FOLLOW DULU SEBELUM BACA!
.
BUTUH HEALING? BACA ɪᴍᴀᴍᴋᴜ, ꜱᴜʀɢᴀᴋᴜ SOLUSINYA!
.
DINGIN IN PUBLIC, BUCIN IN PRIVATE🕊️
.
PERINGATAN! HATI - HATI, CERITA INI DAPAT MENYEBABKAN KEJANG-KEJANG DAN SENYUM-SENYUM SENDIRI!🦋
.
Allah itu maha romantis. Ada banyak cara untuk Allah mempertemukan kita dengan jodoh. Salah satunya Azalea. Berawal dari ketidaksengajaan nya yang menghilangkan berkas penting, berakhir dengan ia yang menjadi istri sang bos besar.
Awalnya, Azalea pikir pernikahannya itu tidak akan berlangsung lama ketika mengingat bagaimana awal mereka berdua bisa menikah. Namun ternyata tidak. Husain bukan laki-laki pengecut yang akan mempermainkan kesakralan sebuah pernikahan. Justru Husain akan menjadi lelaki gentle yang akan terus mempertahankan rumahtangganya atas izin Allah.
"Kamu tahu istriku, jika saja setan melihat senyuman manis kamu, Abang khawatir malah ia yang akan tersesat saat menggodamu," - Azzam Gibran Al-Husain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon its.syrfhlee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
(31). Ya, Humairah?
Hal yang menjadi ke insecure-an para wanita kebanyakan adalah bentuk wajah dan juga tubuh mereka. Sama halnya dengan Azalea saat ini. Istri dari Husain itu dilanda rasa insecure saat melihat bentuk tubuhnya yang sedikit melebar. Karena belakangan ini, Azalea menjadi mudah lapar dan selalu ingin makan di setiap beberapa jam sekali.
Di tengah lamunannya, Azalea di kejutkan dengan kedatangan Husain yang memeluknya dari belakang.
"Kenapa hm?" Tanya Husain menatap Azalea melalui pantulan cermin meja rias milik Azalea. Dagunya Husain letakkan pada pundak sempit Azalea.
"Kayaknya Aza gendutan deh." Azalea melengkungkan bibirnya ke bawah. Menatap sedih pada Husain yang sedang mengelus perutnya. Entah kenapa belakangan ini Husain mempunyai kebiasaan selalu mengelus perutnya di setiap kesempatan. Contohnya disaat seperti ini.
"Sayang, dengar." Husain membalikkan tubuh Azalea menjadi menghadap ke arahnya. Kedua tangannya langsung menangkup kedua pipi Azalea yang terasa lebih gembil dari sebelumnya. "Kamu ingatkan apa yang pernah Abang bilang? Kamu itu selalu cantik. Apapun dan bagaimanapun kamu, kamu selalu cantik di mata Abang. Jangan hiraukan penilaian orang lain sama kamu. Cukup kamu dengarkan penilaian Abang aja. Masih ingatkan?"
Azalea menganggukkan kepalanya. "Ingat. Abang kan bilang itu setiap ke Aza." Ujarnya sambil tersenyum.
"Yang bilang bukan Abang doang loh. Allah juga bilang kalau kamu itu cantik. Karena Allah yang sudah menciptakan kamu dengan sebaik-baiknya dan sesempurna-sempurnanya." Tutur Husain sambil mengelus pipi gembil Azalea.
"Masa sih?" Tanya Azalea pura-pura tak tahu.
Melihat tingkah sok polos istrinya, Husain mengembangkan senyumnya. Dengan gemas, ia mencubit hidung minimalis Azalea. "Iya. Orang malaikat yang bisikin Abang katanya suruh Abang bilang ke kamu kalau kamu itu cantik banget. Jadi jangan insecure. Oke, sayang?"
"Oke, Abang." Kini Azalea sudah merasa lebih baik. Ia tidak lagi merasa insecure setelah diberikan pujian manis dari Husain.
Jika Azalea adalah penenang yang paling menenangkan yang pernah Husain temui di muka bumi ini, maka bagi Azalea Husain adalah obat dari segala obat yang ada di muka bumi ini.
Dengan telaten, Husain merapikan sedikit tatanan kerudung yang Azalea pakai. Lalu setelahnya ia menggandeng tangan mungil Azalea. "Kalau gitu ayo kita berangkat." Ajak Husain yang diangguki oleh Azalea.
Sebelum pergi, Azalea dan Husain akan pamit terlebih dahulu dengan ibu yang sedang menyiram tanaman di halaman depan rumah.
"Ibu, Husain sama Aza mau pergi ke pesantren tempat Husain mondok dulu. Soalnya Husain diundang untuk jadi pengisi acara Sharing and Inspiring yang diadakan pesantren." Pamit Husain.
"Ya sudah. Kalian berdua hati-hati ya. Pesan ibu cuma satu, pulangnya jangan malam-malam. Kalau sudah sore langsung pulang ya. Azalea gak boleh pulang lewat dari jam 5. Ingat itu, Husain." Ujar ibu dengan wajah serius pada Husain.
Mendengar namanya disebut, Azalea mengerutkan keningnya. Dengan perasaan penasaran, ia bertanya pada ibu mertuanya, "memangnya kenapa Aza gak boleh pulang lewat dari jam 5, Bu?"
Ibu yang semula menatap ke arah Husain kini beralih menatap ke arah menantunya yang sudah ia anggap sebagai anak perempuannya sendiri. "Menurut Ibu, sepertinya kamu sedang hamil, Nduk. Terlihat dari aura kamu yang seperti ibu hamil. Kamu belum periksa ya?" Tanya ibu yang dibalas gelengan oleh Azalea. "Belum, Bu. Soalnya dua Minggu yang lalu Aza baru aja selesai haid." Jawab Azalea.
"Nanti pas pulang berhenti dulu di apotek buat beli testpack. Biar besok pagi waktu kamu bangun bisa langsung di cek apa benar dugaan ibu kalau kamu itu lagi mengandung. Jadi sebelum itu kamu turutin dulu perintah Ibu untuk gak pulang lebih dari jam 5 sore. Karena pamali ibu hamil Magrib Magrib berada di luar rumah." Ujar Ibu.
"Iya, Bu. Nanti Husain akan pulang sebelum jam 5."
Setelah berpamitan dengan ibu, Husain dan Azalea melangkahkan kaki mereka menuju mobil Husain yang terparkir di garasi. Namun, sebelum Husain mengendarai mobilnya keluar dari pekarangan rumah mereka, Husain meletakkan tangannya di atas perut Azalea dengan senyuman yang terus terpatri di wajah tampannya.
"Kenapa?" Tanya Azalea.
Husain tak menjawab. Ia hanya fokus menatap perut Azalea yang tertutup gamis syar'i. Tangan kanannya yang tak memegang perut Azalea ia angkat untuk berdo'a kepada Allah.
"رَبِّ هَبْ لِيْ مِنْ لَّدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً ۚ اِنَّكَ سَمِيْعُ الدُّعَاۤءِ.
Wahai Tuhanku, karuniakanlah kepadaku keturunan yang baik dari sisi-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa. Aamiin."
Husain terlihat begitu serius berdo'a sambil memegang perut Azalea. Dan Azalea yang melihat keseriusan Husain dalam berdo'a untuk meminta keturunan lantas langsung mengaminkan do'a Husain.
"Aamiin."
Husain tersenyum. Ia mencondongkan badannya untuk mencium kening Azalea lalu menurun mencium perut Azalea.
"Baca do'a dulu sebelum berangkat, sayang." Ujar Husain yang diangguki oleh Azalea.
"بِسْمِ اللَّهِ، تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ، لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ."
"Aamiin." Husain mengaminkan bacaan do'a bepergian yang Azalea lantunkan.
Setelah memastikan Azalea sudah aman dan nyaman duduk di sampingnya, Husain menjalankan mobilnya menuju pesantren di mana dulu ia pernah mondok selama 6 tahun sebelum akhirnya ia memilih untuk melanjutkan sekolahnya dengan mendaftar di salah satu universitas di kotanya demi melanjutkan bisnis ayahnya yang sebelumnya dikelola oleh pamannya selama ia menempuh pendidikan dan belajar bisnis.
Perjalanan mereka berdua sangat menyenangkan karena Azalea yang terus berceloteh tentang apa saja yang ia temui di jalanan. Sesekali Husain akan menanggapi atau bahkan mencium dan menggigit telapak tangan istrinya ketika ia merasa gemas dengan tingkah laku sang istri.
Sesampainya di pesantren, Husain dan Azalea di sambut hangat oleh Kyai pemilik pesantren dan para ustadz hingga ustadzah yang mengajar disana. Mereka berdua langsung di tuntun untuk masuk ke dalam aula yang sangat luas namun ditengahnya diberi tirai yang cukup tinggi untuk membatasi antara santri laki-laki dan santriwati perempuan.
"Abang, Abang." Azalea menarik-narik kecil lengan jubah yang Husain kenakan.
"Kenapa, sayang?" Tanya Husain dengan nada lembut.
"Nanti Aza duduknya sama ustadzah-ustadzah disini aja ya." Pinta Azalea dengan raut wajah sedikit memelas.
"Boleh. Tapi gak boleh nakal loh. Gak boleh tidur juga nanti waktu Abang bicara di depan." Peringat Husain sambil mencubit hidung minimalis Azalea.
Sementara Azalea yang di peringati begitu oleh Husain hanya mampu menampilkan cengiran polosnya. "Gak janji." Ujarnya.
Saat acara baru dimulai, Azalea masih terlihat semangat menyaksikannya. Apalagi menyaksikan penampilan hadroh yang dibawakan oleh para santri. Namun, di pertengahan acara, Azalea sudah mulai merasa bosan. Sesekali, ia menutup mulutnya disaat ia menguap.
Semua tingkah laku Azalea ternyata terus di pantau oleh Husain yang duduk di atas panggung. Husain bahkan sesekali tertawa kecil melihat istrinya yang menutup mata karena dilanda kantuk. Hingga akhirnya Husain harus berhenti melihat kelakuan istrinya karena saat ini giliran dirinya untuk mengisi ceramah tentang berbisnis menurut syari'at Islam.
Semua materi yang telah Husain siapkan tiga hari yang lalu Husain sampaikan dengan begitu luwes dan mudah dipahami. Sebisa mungkin Husain menyampaikan materinya dengan diselingi sedikit candaan agar para santri dan santriwati tidak bosan mendengarnya. Hingga akhirnya tiba pada sesi pertanyaan. Banyak para santri dan santriwati yang mengangkat tangan mereka untuk bertanya pada Husain. Dan dengan sabar Husain menjawab satu persatu pertanyaan dari santri dan santriwati.
Dan di tengah sesi tanya jawab yang sedang berlangsung, Azalea secara tiba-tiba mengangkat tangannya.
"Ya, Humairah? Mau bertanya apa?" Tanya Husain dengan lembut. Mendengar itu, seketika seluruh santri dan santriwati yang berada di aula bersorak riuh mendengar panggilan romantis Husain pada Azalea.
Sementara Azalea, wanita itu langsung tertunduk malu ketika menyadari saat ini ia tengah menjadi pusat perhatian para santriwati. Sebenarnya, Azalea tak ingin bertanya apapun. Ia hanya ingin membantu para ustadzah yang ingin bertanya pada Husain namun malu untuk bertanya langsung.
-to be continued-