Yvonne yang menikmati malam festival mendapat masalah begitu terbangun dengan tubuh yang tidak terbalut pakaian. Belum sempat ia tahu laki - laki mana yang telah menidurinya, ia malah mengandung anak lelaki itu. Namun, setelah anak itu lahir, Yvonne beserta keluarga sangat terkejut karena bayi yang ia lahirkan mewarisi mata merah yang hanya dimiliki oleh keluarga kekaisaran. Akankah bayi yang Yvonne kandung jatuh ke tangan kaisar? Atau malah terbunuh karena hak sukesi yang bersaing ketat?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Annisa Nurhalizah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertunangan Putra Mahkota
Hari penobatan telah tiba. Sang pemeran utama yaitu pangeran Theodore telah mempersiapkan dirinya.
Dia sudah didandani dari pagi buta hingga akhirnya pada malam hari, penobatan itu bisa dilangsungkan dengan tertib dan aman.
"Setelah menyelesaikan berbagai tahapan pensucian, yang mulia pangeran Theodore, satu-satunya pangeran kerajaan Khoontz dan anak pertama baginda kaisar Neil Khoontz, dinyatakan sah menjadi putra mahkota! Hidup yang mulia putra mahkota Theodore!"
"Waaa! Hidup yang mulia putra mahkota Theodore!"
"Hidup yang mulia pangeran!"
"Hidup yang mulia calon kaisar!"
.
"Saya memberikan selamat pada calon matahari kekaisaran yang telah resmi, yang mulia putra mahkota Theodore." Helma membungkukkan badannya dengan sempurna. Theo mengembangkan senyum begitu melihat Helma, dia menyuruh Helma mengangkat kepalanya dan membalas ucapannya.
"Terimakasih nona Saverm."
Helma tersenyum manis. Mereka hanya terdiam sambil bertatap-tatapan, membuat Geran yang setia berada disamping Theo itu merasa ketidaknyamanan.
"Yang mulia, anda harus menerima salam dari orang lain." Tegur Geran.
"Ah, saya sudah mengganggu yang mulia!" Helma langsung menundukkan kepalanya. "Kalau begitu saya pamit, silahkan nikmati acara anda yang mulia!"
Helma pergi begitu saja membuat Theodore merasa sedikit kecewa. Pria itu melirik kearah Geran dengan tatapan tajam. "Anda tidak boleh menyalahkan saya.." bela Geran.
Theo menghela nafas lalu melanjutkan perjalanannya.
"Selamat yang mulia putra mahkota, anda begitu cocok dengan sebutan itu." Marquess Alberch membungkuk sopan kearah Theo.
"Terimakasih atas ucapanmu."
Meygan menegakkan tubuhnya. "Yang mulia, apakah anda sudah memutuskan calon putri mahkota?"
Theo tersentak beberapa saat untuk itu. Dirinya baru saja dinobatkan menjadi putra mahkota, memangnya sopan jika ia langsung ditanya mengenai calon tunangannya?
"Masih belum, mungkin aku akan memikirkannya jika aku sedikit lebih dewasa." Jelas Theo menyindir.
"Ah benar, anda masih dibawah umur, haha! Mohon maaf yang mulia, tapi anda terlihat sangat dewasa!"
Theo terkekeh pelan. "Begitu kah? Kalau begitu aku akan segera memikirkan pertunangan." Theo mengompori pembicaraan Meyga. Tentu saja pria itu jadi bersemangat.
"Ah, putri saya sangat cantik hari ini.. dia memakai gaun dari penjahit terkenal di kekaisaran. Akan sangat baik jika yang mulia juga melihatnya."
Kena! Theo kini sudah menangkap niat asli Marquess licik itu. "Ah benarkan? Saya sudah melihat indahnya nona Saverm tadi, seharusnya saya juga memberikan respon yang sama kan pada nona Alberch?"
Meygan sedikit tersentak, bagaimana mungkin putrinya yang terlahir dari keluarga Marquess disandingkan dengan putri keluarga Count?
"Pujian anda terlalu berlebihan. Nona Saverm tidak bisa disandingkan dengan anak saya, yang mulia."
"Kenapa tidak? Jika putri duke tidak lahir, bukankah kedudukan semua nona seimbang?"
Skakmat! Meygan tidak lagi bisa berucap karena tradisi itu sudah berdiri dari ratusan tahun lalu.
"Be-benar! Yang mulia sangat pintar ya!"
Theo terkekeh. "Terimakasih atas pujianmu, aku akan segera mengumumkan calon putri mahkota melihat kekhawatiranmu." Ucap Theodore.
Meygan membungkukkan badannya letika Theo berjalan melewatinya. "Terimakasih telah mempertimbangkan masukan saya yang mulia, semoga anda diberkati oleh kesinaran matahari kekaisaran!"
Meygan membangkitkan tubuhnya kembali.
"Dasar anak kecil! Pangeran yang hanya tau tentang bermain di taman itu juga bisa mengelak orang tua? Kenapa aku terpikirkan untuk membelanya kemarin? Bikin rugi saja!"
.
"Calon putri mahkota?"
Theo mengangguk semangat. Yvonne sangat kebingungan dengan putranya yang tiba-tiba menanyakan itu setelah penobatannya selesai.
"Memang sebelumnya belum pernah ada pemilihan putri mahkota, tetapi jika kamu ingin metode seperti itu, ibu akan mendukungnya." Jelas Yvonne.
Theo tersenyum lebar. "Terimakasih ibu!"
Theo memberi usul oada ibunya mengenai calon putri mahkota. Dirinya ingin kalau semua nona yang bersedia menjadi putri mahkota itu mengikuti saingbara dan memenangkan beberapa tes. Dengan begitu, tidak ada orang yang merasa tidak adil karena kedudukan keluarganya yang lebih tinggi ataupun lebih rendah.
Yvonne menghela nafas.
"Tetapi Theo.. ayanmu memberitahu ibu bahwa kamu akan dikirim ke medan perang tahun depan. Jika pemilihan putri mahkotamu dimulai sekarang, mereka akan kesulitan untuk mencuri hatimu." Jelas Yvonne.
Theo baru terpikirkan itu sekarang. Dirinya juga sangat sibuk berlatih pedang saat ini. Jika saingbara itu dimulai sekarang, tentu saja itu akan menghalangi persiapannya untuk pergi ke medan perang tahun depan.
"Baiklah, aku akan mengundurnya sampai aku kembali dari perang."
Yvonne mengangguk senang. "Tetapi ingat! Jika kamu sudah memutuskan pemilihan putri mahkota seperti itu, maka kamu tidak boleh menyimpan perasaan pada wanita lain!" tegas Yvonne.
"Tentu saja ibu, aku tidak akan mengkhianati istriku." Balas Theo.
Yvonne tersenyum puas lalu mengecup kening putranya singkat.
"Ibu! Aku sudah besar." Protes Theo yang sudah tidak ingin dimanja lagi. Itu membuat Yvonne sedikit kecewa karena dahulu putranya selalu meminta kecupan dari Yvonne.
"Ya ampun, sedihnya diri ini menerima kenyataan kalau anaknya sudah dewasa!" keluh Yvonne.
Theo hanya terkekeh pelan menanggapi itu. Padahal ibunya masih memiliki anak kecil yang lebih pantas menerima kemanjaan dirinya.
"Ibu akan terbiasa nanti." Sahut Theo.
Yvonne menutup mulutnya kecewa. "Iya, mau tidak mau aku harus membiasakannya.."