NovelToon NovelToon
Tali Pocong

Tali Pocong

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Mata Batin / Ilmu Kanuragan
Popularitas:8.8k
Nilai: 5
Nama Author: bang deni

Wabah corvid 19 membuat banyak perusahaan yang melakukan pengurangan karyawan , Jaka seorang pemuda tampan pun ikut terkena PHK, kehidupannya menjadi semakin terpuruk saat melihat sang istri berselingkuh dengan temannya yang sekaligus mantan atasannya , yang lebih menyakitkan lagi ternyata pemecatan dan tidak di terimanya ia bekerja juga karena ulah mereka berdua, bagaimana Jaka menghadapi penghianatan istri dan temannya....
yuk kita baca kisahnya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bang deni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

JAKA VS KI TANGIS MALAM

Ki Tangis Malam berdiri mematung, tangannya menjuntai ke samping. Dari ujung jari-jarinya yang hitam mengalir asap tipis. Matanya yang cekung tampak merah membara.

Jaka menggenggam gagang cambuk Gembolo Geni erat. Aura panas dari tubuhnya memijar seperti bara yang tertahan.

Dinda berdiri agak jauh, senjata kecilnya siap. Tapi sorot matanya penuh keyakinan.

“Tak kusangka,” gumam Jaka. “Masih ada pengikut ilmu hitam sebusuk kau di jalan ini.”

Ki Tangis Malam terkekeh. “Dan aku tak menyangka, murid Boris bisa serendah ini—menggiring wanita cantik sebagai tameng hidup.”

Jaka mengangkat cambuknya.

“Mulutmu terlalu bau untuk didengar. Biar ku bakar sekalian.”

“AJIAN TULANG PENDENDAM!! BANGKITLAH!!

Ki Tangis Malam menghentakkan telapak tangan ke tanah.

Dari balik bumi, lima sosok hitam berwujud manusia tanpa kulit bangkit. Mata mereka kosong, tubuh mereka terdiri dari otot kering dan tulang terikat urat hitam.

Grrrrrrrr

Mereka meraung, lalu menyerbu.

“GEMBOLO GENI!!”

Jaka mengayunkan cambuknya.

SWAAARRR!!!

BLAAAR

BLAAAR

Cambuk menyala merah membentuk semburan api melingkar. Dua mayat hidup langsung meledak jadi abu. Sisanya meloncat ke arah Dinda, tapi dengan satu gerakan cepat Jaka menjejak tanah:

“AJIAN GELAP NGAMPAR!!!

Tubuhnya lenyap dari pandangan sesaat, lalu muncul tepat di depan Dinda

blaaaar

jletar

satu pukulan lutut menghancurkan dada makhluk pertama, disusul putaran cambuk membelah kepala makhluk kedua.

DORRR!!!

Sisa ledakan darah dan kabut otot mengotori rumput.

“Bagus,” suara Ki Tangis Malam dalam. “Tapi bagaimana kalau aku naikkan level permainan?” ucap nya kemudian

Ia membuka bajunya, memperlihatkan dada yang ditutupi rajah-rajah berdarah.

“AJIAN TUBUH KEKAL!!”

Tubuh Ki Tangis Malam tiba-tiba mengeras. Otot-ototnya membesar dan kulitnya berkilap hitam pekat seperti batu obsidian. Suaranya berubah berat, menggemuruh:

“Setiap seranganmu kini akan memantul balik padamu, Pendekar Gadungan!” teriak Ki Tangis Malam

Jaka mundur setengah langkah. Tapi tak gentar.

“Kalau tubuhmu kebal… berarti aku harus menyerang dari dalam.”

Jaka menunduk, mengusap tali pocong yang melingkar di pinggangnya

Aura di tubuh Jaka meledak ke luar dalam bentuk pusaran merah kekuningan. Tanah tempatnya berpijak mengelupas, menciptakan retakan membentuk simbol segitiga menyala.

WHUUUUUMMM!!!

Seketika itu juga Jaka melesat maju—tangannya memukul tepat di dada Ki Tangis Malam. Tapi bukan tenaga luar yang dipakai…

SREEEEETTT!!

melainkan aliran tenaga dalam yang menyerang langsung ke aliran darah lawan!

Ki Tangis Malam terkejut.

“APA INI!?”

Tubuhnya mendadak kejang. Rajah-rajah di dadanya bergetar, darahnya berputar berlawanan arah!

“NGGGRRRAAAHHHHH!!!”

Ki Tangis Malam mengayunkan tinjunya, dan pukulan itu menghantam tubuh Jaka keras sekali.

BLUUUURRR!!!

Jaka terlempar menabrak pohon besar, tulang rusuknya terdengar retak. Tapi ia berdiri lagi, darah menetes dari bibirnya.

“Aku… belum… selesai!”

“GEMBOLO GENI!!!”

" Cambuk Neraka !!

Jaka mengayunkan cambuknya berputar seperti roda api. Cambuk itu melingkar di tubuh Ki Tangis Malam, membentuk jaring api yang membakar dari luar.

BZZZZZZZRRRT!!!

“AAAAAAAAAARRRGHHH!!!”

Ki Tangis Malam menjerit—rajah tubuhnya mulai meleleh. Ilmu Ajian Rongga Tubuh Kekal tak bisa menahan panas suci dari Cambuk Gembolo Geni!

Jaka tak berhenti.

Ia melompat, menancapkan dua jari ke dada lawan.

“Ajian Bengkeleng!

DORRRRR!!!

Tubuh Ki Tangis Malam meledak dari dalam. Semburan darah hitam dan daging busuk menciprat ke segala arah.

Sisa tubuhnya ambruk, mengepul jadi abu hitam yang hilang tertiup angin

Dinda berlari menghampiri Jaka.

“Kau terluka lagi…” ucapnya sambil memeluknya erat.

Jaka tersenyum lemah. “Tapi kau aman. Itu yang terpenting.” sahut jaka

Dinda menatap wajahnya, lalu mengecup bibirnya pelan.

“Kita… masih belum pulang. Tapi aku harap malam ini, kita tetap tidur dalam satu selimut.” pinta Dinda sambil tersenyum menggoda

Jaka tertawa pelan, memeluknya lebih erat.

“Kau akan selalu kupeluk. Bahkan saat dunia membusuk di sekeliling kita.”

Hutan malam itu sunyi. Langit digantung bintang-bintang redup, dan kabut tipis menggantung di antara pepohonan tinggi. Jaka dan Dinda mendirikan tenda sederhana di bawah naungan pohon besar, dekat aliran sungai kecil yang bening.

Cahaya api unggun menari pelan, memantulkan bayangan tubuh mereka di batang-batang kayu tua.

Dinda duduk sambil menatap nyala api, rambutnya digerai setengah basah usai membersihkan tubuh di sungai. Ia hanya mengenakan balutan kain lembut warna gelap yang lengket di kulitnya karena embun malam.

Jaka menatapnya dari samping. Matanya tak bisa lepas dari punggung dan lekuk tubuh yang berkilau di balik cahaya api.

“Aku… tak terbiasa melihatmu diam begitu lama,” ucap Jaka, duduk di sampingnya.

Dinda menoleh, bibirnya tersenyum tipis. “Aku sedang menyimpan rindu… agar bisa meledak nanti.”

Jaka tertawa pelan. “Kalau begitu, biar aku bantu meledakkannya sekarang.”

Dinda menatapnya—dalam, tajam, penuh nyala.

Ia merangkak pelan, lalu duduk di atas Jaka, mengangkangi tubuh lelaki itu. Tangan lembutnya menyentuh wajah Jaka, lalu turun ke dada yang masih berbalut luka tipis bekas pertempuran.

“Apa ini sakit?” bisik Dinda sambil mencium perlahan luka itu.

“Sakit… kalau kau berhenti.”

Ciuman itu menjalar, dari dada ke leher, dan ke bibir. Lidah mereka bertemu, saling mencari. Nafas memburu. Tangan Jaka menjalar ke punggung Dinda, menarik kain tipis itu, melemparkannya ke samping. Kini tubuh mereka menyatu, kulit ke kulit, hangat dan bergairah.

Dinda mendorong tubuh Jaka perlahan ke tanah, tubuhnya meluncur turun seperti air.

“Panasmu masih menyala…” bisiknya di dada Jaka.

“Dan apimu… mulai membakarku,” jawab Jaka sambil membalik posisi mereka, kini tubuh Dinda di bawah, di atas tumpukan kain dan rerumputan hangat.

Suara alam menjadi musik pengiring: desiran angin, dentingan air, dan sesekali lenguhan kecil dari burung malam.

Tangan Jaka menjelajahi seluruh tubuh Dinda, lembut tapi pasti. Tubuh mereka menari, bergerak pelan di awal, lalu semakin cepat, penuh hasrat dan emosi. Setiap bisikan, setiap desahan menjadi mantra pemanggil gairah yang tak bisa dihentikan.

“Jaka…” rintih Dinda saat tubuhnya bergetar, tenggelam dalam puncak yang panjang.

“Jangan sebut namaku seperti itu…” ucap Jaka sambil mencium bibirnya lagi.

“Kenapa?”

“Karena aku bisa gila mendengarnya.”

Mereka berguling lagi, peluh membasahi tubuh keduanya. Dan dalam gelap malam itu, mereka bersatu—bukan hanya tubuh, tapi jiwa yang saling menggenggam, saling memberi, saling terbakar.

Fajar mengguratkan warna jingga di langit timur. Jaka terbangun lebih dulu, duduk sambil mengenakan baju atasannya, memandangi tubuh Dinda yang masih terlelap dalam balutan kain tipis, tersenyum dalam tidurnya.

Ia meraih cambuk Gembolo Geni dan mengelusnya perlahan.

“Api di tangan dan api di pelukan… semesta benar-benar memberkatiku semalam,” gumamnya.

Namun jauh di balik pepohonan…

Seseorang mengawasi. Seorang pria bertopeng perunggu, membawa kitab kuno bersimbah darah. Bibirnya menyeringai, lalu berbisik:

“Kau pikir malam ini milikmu, pewaris Pendekar Dua Alam… padahal mimpi burukmu baru saja dimulai.”

Siapa pria bertopeng itu....

1
Batsa Pamungkas Surya
siapaaaaaaq
Batsa Pamungkas Surya
yaaaaaa
Was pray
semakin seru kisah jaka, tapi kurang serunya up nya gak pasti
Blue Angel: nanti di up rutin Lagi kemaren lagi sibuk kak
Blue Angel: nanti di up rutin Lagi kemaren lagi sibuk kak
total 2 replies
Was pray
masih sering keliru menyebut nama ya thor? ada rangga dan budi pula..
Blue Angel: lagi buat novel lain jadi salah tulis, terima kasih nanti di revisi
total 1 replies
Batsa Pamungkas Surya
boleh boleh boleh
Batsa Pamungkas Surya
ok ok ok
Batsa Pamungkas Surya
semoga bertemu
Batsa Pamungkas Surya
lanjutkan
Bang Deni 0909
kekuatan oh kekuatan
Hiu Kali
rangga lage thor.. tuyul lampung nyasar kah iki thor..
( KANG SESAD ): lu gak bikin novel lagi bang
Blue Angel: maaf suka salah ketik nanti di revisi🙏🙏🙏
total 3 replies
Hiu Kali
rangga iki sopo thor? ra-ngganteng blass kah?
Blue Angel: salah nulis , Rangga MC di warisan gunung , nanti di revisi🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!