Beberapa pria berkumpul di meja bundar besar di hadapan masing-masing duduk melingkar, berpakaian hitam-putih layaknya Mafia. Memang mafia, 8 pria itu adalah mafia terbesar di kota ini namun saat ini mereka sedang menjalankan sebuah misi jadi mereka tinggal di tempat yang tak di ketahui oleh siapapun. Layaknya seperti seorang pebisnis yang sedang meeting, membicarakan rencana ini itu agar mendapatkan hasil yang sukses.
Sama hal nya dengan mereka yang menyusun rencana untuk musuh mereka, sudah tidak heran mafia memang wajib punya musuh ntah itu lawannya sama-sama mafia atau orang biasa.
"Hey, di posisi seperti ini serasa bukan mafia melainkan perampokan" decih salah satu pria berambut pirang.
"Bukan perampokan, yang sudah jadi milik kita kenapa tidak? Aku bahkan bersemangat dalam misi ini, selain mendapatkan nya namun nyawa nya ada di genggaman ku" ujar salah satunya sambil menunjukan kepalan tangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rianti Al, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Arvin dan Marvin berada di ruangan pria paruh baya dengan santainya duduk menatap 2 putranya. Ya, dia adalah Tuan Kingston atau bisa di panggil Tuan King, ayah kandung dari Arvin dan Marvin. Merupakan pria pemimpin Mafia di Asia dan pengendali kota yang di tempati nya. Terlihat bahwa Tuan King & Arvin mirip bedanya Tuan King memiliki keriputan si wajahnya menimbulkan kesan penuaan.
"Ayah dengar kalian menyerang negara AS?" Tanya Tuan King.
"Ya" singkat Arvin.
"Apa yang kalian dapat di sana?"
"Hanya dapat senjata"
"Untuk apa? Kalian kekurangan senjata kah?"
"Tentu saja tidak, bukan kah lumayan? Itung-itung memberi kode untuk melakukan penyerangan lagi setelah 2 tahun lalu"
"Arvin, Marvin... Jika peperangan kalian hanya untuk merugikan negara ayah tak akan membantu lagi. Kecuali peperangan kalian menguntungkan bagi kedepannya, kalian tau kan? Bahwa selain pemimpin Mafia ayah juga presiden di negara ini. Semua orang tau bahwa kalian adalah putra ku, jika sampai rahasia kita terbongkar itu akan memicu perdebatan antara Presiden, anak, pihak berwewenang dan juga masyarakat!" Serius Tuan King.
"Kita tau"
Sejauh ini, hubungan bisnis gelap yang mereka lakukan layak nya privasi tak ada yang tahu selain keluarga mereka. Tidak mudah juga mereka menyembunyikan rahasia besar ini, butuh dinding tebal yang menutupi keburukan mereka. Dan kalian pikirkan saja, bagaimana rahasia mereka terbongkar. Apa yang akan terjadi?
"Bagaimana status kalian?" Tuan King.
"Yah sudah tidak heran, bahkan aku bosan mendengar pertanyaan itu terus" malas Marvin melipat kedua tangannya, setelah berbicara serius kini kembali membahas hal ini.
"Jika begitu kenapa sampai saat ini kalian tidak berubah? Sudah berkali-kali ayah bilang sampai kalian pun bosan masih tak mendengar tentang kedekatan kalian dengan wanita-wanita?"
"Ayah, sudah berapa kali aku bilang. Aku akan menikah dengan pilihan ku sendiri! Jika sampai saat ini belum ada berarti tak ada wanita yang membuat ku tertarik " ujar Marvin, Arvin melirik adiknya dengan datar.
Lalu? Gadis yang dia culik?
"Jika begitu, terpaksa ayah akan menjodohkan kalian dengan kerabat ayah!"
"Gak!" Balas cepat dari Arvin dan Marvin.
"Baiklah-baiklah, saat ini aku punya seorang gadis di rumah" final Marvin ketika teringat bahwasannya dia baru saja menculik seorang gadis.
"Benarkah?" Selidik Tuan King.
"Apa aku pernah berbohong tentang seorang wanita?" Tanya angkuh Marvin, putra nya jika di tanya tentang hubungannya dengan wanita pasti jawabannya tidak ada dan tidak pernah. Jadi Tuan Jung masih ada rasa percaya dari ucapan Marvin.
"Lalu bagaimana?"
"Masih proses" santai Marvin, ucapan Marvin membuat Tuan King tersenyum tipis lalu beralih menatap Arvin.
"Bagaimana dengan mu? Arvin? " Tanya Tuan King. Pria itu hanya menatap datar membuat Tuan King menatap intens.
"Baiklah, akan ayah jo–"
"Masih proses" singkat Arvin memotong ucapan ayahnya, Marvin menyipitkan matanya tak percaya sejak kapan Arvin punya wanita? Terakhir kali punya sudah satu tahun lalu.
"Benar?" Curiga Tuan King, Arvin berdehem berat.
"Awas jika kalian berbohong, ayah akan memaksa kalian untuk menikah dengan wanita pilihan ayah sendiri. Yang pastinya sederajat dengan kita!" tegas Tuan King.
Setelah pembicaraan tentang pernikahan yang membuat keduanya muak, mereka keluar dari ruangan ayahnya dan berdiri di depan pintu.
"Sejak kapan kau punya wanita? Aku bahkan tak pernah melihat gerak-gerik mencurigakan dari mu" selidiki Marvin menatap Arvin dari bawah hingga atas.
"Bukan urusan mu" datar Arvin lalu pergi begitu saja.
Marvin berdecih.
\*\*\*
Kembali dengan Liana. Gadis ini berada di kamar mandi dan mengeluarkan ponsel di dalam baju yang ia sembunyikan.
Keberuntungan!
Bahwa ponsel itu tak ada pin, kode atau pola keamanan dengan mudahnya ia membuka dan mencari aplikasi telpon. Ia menulis nomor di ponsel tersebut lalu menelpon dengan volume yang kecil agar penjaga itu tak mendengar nya.
Butuh waktu yang lumayan lama akhirnya si penerima telpon menjawab panggilannya.
“𝘏𝘢𝘭𝘰?”
"Ayah, ini aku Liana" dengan suara pelan.
Sedangkan di sebrang sana di mana tempat ayahnya Liana berada mengerutkan keningnya.
“𝘓𝘪𝘢𝘯𝘢? 𝘒𝘢𝘮𝘶 𝘨𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘯𝘰?”
"Enggak, ku mohon tolong Liana" Menahan air mata"
Seketika ayahnya berdiri dari ia duduk “𝘈𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘳𝘫𝘢𝘥𝘪?!”
"Aku di culik oleh musuh Revan dari kemarin malam, saat ini aku ada di rumah mereka dan membawa ku pergi jauh dari rumah Revan. Ayah, tolong selamatkan aku, aku takut jika musuh mereka kembali ke rumah ini dan menyiksa ku lagi!" Menahan suara tangisan.
“𝘐–i𝘺𝘢 𝘴𝘢𝘺𝘢𝘯𝘨, 𝘢𝘺𝘢𝘩 𝘱𝘢𝘴𝘵𝘪 𝘮𝘦𝘯𝘰𝘭𝘰𝘯𝘨 𝘮𝘶. 𝘉𝘦𝘳𝘵𝘢𝘩𝘢𝘯 𝘺𝘢 𝘴𝘢𝘺𝘢𝘯𝘨, 𝘢𝘺𝘢𝘩 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘦𝘭𝘢𝘮𝘢𝘵𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘶. 𝘚𝘦𝘬𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘢𝘶 𝘥𝘪 𝘮𝘢𝘯𝘢? ”
"Aku tidak tau. Ayah, minta bantuan Revan hanya mereka yang bisa membantu ayah. Aku yakin, dengan ponsel yang aku pakai mereka bisa melacak keberadaan ku"
“𝘐𝘺𝘢, 𝘵𝘦𝘯𝘵𝘶 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘢𝘺𝘢𝘩 𝘭𝘢𝘬𝘶𝘬𝘢𝘯!”
"Maaf ayah, aku tak punya banyak waktu saat ini aku ada di toilet terpaksa mencuri ponsel milik pelayan di sini untuk menghubungi ayah. Cepat ayah, selamatkan aku–"
"Nona! Berapa lama lagi anda akan di dalam?!" Suara tegas membuat Liana terdiam sejenak bahkan sang ayah pun mendengar suara itu membuat nya khawatir tentang keadaan putrinya.
"Ayah denger sendiri kan? Cepat yah selamatkan aku, maaf aku matikan dulu yah ayah. Sampai jumpa"
Tut
Panggilan berakhir, segeralah sang ayah bergegas keluar untuk meminta bantuan pada orang yang di maksud oleh putrinya.
Kembali pada Liana.
Gadis itu menghapus jejak air mata dan memasukan kembali ponsel itu dalam pakaiannya, ia berusaha bersikap biasa saja. Setelah itu ia keluar dan mendapati 2 pria yang rela berdiri jagain Liana agar tidak kabur.
"Maaf, tadi perut ku sakit banget jadi agak lama. Lagian aku tak akan kemana-mana kok" kesal Liana yang di tatap curiga oleh 2 pria itu.
"Cepat selesaikan tugas mu! " Yang di maksud tugas itu adalah masak, Liana kan tadi lapar dan ingin masak sendiri. Gadis itu mengangguk kecil.
“𝐴𝑦𝑎ℎ, 𝑎𝑘𝑢 ℎ𝑎𝑟𝑎𝑝 𝑎𝑦𝑎ℎ 𝑏𝑖𝑠𝑎 𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡 𝑚𝑒𝑛𝑦𝑒𝑙𝑎𝑚𝑎𝑡𝑘𝑎𝑛 𝑘𝑢 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑠𝑖𝑛𝑖 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑝𝑟𝑖𝑎 𝑖𝑡𝑢 𝑘𝑒𝑚𝑏𝑎𝑙𝑖. 𝑌𝑎 𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛, 𝑠𝑒𝑙𝑎𝑚𝑎𝑡𝑘𝑎𝑛 𝑎𝑘𝑢 𝑑𝑎𝑛 𝑎𝑦𝑎ℎ 𝑘𝑢”
\*\*\*
Tuan Kevin atau ayahnya Liana berlari memasuki kawasan rumah 8 mafia itu untuk meminta bantuan bahkan perasaan marah nya terlihat jelas bahwa mereka tak bisa menjaga putrinya dengan baik.
"Anda siapa?!" tegas penjaga yang ada di depan pintu, tak hanya satu melainkan 2.
"Minggir! Saya ingin bertemu dengan Tuan Arion dan yang lain!" Tak kalah tegas.
"Anda tak bisa bertemu! Apakah anda ada jan–"
"YA! Saya ada keperluan dengan tuan kalian! Ada yang ingin saya bicarakan pada tuan kalian!" Menatap tajam.
"Saya akan memanggil–"
Ucapan penjaga itu terpotong kala Kevin langsung menerobos masuk kedalam tanpa persetujuannya atau menunggu.
"Apa yang anda lakukan?!" Penjaga itu menahan tubuh Kevin.
"Lepas! Saya hanya ingin bertemu dengan tuan Arion!" Memberontak namun penjaga itu semakin memperkuat tahanan. Dan terjadilah keributan.
"Ada apa ini? Berisik sekali!" kesal seorang pria yang ternyata Lucas, bahkan Elvano dan Kenzo pun datang dari arah yang berbeda.
"Lepaskan dia" titah Lucas pada penjaganya, tentu saja menurut dengan perintah. Mereka melepaskan Kevin dan mundur beberapa langkah, Kevin maju dan langsung memukul wajah Lucas.
Bugh
Elvano dan Kenzo terkejut dan menghampiri Lucas yang tersungkur akibat pukulan keras dari Kevin.
"Beraninya kau!" Para penjaga itu menodongkan senjata namun Lucas mengangkat tangannya untuk tidak melakukan apapun, terpaksa mereka menurunkan senjatanya.
"Ada apa ini?" Tanya Kenzo.
"Saya sudah menyerahkan putri saya pada kalian! Dia rela melakukan apapun demi saya, awalnya saya tidak setuju keputusannya karena saya menyerahkan pada orang seperti kalian! Saya sudah berharap bahwa kalian bisa menjaga nya karena melihat sikap yang di tunjukan oleh Tuan Revan waktu itu, saya pikir bahwa kalian tak akan menyakiti putri saya. Nyatanya apa? Kalian tak menyakitinya namun membiarkannya di bawa jauh oleh musuh kalian?!!" Tegas Kevin.
Bagaimana dia mengetahui berita penculikan gadis itu, ini sudah urusan mereka jadi polisi bahkan detektif pun tak bisa mengetahui kejadian ini.
"Bagaimana bisa anda mengetahui kabar ini?" Tanya Kenzo.
"Jika putri saya hilang berarti kalian tak akan pernah memberitahu saya, gitu?!!"
"Bukan begitu, hanya saja ntah apa yang akan aku ceritakan pada anda setelah Liana hilang..." Elvano.
"Mungkin saya tak akan pernah tau keberadaannya sekarang jika bukan putri saya sendiri yang memberitahukan hal ini! " Bentak Kevin. Mereka membulatkan mata, apa? Putri? Maksudnya Liana? Dia mengabari pada ayahnya? Bagaimana bisa?
"Apa?!" Ucap mereka bersamaan.
"Saya tak mau tau! Sekarang juga kalian lacak nomor ini dan temukan putri saya! Jika kalian gagal saya akan memberitahu semua kepada pihak berwajib, dan saya tidak peduli jika itu taruhan nyawa saya! " Kevin melempar ponsel nya dan di tangkap oleh Kenzo.
"Apa benar dia menelepon mu?" Suara Kenzo sedikit bergetar menatap ponsel yang ia pegang.
"Jika saya berbohong, saya tak akan mengetahui ini! Cepatlah! Putri saya dalam bahaya!!" Tegas Kevin.
Dengan tergesa-gesa Kenzo berlari ke lift untuk ke ruangan pelacak, tak lupa Kevin pun mengikuti Kenzo dari belakang.
"Kasih tau pada yang lain!" Lucas, Elvano mengangguk lalu bergegas menemui yang lain.
***
Kenzo langsung duduk kasar di kursi dan mulai mempercepat memainkan keyboard serta mouse, tak lupa ponsel milik Kevin ia colokan yang terhubung ke komputer. Ia terus menggeser-geser mouse, semua pandangan tertuju pada layar komputer.
Lalu tibalah mafia lainnya, Arion menyela antara Hyunjin & Elvano.
"Bagaimana?!" Arion
"Masih di lacak" Kenzo.
Setelah mendengar cerita dari Elvano, mereka langsung bergegas menuju ruangan yang di tempati Kenzo dan saat ini mereka sedang menunggu hasil dari temannya yang sedang melacak.
"Ini dia!" Seketika yang lain langsung mengamati tempat seperti peta di mana ada tanda titik merah yang artinya letak pemilik no atau ponsel yang mereka lacak.
"Kota V?" Ucap Edgar saat mengetahui letak titik merah tersebut.
"Aku sudah bilang kan?!" Lucas ngegas, karena ia pernah bilang pada Edgar siapa tau dia berada di kota F, M, J atau V tapi apa? Edgar tak percaya.
Juga, bukan saat nya menyalahkan.
"Sekarang cepatlah! Kalian tak ada waktu, putri ku bilang musuh kalian akan kembali. Saat ini, mereka sedang tak ada di rumah!" Kevin.
Mereka mengangguk dan hendak pergi namun saat mereka ingin pergi, Kevin menahan mereka.
"Jika kalian tak datang tepat waktu, mereka akan kembali dan menyiksa putri ku lagi seperti sebelumnya. Saat ini, putri ku sendiri yang bilang bahwa hanya kalian yang bisa membantu ku dan dia, Liana mempercayakan ini pada kalian" serius Kevin.
Mereka sempat terdiam mendengar cerita ayah dari gadis mereka, tapi langsung tersadar dan pergi.
"Jika aku ikut, aku bisa saja menghalangi mereka. Aku percaya, bahwa mafia-mafia itu bisa membawa kembali putri ku. Liana, bertahanlah penyelamat mu datang"
semangt bikin ny thorr sehat selalu