Cewek matre? Itu biasa! Lalu, bagaimana dengan cowok matre? Sangat luar biasa.
Itulah yang Delia rasakan, memiliki kekasih yang menjadikannya seperti ATM berjalan. Hingga pada akhirnya, putus cinta membawa Delia yang tanpa sengaja menghabiskan satu malam bersama dengan pria asing.
Bagaimana cerita Delia selanjutnya? Yuk simak!
So Stay Tune!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom AL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 32 ONS
Setelah tiga hari berada dirumah sakit, kini Delia sudah diperbolehkan pulang. Naima pun menyambutnya dengan hangat, dia langsung menghampiri Delia dan membantu wanita itu untuk masuk ke dalam.
"Selamat datang kembali.'' ujar Naima diiringi senyum manisnya. "Kau pasti bosan berada dirumah sakit. Dan, makanan disana hambar kan? Maka dari itu, aku sudah buatkan makanan yang enak untukmu. Ayo!" Naima menuntun Delia ke meja makan.
'Sepertinya bukan kak Naima dalang dibalik semua ini. Lihat saja, sikapnya sangat manis dan baik. Mungkin aku terlalu berlebihan tentangnya.' batin Delia. Kemudian dia duduk di kursi yang sudah di siapkan oleh Naima.
"Banyak sekali menu makanannya, Kak." ujar Delia saat melihat ke arah meja makan.
"Tak apa, aku sengaja membuatkannya untukmu. Jadi, kau harus makan, jika tidak, aku akan merasa sedih." Naima duduk di sebelah Delia, dia mulai mengambilkan beberapa lauk dan meletakkan di piring.
"Terima kasih, Kak. Seharusnya tidak perlu repot-repot seperti ini." Delia pun merasa sungkan.
"Hei, tidak masalah. Kau ini kan istri Aryan, berarti kau juga adikku."
Delia teringat akan sesuatu. Dia telah kehilangan bayinya, dan setelah ini, Aryan pasti akan segera menceraikannya. Entah mengapa hati Delia merasa tidak terima, dia ingin selalu dekat dengan Aryan. Terdengar munafik, tapi itulah kenyataannya.
"Del, kenapa diam saja?" tanya Naima sambil memperhatikan wajah Delia.
Delia melirik ke arah tangga sedikit, bahkan kini Aryan tidak berniat untuk menemaninya. 'Mungkin aku terlalu berharap. Lagipula, ada apa dengan hati dan otakku? Kenapa aku ingin terus berada di dekat Tuan Aryan? Ini tidak benar! Kami menikah hanya karena aku yang mengandung anaknya, dan sekarang semua itu telah usai, begitupun dengan pernikahan kami.' batinnya.
Di sisi lain, ada sepasang mata yang terlihat puas melihat penderitaan Aryan. Pria itu sangat terpukul karena kepergian calon anaknya. Bahkan dia seperti tidak punya gairah hidup.
'Itu belum seberapa, aku pastikan kau tidak akan bahagia sedikitpun. Inilah janjiku!' batin seseorang itu dengan rahang yang mengeras, penuh kebencian terhadap Aryan.
"Kau baik-baik saja? Atau ada yang sakit?"
"Aku hanya ingin menenangkan pikiran, Kak." Jawab Delia, dia pun mengingat sesuatu. "Oh, ya. Apa aku boleh bertanya?" lanjutnya membuat Naima mengerutkan dahi.
"Maaf mungkin ini terlalu lancang. Tapi, aku melihat leher kakak terluka. Apa yang terjadi?"
Naima terlihat gugup. "Oh, itu, beberapa hari yang lalu aku sedang nge-gym. Dan ternyata alat gym nya rusak, lalu menjatuhi leherku. Ya, jadi terluka seperti ini."
"Apa itu sakit?"
"Tentu saja, alatnya sangat berat. Bahkan aku hampir pingsan merasakan sakitnya." ujar Naima.
'Sepertinya apa yang kak Naima katakan itu benar. Berarti bukan dia sosok berjubah hitam itu. Lalu siapa?' batin Delia terus bertanya-tanya.
"Memangnya kenapa, Del? Maksudku, kenapa kau tiba-tiba bertanya soal itu?" Naima menatap Delia dengan lekat.
"Kau terlalu mengkhawatirkan aku, Kak. Padahal kau pun terluka,''
"Sudahlah, lupakan saja. Sekarang lebih baik kau makan, lalu istirahat." Naima mengelus kepala Delia.
Beberapa menit kemudian.
Delia masuk ke dalam kamar, Dia melihat Aryan yang sedang berkutat di depan laptopnya. Sungguh, saat ini sepertinya semua terasa canggung. Delia memutuskan untuk mengambil selimut dan bantal. Dia meletakkannya di atas lantai, hal itu membuat Aryan jadi heran.
"Apa yang kau lakukan?" tanyanya dengan suara bariton.
"A—aku ingin tidur." sahut Delia sambil membentangkan selimut yang tadi dia bawa, kemudian dirinya merebahkan diri disana.
Terdengar helaan napas yang panjang dari mulut Aryan. "Kenapa harus tidur disana? Kau baru saja kembali dari rumah sakit. Jika kau tidur dibawah, nanti bisa masuk angin."
"Tidak khawatir, Tuan Aryan. Aku bisa menjaga diriku sendiri." Delia mulai memejamkan matanya. Namun, baru saja hendak masuk ke dalam mimpi, dia merasakan tubuhnya yang seperti sedang terbang.
"Eh!" Delia terkejut, dia pun membuka matanya dengan lebar. "Apa yang kau lakukan? Turunkan aku!" pintanya memberontak.
"Diamlah, jangan banyak bicara." ucap Aryan, secara perlahan dirinya meletakkan tubuh Delia di atas ranjang. "Sekarang istirahat." perintahnya sambil menyelimuti tubuh Delia hingga batas leher.
"Apa tujuanmu?"
"Maksudnya?"
"Kenapa kau memperlakukan ku seperti ini? Bukankah sekarang aku sudah tidak mengandung darah dagingmu lagi? Lalu, untuk apa kau peduli padaku?"
"Suatu saat nanti kau pasti akan tahu jawabannya." sahut Aryan, kemudian dia merebahkan diri, mematikan lampu tidur dan memejamkan matanya.
'Apa kau merasa iba padaku, Tuan Aryan? Atau ini semua tulus kau lakukan untukku?' Mereka pun tidur dalam keadaan saling memunggungi
******
Bersambung
kaya kaca mbke /CoolGuy//CoolGuy/
biar della aja yg tunjukin bukti ke aryan biar dramatis dan usai