NovelToon NovelToon
USTADZ GALAK

USTADZ GALAK

Status: tamat
Genre:Tamat / Pernikahan Kilat / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Terpaksa Menikahi Murid / Suami ideal
Popularitas:1.3M
Nilai: 4.8
Nama Author: HANA ADACHI

Kalau nggak suka, skip saja! Jangan kasih bintang satu! Please! 🙏🙏

Gara-gara sebuah insiden yang membuatnya hampir celaka, Syahla dilarang keluarganya untuk kuliah di Ibukota. Padahal, kuliah di universitas itu adalah impiannya selama ini.

Setelah merayu keluarganya sambil menangis setiap hari, mereka akhirnya mengizinkan dengan satu syarat: Syahla harus menikah!

"Nggak mungkin Syahla menikah Bah! Memangnya siapa yang mau menikahi Syahla?"

"Ada kok," Abah menunjuk pada seorang laki-laki yang duduk di ruang tamu. "Dia orangnya,"

"Ustadz Amar?" Syahla membelalakkan mata. "Menikah sama Ustadz galak itu? Nggak mau!"

Bagaimana kisah mereka selanjutnya? Apakah pernikahan mereka akan baik-baik saja?

Nantikan kelanjutannya ya🥰

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HANA ADACHI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

31. Saya Nggak Akan Cemburu

Syahla masih kepikiran tentang pertemuannya dengan Kak Anne meski kelas pertama sudah berlalu. Ia berulangkali menghela napas berat, yang membuat Kak Rama yang duduk di depannya jadi merasa heran.

"Kamu kenapa Dek Lala?" Tanya Kak Rama sembari mengibaskan tangan di depan wajah Syahla. Seperti biasa, lelaki itu selalu mengikuti Syahla kemana-mana, termasuk ketika Syahla bilang ingin pergi ke perpustakaan untuk mencari buku referensi. Padahal Anggika yang biasanya selalu menempel dengannya tidak mau melakukan itu karena muak melihat banyak buku.

Syahla kembali menghela napas berat. "Kak, saya mau nanya deh,"

"Boleh, nanya apa? Kalau bisa pasti Gua jawab." Kak Rama menutup bukunya dan melihat Syahla dengan seksama.

"Kak Rama tau nggak, siapa yang nyebarin berita kehamilan Kak Anne pertama kali?"

Kak Rama tampak mengernyitkan dahinya sejenak. "Kenapa Lu menanyakan itu?"

"Jadi..." Syahla menggigit bibirnya ragu. "Tadi saya ketemu Kak Anne di rumah sakit,"

"Loh, Lu sakit? Sakit apa sampai harus masuk rumah sakit?"

"Bukan itu yang penting Kak," Syahla menarik napas perlahan. "Masalahnya, Kak Anne marah-marah sama saya. Dia bilang, ini semua gara-gara saya yang menyebarkan rumor tentang dia, padahal saya sama sekali nggak pernah menyebarkan berita apapun loh."

Kak Rama mengepalkan tangannya. "Emang kurang ajar si Anne. Bukannya introspeksi, dia malah nyalahin Lu seenaknya."

"Tapi emang wajar sih kalau Kak Anne bilang begitu. Kejadiannya pas sekali. Setelah saya melabrak dia, tiba-tiba berita itu muncul. Tapi saya benar-benar nggak melakukan itu Kak,"

"Gua percaya kok," Kak Rama menunjukkan senyum terbaiknya. "Gua percaya Lu nggak akan melakukan hal serendah itu."

"Iya," Syahla tersenyum canggung. "Makasih sudah percaya saya."

"Gua akan selalu percaya sama Lu. Meskipun Lu memang salah, Gua akan membela Lu sampai darah penghabisan. Jujur, Gua berharap Lu bisa mengetahui perasaan Gua dengan sejelas-jelasnya,"

Syahla terbelalak kaget. "Kak, saya nggak bisa nerima perasaan Kak Rama. Soalnya saya itu sudah—"

"Ssstttt!" Kak Rama mengangkat telunjuknya di depan bibir sebagai tanda agar Syahla tidak melanjutkan perkataannya. "Gua tau Lu bakal bilang kalau Lu sudah punya pacar. Tapi La, asal Lu tau. Meskipun Lu bilang Lu udah punya pacar kek, punya tunangan kek, sampai punya suami pun, Gua bakalan terus ngejar Lu."

Syahla sama sekali tidak percaya dengan apa yang didengarnya saat ini. "Kak, tapi memang beneran, saya ini sudah punya—"

"Jangan sekarang," Kak Rama tiba-tiba beranjak dari duduknya. "Gua nggak mau mendengar penolakan Lu sekarang. Karena Gua nggak mau cepat menyerah,"

"Tapi—"

"Ah, Gua masih ada kelas. Gua pergi duluan ya. Bye, Dek Lala!"

Syahla hanya bisa mematung di tempatnya melihat kepergian Kak Rama. Ia memijit-mijit kepalanya yang terasa berdenyut.

"Kenapa masalahnya malah semakin banyak sih?"

...----------------...

Syahla melangkah keluar dari area perpustakaan dengan wajah lesu. Saat hendak berbelok ke arah fakultasnya, ia terperanjat karena melihat Ustadz Amar tampak berjalan berlawanan arah. Otomatis, Syahla langsung menyembunyikan diri di balik tembok.

"Kenapa harus sembunyi, sih?" Syahla memukul pelan kepalanya. Ia sendiri tidak sadar kalau sudah melakukan hal itu. Maka, setelah memenangkan diri dengan menarik napas dalam-dalam, Syahla bersiap melangkahkan kakinya keluar. Sayangnya, ia harus mengurungkan niatnya ketika mendengar teriakan seorang wanita.

"Pak Amar, tungguin!" Bu Yesi berlari kecil dengan sepatu hak tingginya. Ustadz Amar yang merasa namanya dipanggil menoleh dan terheran-heran melihat kedatangan rekan kerjanya itu.

"Ada apa Bu?" Tanya Ustadz Amar. Sementara yang ditanya hanya tersenyum genit.

"Kita kan satu tujuan, jadi bisa bareng,"

"Loh, memangnya Bu Yesi mau kemana?"

"Mau ke kantin kan?" Tebak Bu Yesi.

"Nggak kok, saya mau ke mushola,"

"Oohhh.. Kalau gitu saya juga Pak,"

"Bu Yesi mau sholat juga?"

"Ya iyalah Pak, memangnya ke mushola mau ngapain? Masa mau karaokean," Bu Yesi menjawab dengan suara imut yang dibuat-buat. "Saya juga mau sholat dzuhur berjamaah,"

Ustadz Amar mengernyitkan dahinya sejenak. "Maaf Bu, tapi sekarang baru pukul sepuluh pagi, belum waktunya sholat dzuhur. Mungkin maksudnya sholat dhuha,"

"Iya Pak, itu maksudnya.." Bu Yesi mengipas-ngipasi wajahnya yang terasa panas karena malu. "Padahal setiap malam saya nggak telat sholat dhuha loh,"

"Oh ya? Tapi, sholat dhuha kan cuma dilakukan saat pagi Bu?"

"Ya, pokoknya itu deh!" Bu Yesi jadi merasa malu sendiri, pada akhirnya berjalan mendahului Ustadz Amar. Saat hendak berbelok arah, dirinya dikejutkan dengan keberadaan Syahla yang masih bersembunyi di balik tembok.

"Aaa! Kamu ngapain disini?"

Syahla hanya bisa menunjukkan deretan giginya yang putih menjawab pertanyaan Bu Yesi. "Eh, saya mau ke kelas Bu,"

"Yaudah sana, ngapain masih disini?"

"Iya Bu, saya permisi dulu ya. Mari Pak," Sapanya pada Ustadz Amar yang kelihatannya sangat shock dengan kemunculannya.

"Ngapain?" Bisik Ustadz Amar saat Syahla melewatinya. Syahla hanya menjawab dengan mengangkat bahu.

...----------------...

"WAHAHAHAHA!" Tawa Syahla menggelegar saat dirinya sudah berdua saja di dalam mobil bersama Ustadz Amar. "Om Suami kok nggak peka banget, sih?"

"Nggak peka kenapa?" Ustadz Amar kembali dibuat bingung. "Kenapa kamu ketawa?"

"Aduh..." Syahla mengusap sudut matanya yang mengeluarkan air karena terlalu banyak tertawa. "Tadi tuh Bu Yesi pengen deketin Om Suami, tapi Om Suaminya nggak peka. Mana disalahin langsung di depan orangnya lagi, pasti malu banget deh."

"Kenapa harus malu? Kalau nggak tau itu wajar, makanya saya ngasih tau bagaimana benernya. Memangnya saya salah, ya?"

"Nggak, kok, nggak," Syahla mengibaskan tangannya sambil menahan tawa. "Sholat dhuha setiap malam? Hahahaha, ngakak banget!"

"Nggak boleh begitu," nasehat Ustadz Amar. "Nggak baik menertawakan ketidaktahuan seseorang."

"Ya bukan gitu," Syahla mengerucutkan bibir. "Tapi kenapa Bu Yesi harus maksa banget sih deketin Om Suami? Memangnya Om Suami nggak bilang kalau sudah punya istri?"

"Sudah kok," Ustadz Amar memamerkan jari manisnya. "Saya tidak seperti seseorang yang bersikeras menyembunyikan hubungan ini. Saya bahkan sudah menunjukan ini berkali-kali. Jadi, meskipun saya nggak langsung bilang, pasti dia mengerti. Kenapa? Kamu cemburu saya didekati begitu?"

"Idih!" Syahla memutar bola matanya. "Siapa yang marah? Kalaupun Ustadz Amar pergi berdua sama Bu Yesi, saya nggak akan marah kok!"

"Oh ya?" Ustadz Amar menginjak pedal rem karena lampu merah di depan sana sudah menyala. "Kamu yakin?"

"Ya—kin kok," Syahla menelan ludahnya gugup saat Ustadz Amar mendekatkan wajah padanya.

"Kalaupun misalnya saya selingkuh sama wanita lain, kamu nggak keberatan?"

Syahla terdiam sejenak sebelum memelotot galak. "Om Suami mau selingkuh?"

"Mi-sal-nya," koreksi Ustadz Amar. "Kamu serius nggak akan cemburu sama sekali?"

Syahla menganggukkan kepalanya. "Nggak kok, saya nggak akan cemburu."

"Oh,"

Entah kenapa, Syahla merasa raut wajah suaminya terlihat tidak senang. Lelaki itu kemudian menginjak pedal gas dan melajukan mobil dengan kecepatan penuh. Syahla sampai harus memegang erat sabuk pengamannya.

"Om Suami, jangan ngebut-ngebut dong!"

Ustadz Amar terlihat tidak peduli. Ia malah meliuk-liukkan mobilnya menyalip beberapa kendaraan besar di depan sana. Syahla akhirnya memilih untuk memejamkan mata agar tidak merasa ngeri.

Suaminya kenapa sih?

1
Samih Nurmala
kiraiin qobiltu nikaha hahahahaha
Sri Astuty
met sore. novel sangat bagus
Fitri Riyani
Luar biasa
karyaku
hi kak mendadak menjadi istri ustadz jangan lupa mampir y kk
Emai
JD penasaran. suami syahla kerjanya apa si. bisa berangkat ke Amrik. butuh beli tiket, biaya syahla, beli tiket untuk ipar nya dan banyak lagi. dia dlu dosen tapi kan udah resign masa iya masih minta sama orang tua???
karyaku: hi kak mendadak menjadi istri ustadz jangan lupa mampir y kak
total 1 replies
yulianti 1707
maaff... ko manggil suaminya 'sampeyan' ya ?
apalagi suaminya lebih tua
karyaku: hi kak mendadak menjadi istri ustadz jangan lupa mampir y kk
total 1 replies
Siti Aminah
Luar biasa
Inara Cantik
aku jijik.. eneg baca chafter ini.... bukannya saling menguatkan suami istri malah nambah masalah baru... sharla.. loe bener bener... super duper oneng... masalah itu timbul krn ulah kekanakan mu sendiri...
karyaku: hi kak mendadak menjadi istri ustadz jangan lupa mampir y kk
total 1 replies
Ilda Yunita
Luar biasa
Inara Cantik
wkwkwk... kalo seneng dg sesuatu apapun dilakukan.... lanjut tadz
Vitamincyu
👍👍👍
Umy Dila
Buruk
Umy Dila
Biasa
Ririndiyani
kenapa pake dek Lala dek Lala segala jd baca kurang enak
Yhunie Andrianie
oallaaahhh wes falling in love💞 rupa ny pak ustadz🤭🤭
Ta..h
😅😅😅 ustadz amar iseng ya cemburu nya lucu.
Ilham Bay
Luar biasa
Ilham Bay
Lumayan
Susanti Susanti
Luar biasa
Wiwin Almuid77
jadi inget pas di pesantren dulu ada temenku yg suka bikin cerpen gitu...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!