NovelToon NovelToon
Diselingkuhi Dokter, Dipinang Pemilik Rumah Sakit

Diselingkuhi Dokter, Dipinang Pemilik Rumah Sakit

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Cinta Terlarang / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Penyesalan Suami / Pelakor jahat
Popularitas:8.5k
Nilai: 5
Nama Author: Isti arisandi

Kinanti, seorang dokter anak yang cerdas dan lembut, percaya bahwa pernikahannya dengan David, dokter umum yang telah mendampinginya sejak masa koass itu akan berjalan langgeng. Namun, kepercayaan itu hancur perlahan ketika David dikirim ke daerah bencana longsor di kaki Gunung Semeru.

Di sana, David justru menjalin hubungan dengan Naura, adik ipar Kinanti, dokter umum baru yang awalnya hanya mencari bimbingan. Tanpa disadari, hubungan profesional berubah menjadi perselingkuhan yang membara, dan kebohongan mereka terus terjaga hingga Naura dinyatakan hamil.

Namun, Kinanti bukan wanita lemah. Ia akhirnya mencium aroma perselingkuhan itu. Ia menyimpan semua bukti dan luka dalam diam, hingga pada titik ia memilih bangkit, bukan menangis.

Di saat badai melanda rumah tangganya datanglah sosok dr. Rangga Mahardika, pemilik rumah sakit tempat Kinanti bekerja. Pribadi matang dan bijak itu telah lama memperhatikannya. Akankah Kinanti memilih bertahan dari pernikahan atau melepas pernikahan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Isti arisandi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 1. Badai

Hujan mengguyur deras sejak petang, disertai angin kencang yang menderu menerobos sela-sela pohon di lereng kaki Gunung Semeru.

Deru badai seperti raksasa yang mengamuk, memporak-porandakan tenda-tenda darurat yang berdiri seadanya di pos pengungsian. Cahaya lampu darurat berpendar redup, membuat suasana semakin mencekam.

Di rumah dinas di Surabaya, Kinanti memandangi layar ponselnya yang menyala. Wajahnya pucat, sorot matanya penuh kecemasan.

Suara gemuruh hujan dan laporan berita di televisi semakin menyesakkan dadanya. Ia baru saja menonton tayangan mengenai longsor besar yang terjadi di kaki Gunung Semeru. Ratusan rumah tertimbun, korban luka-luka terus berdatangan, dan hujan badai tak kunjung reda.

Ada adik dan suaminya dikirim menjadi dokter relawan disana. Dengan napas memburu, ia mengetik pesan di ponselnya.

"Bagaimana keadaan kamu disana Mas, bagaimana kabar Naura?"

"Ah, centang satu, semoga lekas ada sinyal," gerutunya sambil menggigit bibir bawahnya.

Sejak berangkat tiga hari lalu, komunikasi mereka tidak lagi lancar. Sinyal yang buruk dan medan yang berat membuat pesan-pesan baru dibalas berjam-jam kemudian.

Kinanti mengusap perutnya yang sudah membuncit. Kehamilannya telah memasuki minggu ke-39. Bahkan, menurut dokter, minggu depan ia bisa melahirkan. Tapi bagaimana jika David tidak bisa pulang tepat waktu?

Bagaimana jika... hatinya tercekat, membayangkan tenda-tenda medis roboh diterpa angin. Membayangkan David terjebak dalam situasi yang tak terduga.

Ponselnya bergetar.

"Bebe, Mas baik-baik aja di sini. Hujan badai udah reda. Mas lagi bantu evakuasi di posko utama, aman kok."

Air mata langsung menggenang di mata Kinanti. Ia membalas dengan cepat.

"Bebe kangen banget... tolong terus kabari ya, Mas. Aku nggak bisa tidur sebelum tahu Mas baik-baik saja."

"Iya, Bebe. Maafin Mas nggak bisa sering kabarin. Sinyalnya putus nyambung. Tapi tiap malam Mas lihat fotomu sebelum tidur. Bebe tetap yang paling cantik walau sekarang makin gendut karena dede."

Kinanti tertawa kecil, air mata jatuh di pipinya karena haru.

"Dede nendang-nendang terus, Mas. Kayaknya dia kangen juga."

"Dede pasti tahu ayahnya lagi berjuang. Mas sayang kalian. Bebe jangan stres, nanti kontraksinya makin cepat."

Kinanti mengusap lembut perutnya.

"Anak kita perempuan, Mas... Mas nggak kecewa, kan?"

Jawabannya datang cepat.

"Mas gak pernah kecewa, Bebe. Dede cewek itu artinya Mas punya dua cewek cantik di hidup Mas. Sempurna."

Kinanti menutup mulut, menahan haru. Suaminya adalah rumah paling damai dalam hidupnya.

"Mas sudah makan?"

"Sudah, mie instan ditambah telur, hari ini hanya ada menu itu."

"Mas lihat dimana Naura?"

"Naura? Ada, dia sedang berkumpul dengan temannya, jarak kami lumayan jauh."

"Ah, ya sudah Mas, kalau begitu nanti aku telepon dia sendiri. Sekarang Mas lanjutin aktifitasnya."

"Iya Bebe, kamu nggak usah pikirkan Mas, fokus saja dengan kehamilan ya, Be."

"Iya Mas, aku nitip Naura Mas, dia masih baru dan belum banyak pengalaman."

"Tenang saja Bebe, adik kamu, sudah seperti adik aku sendiri. Aku pasti akan menjaganya."

"Terimakasih Mas. Aku sangat beruntung punya suami kamu Mas. tanggung jawab dan penyayang."

Disaat obrolan belum selesai, sinyal di kaki semeru kembali jelek, panggilan terputus begitu saja.

David menarik nafas dan duduk bersandar di tiang tenda. Matanya sembab karena kurang tidur, tubuhnya nyaris tak beristirahat sejak kemarin. Semua dokter sibuk, sedangkan dirinya mendapat giliran istirahat.

Tapi membaca pesan dari Kinanti membuat lelahnya seperti luruh. Ia memandang ke arah lereng gunung yang masih diselimuti kabut.

“Bertahan ya, Bebe. Mas bakal pulang tepat waktu. Mas janji, Mas bakal gendong Dede kita begitu dia lahir.”

Langit malam mulai sedikit cerah, walau dingin masih menggigit. Tapi cinta David pada Kinanti dan calon bayi mereka, tetap menjadi kehangatan yang tidak tergantikan.

Malam itu, Kinanti tertidur sambil memeluk bantal dan ponsel, berharap David akan menghubungi lagi. Tangannya tetap menempel di perutnya yang mulai terasa berat. Di dalam sana, si kecil terus bergerak, seolah ikut menunggu waktu bertemu ayahnya.

"Sabar sayang, ayah dan bibi pasti akan segera pulang setelah semua selesai. dede doakan ayah dan bibi Naura baik baik saja disana ya.

***

Langit masih kelabu. Di lereng Semeru yang basah dan lumpur menebal, langkah-langkah relawan beradu dengan waktu, menyelamatkan jiwa-jiwa yang terjebak reruntuhan.

Di antara mereka, seorang perempuan muda berbalut jas hujan biru muda berjalan tergesa, membawa tas P3K besar di punggung gunung

Naura, dokter muda, baru dua bulan lulus dari fakultas kedokteran, dan kini terjun langsung ke lokasi bencana. Semangatnya membuncah, walau wajahnya tak bisa menyembunyikan lelah.

Dia tahu, tugas ini bukan hanya tentang menolong sesama. Ini juga tentang membuktikan diri... terutama kepada kakaknya, kakak iparnya yang sudah support hingga sekarang bisa menjadi dokter.

Sejak kecil, Naura selalu mengagumi David. Lelaki itu seperti definisi pahlawan. Cerdas, tenang, berwibawa, dan yang terpenting, mencintai kakaknya dengan luar biasa.

Tapi sejak Naura tinggal serumah dengan Kinanti dan David sebelum penugasan, ia mulai melihat sisi lain dari David, sisi rapuh yang tak pernah terlihat di mata dunia.

Dan tanpa ia sadari, perasaan itu mulai melenceng dari kekaguman.

Sore itu, saat hujan turun dengan deras Naura berlari dari lokasi bencana menuju tenda, langkah Naura terperosok di jalur berbatu. Kakinya terpeleset, tubuhnya terhuyung dan jatuh menabrak batang pohon. Suara rintihannya tenggelam dalam suara petir.

“Naura!”

David yang berada tak jauh dari lokasi langsung berlari mendekat. Tanpa banyak bicara, ia jongkok, melihat lutut Naura berdarah dan pergelangan kakinya membengkak.

“Kenapa kamu sendirian? Kamu masih baru, kamu harusnya kerja bareng tim,” katanya, setengah panik.

“Aku cuma ke blok utara sebentar... ada anak-anak yang butuh antibiotik. Aku nggak sempat panggil yang lain,” jawab Naura menahan sakit.

"Ayo aku antar?" Davit berniat membantu Naura berdiri, tapi Naura merasakan sakit luar biasa di pergelangan kakinya.

David menghela napas, lalu tanpa tanya lagi, menggendong Naura ke arah tenda medis.

Hujan mengguyur punggung mereka. Naura menggigit bibirnya menahan sakit.

Naura memberanikan diri melirik kakak iparnya yang tampak cemas. Dadanya mendadak sesak. Dekat sekali. Terlalu dekat dengan lelaki yang tak seharusnya membuat jantungnya berdebar.

Di dalam tenda, David dengan cekatan membersihkan luka di lutut Naura, lalu membalutnya dengan perban steril.

“Nggak parah, tapi kamu harus istirahat. Kaki kamu nggak boleh dipaksa dalam dua hari ke depan,” ujarnya tegas.

Naura menunduk. “Maaf, Mas David... aku ceroboh.”

David menatapnya, lembut tapi tegas. “Kamu bukan adik orang lain, Naura. Kamu adik istri Mas. Kalau kamu kenapa-kenapa, Kinan bisa stres. Dia tinggal nunggu hari lahiran jg jadi jangan pernah kasih berita buruk untuknya.”

Naura mengangguk. Tapi entah kenapa, kalimat itu justru membuat hatinya perih.

"Adik istri."

Label yang seperti menampar dirinya, mengingatkan bahwa lelaki yang kini berjongkok di hadapannya... bukan seseorang yang bisa dia miliki, dia kakak iparnya.

David mengelus pelan bahu Naura, mencoba menenangkan.

“Kamu istirahat, ya. Malam ini Mas jagain pasien di tenda A. Kalau butuh apa-apa, panggil aja.”

Naura hanya mengangguk pelan, "Terima kasih Mas."

1
Rahmi
Lanjutttt
Rian Moontero
lanjuuuuttt/Determined//Determined/
Yunia Spm
keren
Yunia Spm
definisi ipar adalah maut sebenarnya....
watini
badai besar siap menghancurkan davit naura.karna kebusukan tak kan kekal tersimpan.moga Yusuf ga jadi nikahin Naura,dan mendapatkan jodoh terbaik.
watini
suka cerita yg tokoh utamanya wanita kuat dan tegar.semangat thor,lanjut
Isti Arisandi.: terimakasih komentar pertamanya
total 1 replies
Isti Arisandi.
Selamat membaca, dan jangan lupa beri like, vote, dan hadiah
Isti Arisandi.: jangan lupa tinggalkan komentar dan like tiap babnya ya...😘
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!