakah aku tidak bisa menjahilimu?”
Cheng Yao masih menutup mulutnya. Ya Tuhan, sepertinya dia salah memprovokasi orang!
“Jadi, Putri Danyang, bisakah kita mulai sekarang? Aku akan melunasi utangku pelan-pelan padamu.”
Ning Ziyu membuat Cheng Yao menyingkirkan tangannya sendiri dari mulutnya, mencekalnya dengan tangan kiri. Tatapan matanya turun pada bagian dada Cheng Yao yang menonjol. Benda di balik kain itu, seperti apa bentuknya? Seperti apa warnanya? Apakah sama seperti yang ada di buku yang dia baca saat menerima pendidikan dari ayahnya dulu?
Jemari Ning Ziyu menarik tali berbentuk pita yang diikatkan di pinggang Cheng Yao. Masih ada selapis pakaian lagi di balik kain yang berhasil dibuka Ning Ziyu. Tenang, dia tidak buru-buru. Dia ingin memberi pelajaran pada kucing kecil ini, bahwa memprovokasinya adalah hal yang sangat berbahaya.
“Ning Ziyu, jangan menatapku seperti serigala lapar seperti itu.”
“Siapa yang sebenarnya seperti serigala lapar?”
Cheng Yao memalingkan wajahnya. Sial, wajahnya malah merona saat ini. Siapa yang melukis wajahnya sampai seperti ini? Mengapa rasanya wajah cantik pemberian Tuhan ini seperti terbakar?
“Yaoyao, kamu malu.”
“Tidak. Siapa yang malu!”
“Kamu.”
“Aku tidak malu!”
“Oh?”
Cup. Ning Ziyu mengecup sudut bibir Cheng Yao. Pipi Cheng Yao semakin memerah. “Ning Ziyu, ternyata kamu sangat berani. Gadis-gadis Kota Feng, jika tahu kamu adalah orang yang sangat jahil seperti ini, apakah mereka masih akan mengidolakanmu?”
“Bukankah hal seperti ini yang menjadi alasan utama mereka menyukaiku? Yang seperti inilah yang mereka inginkan.”
Keduanya saling menatap. Ketika tatapan Ning Ziyu kembali turun, dia menundukkan kepalanya dan mulai menjelajahi leher jenjang Cheng Yao. Cheng Yao merasa geli, dia bergerak tidak nyaman. Bulu kuduknya merinding. Ya Tuhan, dia sepertinya benar-benar salah memprovokasi orang!
Dia pikir dia yang akan mendominasi, tapi nyatanya salah. Tenaga Ning Ziyu lebih kuat dan badannya lebih kekar darinya. Hanya dengan satu tangan saja sudah membuat kedua tangan Cheng Yao seperti terikat kuat. Bagaimana dengan bagian tubuh yang lainnya?
Tidak bisa begini. Ketika Ning Ziyu melepaskan lehernya, Cheng Yao langsung berinisiatif menggigit bibir bawah suaminya sampai meninggalkan bekas. Ning Ziyu meringis, lalu menatap Cheng Yao dengan rumit. Wanita, kamu benar-benar telah memprovokasi orang yang salah!
Entah sejak kapan mereka meninggalkan gengsi masing-masing. Cheng Yao dan Ning Ziyu sudah saling menggoda satu sama lain. Cheng Yao bahkan berhasil menarik pita baju Ning Ziyu sampai dada bidang pria itu terlihat. Seperti saat itu, dadanya masih saja begitu kokoh.
Mereka hendak melangkah ke hal yang lebih jauh. Tapi kemudian….
“Tuan Adipati, Putri, ada tamu yang mendesak ingin bertemu!”
matur nuwun kakak author..
pssstttt..extra part nya dibanyakin ya..heheheheh/Grin//Grin//Chuckle//Chuckle//Beer//Beer//Beer//Pray//Pray/
lanjut dong kak ceritanya yaoyao dan pertumbuhan anaknya...
semangat berkarya kak author.... 💪💪♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️
sedangkan dia baru saja melahirkan.
ternyata masih diselamatkan oleh oranya yaoyao.
lanjut up lagi kak author... semangat 💪💪♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️